Di dalam sebuah masjid sederhana, seorang pria tengah berdzikir melafadzkan kalimat-kalimat cinta kepada Sang Khalik. Matanya terpejam menikmati alunan-alunan dzikir yang dia ucapkan. Pria itu bernama Jihad Zayed Salem Obaid.
Hatinya begitu tenang tatkala kalimat dzikir membasahi lisannya. Senyumnya mengembang sembari terus melantunkan kalimat-Nya. Air wudhu yang masih menempel di sekitar wajahnya, membuat muka Zayed terlihat tampan dan cerah.
Kedua tangannya menengadah keatas. Dirinya bergumam pelan meminta Sang Khalik mengijabahi setiap doa-doa nya. Di pelupuk matanya, setetes air mata turun membasahi pipi Zayed.
Zayed terus berdoa kepada Sang Pencipta. Hingga akhirnya, kedua tangannya dia tempelkan tepat di depan muka. Lisannya mengamini apa yang dia pinta.
Sebuah tepukan pelan di bahunya membuat Zayed tersentak. Kepalanya berbalik ke arah belakang. Terlihat, seorang pria bermata biru laut dengan senyum yang mengembang menatap Zayed. Rambutnya berwarna hitam kecoklatan dengan wajah yang masih basah dengan air wudhu. Rahangnya yang tegas dengan beberapa rambut halus di sekitarnya, membuat pria itu terlihat tampan di mata para wanita yang melihatnya.
"Apa kau telah selesai? Sedari tadi, ponselmu bergetar. Aku biarkan karena tidak ingin menganggu waktumu.. "
Pria itu memberikan gawai berwarna hitam kepada Zayed. Zayed menerimanya dan membuka ponsel. Terlihat, beberapa telepon dan satu pesan dari aparat kemiliteran, Jenderal Ahmed Mustafa Abu Shaban.
Ibu jarinya membuka isi pesan tersebut.
"Datanglah ke markas! Ada tugas yang harus kau kerjakan! "
Zayed memasukkan ponsel genggam nya ke dalam saku celana. Kedua tangannya membenarkan penutup kepala yang berantakan. Kedua kakinya berdiri tegak. Satu persatu, sarung tangan berwarna hitam mulai melekat di telapak tangan Zayed. "Qasim, ikut aku ke markas! Jenderal Ahmed memberikan tugas baru kepada kita.. "
Zayed melangkah keluar dari masjid Al-Khaldi. Disusul dengan Qasim yang berada di belakangnya. Kedua tangannya dia masukkan ke dalam saku celana.
Mereka berdua berjalan menuju mobil jep yang terparkir di depan masjid. Lalu, memasuki mobil. Kemudian, mobil jep itu melaju dengan kecepatan sedang menembus kota Gaza.
oOo
"Kalian ditugaskan untuk melindungi para penduduk di Jalur Gaza. Tentara zionis disana, berusaha menyingkirkan para penduduk di sekitarnya. Jika mereka melakukan penyerangan, kalian boleh menyerang mereka. Beberapa anggota dari Sniper Hamas telah ku siapkan untuk membantu kalian. Lakukan tugas ini dengan baik, aku percayakan misi ini kepada kalian.. "
Pria paruh baya beriris mata abu-abu itu menatap tajam beberapa pria yang berada di depannnya. "Kalian bisa berangkat setelah sholat dhuhur! Apakah kalian paham? ". Kedua tangannya dia lipat ke belakang.
"Siap, paham, Jenderal! " jawab semua pasukan Hamas dengan kompak.
Pria paruh baya itu mengangguk pelan. Kedua tangannya memegang erat sebuah kertas. Perlahan, kertas itu dia buka dan diletakkan di atas meja kecil yang berada di depannya.
Tampaklah foto seorang pria berpakaian militer dengan senjata di genggamannya. Atribut lengkap menghiasi pakaiannya. Tatapan tajam bak elang dari pria itu sama sekali tak membuat pria paruh baya itu ketakutan. Rahangnya yang tegas dengan muka datar, menghiasi wajah pria tersebut.
Jari telunjuk pria paruh baya itu mengarah ke arah foto itu. Kedua matanya berubah menjadi merah. Deru nafas yang memburu menandakan dia tengah menahan amarah. Dadanya bergemuruh menahan rasa sesak yang menggelora dalam dada.
"Alfred, seorang letnan dari perwira Israel yang telah banyak membunuh saudara kita. Dikenal sebagai iblis berdarah dingin tanpa hati. Jika bertemu atau melihat dia, kalian harus berhati-hati, dia licik dan kejam.. terutama kepada kita, pasukan Hamas" ungkap Jenderal Ahmed sembari menatap tajam di depannya.
"Zayed, aku tugaskan kau untuk menjadi pengarah Sniper Hamas! Tunjukkan bakat tersembunyimu.. "
Zayed menatap lekat iris mata milik Jenderal Ahmed. Kepalanya mengangguk singkat menjawab perintah dari Sang Jenderal.
"Siap! Akan ku lakukan sesuai perintahmu, Jenderal.. In Syaa Allah" balas Zayed sambil memberikan hormat kepada pria paruh baya di depannya.
"Baiklah, hanya itu yang ingin ku sampaikan.. setelah ini, kalian bisa menyiapkan semuanya. Ingat, di setiap langkah kalian, teruslah bertakbir kepada Allah. Jangan sampai kalian lupa kepada Sang Khalik. Semoga Allah selalu melindungi kalian.. " ucap Jenderal Ahmed. sembari berjalan meninggalkan markas.
Zayed dan 5 pria lainnya masih berada disana. Mereka tengah menyimak apa yang Zayed ucapkan.
"Baiklah, disini, aku akan membagi tugas kalian.. Hassan, Khaled dan Nazmi, kalian ku tugaskan untuk membawa para penduduk ke tempat yang aman. Fadel dan Qasim, kalian akan bersamaku di arah barat Jalur Gaza. Siapkan sniper andalan kalian, tunjukkan bakat kalian dan jangan kecewakan aku.. " ucap Zayed dengan kedua tangan yang dia silangkan di belakang tubuh kekarnya. Iris mata cokelatnya menatap tajam 5 pria yang berada di depannya.
"Siap, komandan!!! " jawab mereka semua dengan kompak kepada Zayed.
Zayed mengulas senyum di balik penutup wajahnya. Kepalanya mengangguk singkat menatap beberapa rekan kerja sekaligus temannya.
"Sekarang, bersiap-siaplah! Ingat, kita akan berangkat setelah sholat dhuhur selesai dilaksanakan! " perintah Zayed dengan tegas.
Kedua kakinya melangkah pergi meninggalkan markas. Tangan kanannya dia masukkan ke dalam saku celana. Setelah ini, dia akan kembali berjihad melindungi negara yang dirahmati Allah ini. Dia berharap, semoga Palestina segera bebas dari penyiksaan tentara Israel.
oOo
🇵🇸Pray For Palestina🇵🇸
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]
Teen Fiction⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE - ACTION ❗PERINGATAN ❗ SIAPKAN HATI KALIAN!!! "Ku berjuang di garda terdepan. Melindungi negara dari kejamnya para manusia. Begitu juga dengan cinta. Ku jaga ia hingga panggilan surga itu tiba" ...