Chapter 7 | Terungkap

195 59 0
                                    

Zayed masih saja menatap lekat surat berwarna merah muda itu. Saat ini, dirinya tengah duduk di atas puing-puing rumah yang telah runtuh.

Semilir angin menerpa wajahnya yang tanpa penutup wajah. Bunga Hebras berwarna merah itu dia genggam secara erat.

Kata orang, bunga Hebras merupakan salah satu bunga yang melambangkan arti cinta. Selain bunga mawar, bunga Hebras ini juga sering digunakan dan diberikan kepada sang kekasih untuk mengutarakan perasaan mereka.

Hidung mancungnya mengendus kelopak bunga itu. Zayed memejamkan matanya. Menikmati aroma bunga Hebras yang dia genggam. Kemudian, Zayed membuka mata. Kepalanya mendongak ke atas. Zayed masih bingung, siapakah S itu?

Setahu Zayed, tidak ada satu pun wanita yang mendekatinya. Zayed bahkan baru menyadari, jika dirinya memiliki pengagum rahasia.

Kedua mata coklatnya menatap lurus ke depan. Terlihat, seorang wanita berjas putih dengan gamis merah mudanya berlari dari arah barat. Wanita itu berhenti di depan seorang bocah perempuan yang telah tak bernyawa. Dia memeluk erat tubuh bocah kecil itu. Kedua tangannya menggerakkan tubuh bocah yang telah tak bernyawa dengan kencang.

Zayed menatap lekat wanita bercadar itu. Seingat dia, wanita itu yang telah mengobati luka tembakannya. Kalau tidak salah, namanya Haura.

Zayed menyimpan surat tersebut ke dalam saku celana. Jari-jemari nya mulai memakai penutup wajah berwarna hitam. Zayed mulai melangkah menuju wanita tersebut. Kedua telinganya mendengar suara isakan kecil terdengar dari mulut wanita yang bernama Haura itu.

Tangan kanannya menyodorkan setangkai bunga Hebras dari atas. Suara isakan mulai berhenti. Haura mendongakkan kepalanya ke atas. Jari-jari nya bergerak menghapus sisa-sisa air mata.

Haura berdiri. Kemudian, berbalik menghadap Zayed. Kepalanya menunduk melihat setangkai bunga di depannya. "Laa tahzan.. dia telah bahagia di surga.. ". Dengan ragu, Haura mengambil setangkai bunga yang Zayed sodorkan kepadanya.

Dia menyipitkan kedua mata hitamnya. Menandakan bahwa dirinya tengah tersenyum. "Terimakasih.. "

Zayed hanya mengangguk singkat. Netra mata cokelatnya menatap datar wanita bercadar merah muda di depannya.

"Bukankah kau pria yang ku tangani beberapa hari yang lalu? Bagaimana dengan lukamu? Apakah ada keluhan? " tanya Haura secara beruntun kepada Zayed.

Zayed mengeleng pelan. "Aku baik-baik saja.. "

Wanita itu mengangguk pelan. Kini, keheningan tercipta di antara mereka.

"Aku Haura, siapa namakķmu? " sapa wanita sembari menyatukan kedua tangannya di depan dada.

"Zayed" balas Zayed dengan singkat. Iris mata cokelatnya menatap bocah perempuan yang tengah dievakuasi.

Zayed berjongkok. Kedua tangannya mulai menggendong bocah itu menuju ambulans di depan nya. Zayed mulai masuj ke dalam pintu belakang ambulans. Disusul Haura yang berlari mengikuti langkah Zayed dari arah belakang. Dia duduk di depan Zayed.

Haura menyatukan kedua tangannya. Keringat di pelipisnya menetes sedikit demi sedikit membasahi cadarnya. Iris mata hitamnya menatap sendu bocah perempuan yang berada di pangkuan Zayed. Kedua matanya memerah dengan linangan air mata.

Zayed melihat sekilas Haura yang berada di depannya. Terlihat, wanita bercadar merah jambu itu tengah menahan air matanya agar tidak keluar.

Zayed menatap lekat wajah bocah yang dia pangku. Kulitnya yang berwarna kuning langsat, bulu mata yang lentik, hidungnya yang mancung, pipi yang tirus, serta senyuman di kedua sudut bibir merahnya. Hati Zayed bergetar tatkala melihat wajah itu secara seksama.

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang