Zayed duduk bersila. Jari-jemari dan bibirnya sibuk mengagungkan Sang Pencipta. Kedua matanya terpejam. Menikmati lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan rekan disampingnya.
Begitu sejuk dan menenangkan hati.
Dirinya membuka kedua matanya. Zayed menoleh ke belakang. Terlihat, dua pria dengan penutup wajah hitamnya, tengah berbincang di depan masjid. Diatas paha mereka, senapan laras panjang telah disiapkan. Berjaga-jaga jika ada musuh yang menyerang.
Saat ini, Zayed tengah bertugas di sekitar masjid Al-Aqsa. Zayed berdiri. Kemudian, melangkah mendekati kedua pria tersebut.
“Apakah kalian tidak lelah? Tidurlah, biar aku yang bergantian berjaga.. ”
Kedua pria yang semula berbincang itu, mendongak melihat Zayed. Mereka menggeleng pelan. “Kami sama sekali tidak lelah. Lebih baik kau saja yang beristirahat, komandan.. Bukankah kau baru saja sembuh dari sakitmu? ”.
Zayed tersenyum samar. Dirinya duduk bersila. Kepalanya menggeleng. “Siang tadi, aku sudah beristirahat di rumah Zaynah.. sekarang, biar aku yang berjaga. Kalian beristirahatlah!!” perintah Zayed dengan tegas.
Kedua pria itu memandang satu sama lain. Kemudian, salah satu dari mereka mengangguk singkat. Lalu, kembali menatap Zayed. “Baiklah.. tapi, bagaimana denganmu, komandan? ”
“Aku sama sekali tidak masalah jika harus berjaga sendirian” jawab Zayed datar.
Kedua pria itu mengangguk. Kemudian, berdiri. Lalu, mereka memberikan hormat kepada Zayed dan berjalan memasuki masjid.
Zayed bersandar di dinding masjid. Kepalanya mendongak menatap bintang-bintang. Pikirannya tertuju dengan kejadian sore tadi.
Zayed menghela nafas. Lalu, memejamkan kedua matanya. Zayed merasa seperti orang jahat. Membiarkan seseorang memendam cinta untuknya sendirian.
Sebuah tepukan di pundaknya membuat Zayed tersentak kaget. Kepalanya menoleh ke belakang. Terlihat, seorang pria bermata biru laut itu mengulas senyum. Kemudian, dia duduk di samping Zayed.
“Ada apa denganmu, capten? Kulihat, kau tengah seperti tertekan. Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Ceritakanlah.. ”. Zayed menoleh sekilas. Lalu, kembali menatap lurus ke depan. Dirinya mengeluarkan nafas dengan kasar.
“Sore tadi, aku bertemu dengan seorang wanita. Dia salah satu relawan medis dari Indonesia. Dia.. menyatakan perasaannya kepadaku. Jujur, aku merasa menjadi orang jahat. Karena telah membiarkannya menyimpan cinta itu tanpa ku ketahui.. ” jawab Zayed dengan gemetar. Dirinya merasa telah berbuat dosa. Lalu, Zayed mengucapkan istighfar secara berulang-ulang. Berharap, rasa bersalahnya memudar dari hatinya.
“Wanita itu mengatakan.. jika dia telah mencintaiku hampir 3 tahun. Lama sekali, bukan? Sore tadi, pertemuan pertama dan terakhir kami.. karena dia, akan kembali ke tanah Indonesia.. Orang tuanya menjodohkannya dengan seorang dokter.. apa yang harus ku lakukan supaya rasa bersalah ini hilang, Qasim? ” tanya Zayed dengan gemetar. Qasim terdiam. Lalu, menyunggingkan senyum. Tangannya menepuk pundak Zayed sebanyak dua kali.
“Temui dia, dan ucapkan selamat tinggal. Tanyakan kepadanya untuk yang terakhir kali, apakah dia sanggup melupakanmu atau tidak.. sebelum semuanya terlambat.. ”. Zayed menoleh. Kemudian mengangguk seraya tersenyum tipis.
“Aku akan menemuinya besok di bandara.. ”
Zayed menghela nafas. Kini, hatinya sudah mulai kembali tenang. Perasaan bersalah telah terkikis sedikit demi sedikit.
Suara teriakan terdengar di depan masjid. Zayed dan Qasim berdiri. Lalu, berjalan mendekat ke sumber suara. Senapan panjang mereka genggam dengan erat.
Terlihat, dua pemuda berpakaian loreng dengan senjata mereka. Mereka berteriak meminta seluruh pasukan Hamas untuk segera pergi dari area masjid.
Zayed menatap tajam dua pemuda tersebut. Rahangnya mengeras. Senapan panjang yang dia bawa, mulai dibidikkan ke arah dua tentara Israel itu. “Lebih baik, kalian pergi darisini!! Kami tidak akan pernah mengikuti perintah kalian!!! ”
Terlihat, dua pemuda itu menahan amarah. Senapan panjang itu mereka todongkan tepat di depan Zayed. Zayed menaikkan salah satu sudut bibirnya. Salah satu alisnya terangkat. “Lebih baik kau pergi, sebelum kepalamu lepas dari tubuhmu itu!!! ”
Zayed menggeleng pelan. Kemudian, terkekeh. “Justru kalian yang harus pergi, atau nama kalian saja yang akan kembali ke rumah kalian.. ”. Salah satu dari tentara Israel itu marah. Dia menarik pelatuk itu.
Doorrr...
Dengan gesit, Zayed menghindar ke samping kiri. Padahal, jarak antara dirinya dengan senjata api sangatlah dekat.
Doorrr..
Kini, pria yang menembak Zayed itu, telah terbujur kaku di atas tanah. Pria itu melihat temannya yang telah tak bernyawa. Kedua kakinya gemetar. Lalu, dia berlari pergi meninggalkan area masjid Al-Aqsa.
Zayed tersenyum di balik penutup wajahnya. Apapun yang terjadi, Zayed akan terus menjadi pelindung masjid Al-Aqsa. Apapun itu!!!
oOo
🇵🇸Pray For Palestina🇵🇸
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]
Genç Kurgu⚠CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI⚠ SPIRITUAL - ROMANCE - ACTION ❗PERINGATAN ❗ SIAPKAN HATI KALIAN!!! "Ku berjuang di garda terdepan. Melindungi negara dari kejamnya para manusia. Begitu juga dengan cinta. Ku jaga ia hingga panggilan surga itu tiba" ...