Chapter 8 | Berlatih Bersama

192 55 0
                                    

"Syifa? "

Fadel mengangguk singkat. Netra matanya menatap lurus ke depan. "Dia seorang relawan medis.. berasal dari Indonesia.. "

Zayed mengangguk pelan. "Tunggu.. kau mengenalnya? " tanya Zayed dengan penasaran. Fadel menoleh. Mengangguk seraya tersenyum tipis.

"Dulu, dia pernah mengobatiku.. " jawab Zayed. Ingatannya kembali mengingat masa dimana dirinya bertemu dengan Syifa.

Fadel berjalan tergopoh-gopoh menuju area tenda. Tangannya memegang erat paha kanannya. Darah segar mengalir deras di sekitar betis kanan Fadel.

Fadel duduk sembari merentangkan kedua kakinya. Bibirnya meringis pelan. Sakit ini begitu menyakitkan.

Tanpa Fadel sadari, seorang wanita berhijab merah dengan jas putihnya berjongkok di sampingnya. Fadel terlonjak kaget tatkala tangan wanita itu menyentuh kaki kanannya.

"Ada apa dengan kakimu?! "

Fadel hanya diam. Menatap lekat wanita di sampingnya. Guratan kekhawatiran tersirat di kedua mata hitam wanita tersebut.

"Tahanlah sebentar! Mungkin, ini akan sedikit sakit.. " perintah wanita berjas putih itu. Tangannya mulai membuka pelan celana panjang berloreng itu. Kemudian, dia mulai mengambil peluru itu dengan hati-hati. Takut jika nanti pria di depannya berteriak kesakitan.

Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, peluru itu berhasil dikeluarkan bersama dengan darah segar yang menempel di sekitarnya.

Wanita itu menyeka keringatnya. Bibirnya mengucapkan hamdalah secara pelan. Dia mengulas senyum.

Badannya berbalik dan mengambil sebuah kain berwarna putih polos. Lalu, wanita itu mulai menjahit luka di betis Fadel. Setelah selesai, dia membalutnya dengan kain yang dia ambil.

Wanita itu duduk tegap. Kedua tangannya menata peralatan medis yang berserakan. Wanita itu melirik Fadel sekilas. Lalu, kembali melanjutkan kegiatannya.

"Alhamdulillah, lukamu tidak cukup parah.. Saranku, sebaiknya kau beristirahatlah disini.. ". Wanita itu tersenyum. Fadel terdiam. Kepalanya tertunduk melihat luka yang baru saja selesai diperban.

"T- "

"Ku mohon, jangan sakiti dirimu.. Aku tahu, kau masih dalam bertugas, tapi, ingatlah dengan kondisimu saat ini.. " pinta wanita berhijab merah itu. Kepalanya berbalik menatap beberapa pasukan tentara Palestina itu masih bergulat dengan senjata dan lawan.

Fadel terdiam, menghela nafas dengan kasar. Dia mengangguk pelan. "B-baiklah.. "

Tampak, wanita di depannya tersenyum kegirangan. Dia menyodorkan tangan kanannya di depan Fadel. "Aku Syifa.. siapa namamu? "

Fadel menatap lekat tangan di depannya. Dia tersenyum simpul. Kedua tangannya menyatu di depan dadanya.

"Fadel"

Syifa menggaruk tengkuk belakangnya. Dia tersenyum kikuk kepada Fadel. "Maaf, aku refleks.. "

Fadel mengangguk singkat. Kedua tangannya sibuk melepas sapu tangan hitam. Lalu, dia mulai melepas kaos kaki yang masih melekat di telapak kakinya.

"Kau salah satu anggota Hamas, bukan? Aku salah satu relawan medis disini.. dari Indonesia". Fadel berhenti sejenak. Kemudian, melanjutkan aktifitasnya.

"Seperti yang kau lihat.. "

Syifa mengerjap dua kali. Kepalanya mengangguk berulang kali. Dia mulai berdiri. "Baiklah, aku harus pergi.. jaga dirimu baik-baik.. "

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang