Part ini searth publish ulang karena tadi banyak yang berkomentar kalau partnya begitu singkat. Buat yang sudah baca bisa baca ulang, searth sudah perpanjang part ini. Sebenarnya searth gak pernah mengurangi isi narasi, angkanya selalu konsisten. Tapi kalau tidak sebanding dengan jumlah vote yang ditargetkan, gapapa. Searth usahakan bisa menulis lebih panjang lagi.
Thanks :)
_________
"Mas Janu..." Ana mengguncang tubuh suaminya. Janu sudah tertidur sejak beberapa jam lalu Ana meminta dielus perutnya sampai wanita itu terlelap lebih dulu.
"Mas..." kali ini Ana menepuk pipi Janu, berharap suaminya segera bangun. Benar saja, Janu yang tidur-tidur ayam karena sudah sering dibangunkan istrinya, kini sudah menggumam kecil sebagai jawaban.
"Bangun dulu, temenin aku pipis..."
Entah karena janinnya yang semakin besar atau karena tidur di dalam kamar ber-AC membuatnya jadi lebih sering buang air kecil dari biasanya.
Janu membuka matanya yang benar-benar berat, lantas bangun dari tidurnya. "Ayo,"
Ana melompat turun ke kamar mandi dengan memegang bawah perutnya yang nyeri karena kantung kemihnya sudah penuh.
Janu masuk ke kamar mandi, menunggu Ana menyelesaikan hajatnya. Ini masih begitu larut ketika lagi-lagi Ana membangunkannya. Biasanya wanita itu bisa bangun sendiri, tapi akhir-akhir ini Ana sedikit penakut karena rumah sebelah habis kemalingan beberapa waktu lalu.
Ana selalu membayangkan yang tidak-tidak, jangan sampai ketika ia terjaga di tengah malam malah tidak sengaja melihat maling. Ana sangat-sangat suka berhalusinasi yang tidak-tidak.
"Kamu tidak tidur?" Tanya Janu setelah keduanya kembali ke atas dipan.
"Tidur, tapi kebelet terus, Mas. Kayae kebanyakan minum,"
"Hm, ndak papa. Ayo, tidur lagi," Janu menarik istrinya untuk mendekat sebelum akhirnya memeluknya agar Ana cepat tidur. Janu benar-benar sangat mengantuk.
Siang hari setelah pulang dari dokter kandungan, Janu dan Ana terlihat begitu segar. Terutama Janu yang tampak tersenyum setiap saat setiap kali melihat istrinya.
Janu memeluk Bapaknya ketika mereka duduk santai di teras.
"Gimana hasilnya, Mas?" Tanya Bapak.
"Alhamdulillah, laki-laki, Pak," Jawab Janu bangga. Ia sebenarnya sudah sangat mengharapkan diberi anak laki-laki kali ini, agar nantinya sepasang. Anak laki-laki juga penting dalam meneruskan kelangsungan keluarganya. Tapi bukan berarti Janu akan kecewa kalau nantinya anak mereka perempuan, Janu selalu menerima apa saja hadiah dari Tuhan.
"Yang bener, Janu? Ana?" Tanya Ibu histeris.
Janu dan Ana mengangguk, sontak saja Ibu memeluk menantunya dengan kebahagiaan di pelupuk mata. "Ya Allah, Alhamdulillah. Laki-laki Ibu senang, perempuan juga Ibu senang. Sing penting sehat sampai lahiran,"
Ana dan Janu ikut mengaminkan. Ini berita baik, semua keluarga tampak bahagia. Ana juga sudah menghubungi Ibunya memberitahukan hasil USG yang sudah lama dinanti-nanti.
Yang membuat Ana dan Janu sedikit murung adalah kemauan orang tua Ana agar Ana melahirkan di rumah orang tuanya saja, tinggal mendatangkan bidan saja ke rumah. Sementara itu, Ibunya Janu sudah menyiapkan banyak perlengkapan kelahiran Ana, karena Ibu mertua Ana juga berkeinginan Ana melahirkan di rumah saja, di rumah kediaman Janu.
Mereka dilanda kebingungan belakangan ini, belum bisa memutuskan apa pun. Keluarga juga hendak mengadakan hajatan namun Ana dan Janu masih pikir-pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA PILIHAN BAPAK (End)
RomanceAna, perempuan modern yang dipaksa pulang ke kampung halaman demi orang tuanya. Kepulangannya dikira akan menghadapi berbagai kendala yang membuatnya tertinggal jauh dari teknologi, tapi ternyata tidak. Desanya sudah maju dan berkembang pesat oleh s...