Chapter 2 | Tembakan Kemenangan

440 120 11
                                    

Suasana di masjid Al-Khaldi, terlihat begitu ramai. Para jamaah pria dan wanita baru saja selesai melaksanakan sholat dhuhur. Mereka berjalan keluar secara beriringan. Sementara Zayed beserta beberapa rekan pilihan dari sang aparat kemiliteran, masih tetap berada di beranda masjid Al-Khaldi.

Mereka semua telah siap dengan pakaian militer mereka. Atribut lengkap telah melekat di tubuh mereka. Penutup wajah berwarna hitam dengan ikat kepala milik rekan-rekan Zayed bertuliskan kalimat tauhid. Sedangkan Zayed, memilih menggunakan sorban berwarna hijau dengan corak berwarna putih. Di atas sorban hijaunya, bertuliskan kalimat,

لا إله إلا الله محمد رسول الله
®
كتائب القسام

Zayed menatap datar orang-orang yang berada di depannya. Tangan kanannya menggenggam erat senapan kesayangannya, sayad 2. Sedangkan tangan kirinya, memegang tas ransel loreng berukuran sedang.

"Baik, disini, kita akan berpencar sesuai pembagian tugas yang ku berikan.. berhati-hatilah dan selalu bertakbir di setiap langkah kalian. Hassan, Khaled, Nazmi, kalian bisa berangkat sekarang.. semoga Allah melindungi kalian.. "

Ketiga pria yang dia sebut namanya itu, mengangguk sembari mengulas senyum di balik penutup wajah yang mereka kenakan. Mereka bertiga berjalan mendekati Zayed dan memberikan salam hormat kepada sang komandan seluruh Hamas.

"Kami pergi, semoga Allah juga melindungi kalian.. assalamu'alaikum"

Zayed beserta kedua pria di depannya membalas salam secara samar. Netra mata cokelatnya menatap tajam dua pria yang tersisa. "Fadel, Qasim, apakah kalian telah siap kembali berjihad? "

Fadel dan Qasim mengangguk mantap menatap Zayed. Mereka tidak sabar kembali berjihad di jalan Allah ini. Memperjuangkan serta melindungi negara para Nabi. Dan berusaha membebaskan para penduduk Palestina dari kekejaman tentara zionis Israel.

Zayed melangkah pelan menuju mobil jep yang terparkir di beranda masjid. Disusul Fadel dan Qasim dari arah belakang. Zayed duduk di samping tempat kemudi. Sedangkan Fadel mengendalikan mobil jep. Dan Qasim memilih untuk duduk di kursi belakang.

Mobil jep itu mulai melaju menembus kota Gaza dengan kecepatan sedang. Tangan kirinya dia letakkan diatas pintu mobil. Semilir angin menerpa wajahnya yang tertutup dengan sorban hijaunya. Netra mata cokelatnya menatap daerah sekitar yang mereka lewati.

Rumah-rumah yang kini telah rata dengan tanah, awan hitam karena gas udara selalu menghiasi langit Palestina, dan bercak-bercak darah syahid dari saudara-saudarinya, membuat hati Zayed bergetar.

"Capten, dimana pasukan Sniper Hamas? "

Kepalanya berbalik menatap Fadel yang sedang mengemudi. "Mereka telah berangkat menuju arah timur Jalur Gaza. Jenderal Ahmed yang memberitahuku.. " balasnya sembari melihat Qasim di balik spion kaca. Dilihat, Qasim tengah mengisi peluru di dalam senjata kesayangannya, Styer HS 50.

Salah satu dari diantara senjata paling mematikan yang digunakan pasukan Hamas. Sniper buatan Austria dengan akurasi tembakan hingga 1,5 km. Dan salah satu di antara senjata yang mampu membuat tentara Israel ketakutan.

"Apa kau telah selesai mengisi senjata kesayanganmu itu, Qasim? "

Qasim yang merasa namanya dipanggil pun mendongak menatap Zayed dari belakang. Dia mengangguk singkat sembari mengulas senyum di balik penutup wajahnya.

"Dia harus ku isi ulang sebelum perang dimulai. Apakah milik kalian telah kalian isi? " tanya Qasim sembari meletakkan sniper kesayangannya di samping bangku duduk. Netra mata birunya menatap dua pria yang termasuk sahabatnya, Zayed dan Fadel.

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang