Zayed berlari mendekati temannya yang masih tergeletak di atas tanah. Kedua tangannya membantu mengangkat tubuh dari temannya. "Kau baik-baik saja? "
Pria itu menyipitkan kedua matanya di balik penutup wajah berwarna hitam. Kepalanya mengangguk singkat. "Alhamdulillah, aku baik-baik saja, komandan "
Zayed berusaha membantu pria itu berdiri. Tangannya membantu menopang tubuh temannya itu seraya berjalan medekati rekannya yang lain menuju luar lokasi.
Booommm...
Zayed terpental bersama pria tersebut. Dirinya merigis pelan tatkala merasakan sebuah nyeri di lengan kirinya. Zayed mendekati pria tersebut. Kemudian, dirinya berjalan pelan sambil memegang kedua bahu temannya.
Setelah beberapa saat berjalan, kini, mereka telah tiba di depan gerbang masuk. Di waktu yang sama, sebuah mobil jep berhenti di depan mereka. Dengan cepat, Zayed membantu pria itu menaiki mobil. Diikuti dengan dirinya. Setelah itu, mobil jep itu melaju cepat meninggalkan tempat lokasi.
oOo
Zayed melangkah pelan seraya memegang erat lengan kirinya. Kedua matanya menatap rumah lantai satu di depannya. Dirinya kembali berjalan dan memasuki rumah tersebut.
"Assalamu'alaikum.. " ucap Zayed seraya memasuki ruangan. Senyumnya mengembang ketika melihat seorang wanita muda tengah bermain dengan bocah laki-laki. Zayed berjalan mendekati dua insan tersebut.
"Baba!!! " seru bocah laki-laki itu sembari berlari merentangkan kedua tangannya ke arah Zayed. Zayed ikut merentangkan kedua tangannya kepada bocah itu.
"Baba tidak terluka, bukan? "
Zayed mengulas senyum. Kepalanya menggeleng pelan. Tangannya melepaskan penutup wajahnya.
"Sedari tadi, Rahaf selalu menanyakan kakak.. ". Zayed mendongak menatap seorang wanita muda berjilbab merah itu. Kemudian, iris matanya melihat Rahaf.
"Benarkah itu, Rahaf? ". Rahaf hanya mengangguk kecil di dalam dada bidang Zayed. "Rahaf takut, jika baba capten terluka"
Zayed terkekeh pelan seraya melepaskan pelukan. Tangannya mengelus surai hitam Rahaf dengan lembut. "Kau tak perlu khawatir.. Allah selalu melindungi baba"
Zayed berdiri sembari menggendong Rahaf. Dirinya berjalan mendekati adiknya yang tengah duduk di sofa.
"Bagaimana kabarmu? "
Zaynah tersenyum manis. "Alhamdulillah, aku baik.. ". Zayed mengangguk singkat.
"Rahaf, Zaynah, lihatlah apa yang ku baw- "
Zayed berbalik melihat sang pemilik suara. Dirinya membeku di tempat. Kini, jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Bagaimana bisa dia ada disini?, pikir Zayed.
Wanita itu langsung berjalan cepat menuju Zaynah dan meletakkan nampan yang dia bawa. Setelah itu, dia duduk di samping kanan Zaynah.
"Haura, kenalkan.. dia kakakku, Zayed"
Haura tersenyum di balik cadarnya. Kemudian, dia menelangkupkan kedua tangannya di depan dada kepada Zayed. Zayed hanya mengangguk singkat.
"Kak, dia temanku.. dari Indonesia!! Masyaa Allah.. kami seluruh rakyat Palestina mengucapkan terimakasih yang sebesarnya atas kebaikan kalian.. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya untuk kalian.. "
Haura menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Ah, tidak juga.. semua itu, berasal dari Allah. Kami hanya sebagai perantara saja". Haura tersenyum simpul.
Zaynah tersenyum. "Bagaimanapun juga, kebaikan kalian tidak akan bisa kami balas.. kami hanya bisa mendoakan kebaikan untuk kalian"
Haura tersenyum. Kemudian, dia menatap Zayed yang hanya diam. Bola matanya membulat tatkala melihat lengan kiri pria itu. Darah segar mengalir dengan deras.
Haura berdiri. Kemudian, dia melangkah ke arah Zayed. "Jahitannya terbuka.. bukankah aku telah mengatakan supaya kau beristirahat? ". Zayed hanya diam seraya menatap Haura dengan datar.
"Akhir-akhir ini, kakak memang tidak beristirahat karena tugas.. dia memang keras kepala". Zaynah terkekeh pelan.
Haura berbalik menatap Zaynah dengan gurat kekhawatiran. "Apa kau memiliki kain kosong? Aku membutuhkannya! "
Zaynah mengangguk. Kemudian, dia berjalan menuju ruang kamar. Setelah beberapa saat, Zaynah tiba dengan membawa sebuah kain putih berwarna putih. Dia memberikan kain tersebut kepada Haura.
Setelah itu, Haura mulai membersihkan noda-noda darah yang menempel. Lalu, dia mengikatkan kain tersebut di lengan kiri Zayed. Zayed diam seraya memandang Haura yang masih mengikatkan kain itu ke dalam lengannya.
Saat ini, dirinya sangat bingung. Ada apa dengan hatinya? Kenapa jantungnya selalu berdetak dengan cepat ketika berdekatan dengan wanita ini?
"Alhamdulillah, telah selesai.. " ucap Haura sembari menghapus keringat di dahinya. Dia melihat ke arah jam tangan miliknya. Setelah itu, dia menatap Zayed dan Zaynah secara bergantian.
"Aku harus pergi. Ada urusan yang harus ku kerjakan.. ". Zaynah mengangguk. Kemudian, berdiri mendekati Haura.
Zaynah tersenyum. "Terimakasih telah berkunjung ke rumah. Jika ada waktu, kemarilah. Aku akan menyambutmu dengan baik"
Haura mengangguk. Lalu, dia mendekat ke arah Rahaf. "Hai jagoan, bibi harus pergi. Jika ada waktu, bibi akan menemuimu lagi.. ". Rahaf mengangguk. Kemudian, mencium punggung tangan Haura dengan lembut.
"Assalamu'alaikum warahmatullah.. " ucap Haura seraya berjalan keluar rumah. Zaynah memandang sang kakak. Kemudian, kembali menatap lurus ke depan.
"Ada apa denganmu, kak? "
Zayed masih diam. Zaynah tersenyum menatap Zayed. "Kakak menyukainya? ". Zayed menoleh. Dirinya tersenyum tipis kepada Zaynah.
"Kakak tidak tahu.. "
oOo
🇵🇸Pray For Palestina🇵🇸
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]
Teen Fiction⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE - ACTION ❗PERINGATAN ❗ SIAPKAN HATI KALIAN!!! "Ku berjuang di garda terdepan. Melindungi negara dari kejamnya para manusia. Begitu juga dengan cinta. Ku jaga ia hingga panggilan surga itu tiba" ...