Chapter 4 | Ayat-ayat Penenang Hati

300 91 4
                                    

Saat ini, Zayed beserta beberapa anggota pasukan Hamas baru saja selesai memakamkan jasad Khaled. Seorang wanita muda tengah menaburkan beberapa kelopak mawar di atas gundukan tanah itu dengan sebuah isakan kecil di bibir kecilnya.

Baju hitam polos dengan celana panjang berwarna hitam melekat sempurna di tubuh Zayed yang kekar. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya. Wajahnya begitu cerah ketika tanpa penutup wajah yang selalu dia kenakan. Alis mata yang tebal, iris mata cokelat yang tajam, lesung pipi yang menonjol di sebelah kanan, rahang yang tegas serta di tumbuhi beberapa rambut halus di sekitarnya, membuat dia begitu tampan.

Satu persatu, semua orang mulai pergi. Dan yang tersisa kini, hanyalah Zayed dan wanita muda tersebut. Zayed menatap sendu wanita muda itu dari atas. Kemudian, dirinya berjongkok di samping kanan wanita itu. Tangan kirinya mengelus punggung wanita itu dengan lembut. Berusaha menyalurkan kekuatan untuk wanita di sampingnya.

"Aku tahu, ini semua tidaklah mudah.. tapi aku yakin, kau pasti bisa, Zaynah.. " ucap Zayed sembari memeluk erat wanita muda tersebut dari arah samping. Jihan Zaynah Salma Thurayyah, wanita muda yang merupakan adik dari Zayed itu membalas pelukan dari kakaknya.

Kedua bahunya berguncang karena tangisan hebat. Air mata terus saja mengalir di kedua pipinya. Hatinya begitu sesak.

"Bersabarlah, dan yakinlah, kalian akan bertemu lagi di surga.. " lanjut Zayed sembari menghapus air mata di kedua pipi adiknya. Wanita muda berusia 17 tahun itu, mengulas senyumnya kepada sang kakak. Kepalanya mengangguk singkat.

Zayed mengulas senyumnya kepada sang adik. Tangan kanannya mengelus puncak kepala Zaynah yang tertutup jilbab lebar. Bibirnya mengecup lembut kening Zaynah. Netra mata cokelatnya menatap lembut iris mata hitam Zaynah.

Zaynah mendongak. "Kak, apakah kakak juga akan meninggalkanku? "

Zayed mengangkat salah satu alisnya ke atas tatkala mendengar pertanyaan dari sang adik.

"Apa maksudmu? "

Zaynah terdiam dengan kepala yang tertunduk ke bawah. Kedua tangannya memegang erat ujung gamis yang dia kenakan.

"Kakak tidak akan meninggalkanku, bukan? Aku takut, jika kakak benar-benar ikut pergi meninggalkanku.. " lirih Zaynah dengan gemetar. Dirinya takut jika kakak sekaligus keluarga satu-satu nya itu juga ikut pergi meninggalkannya.

Zayed mengulas senyumnya. Tangan kanannya mengelus puncak kepala Zaynah dengan lembut. "Kakak tidak akan pergi meninggalkanmu, kecuali jika kakak sedang bertugas dan.. "

Zaynah mengangkat salah satu alisnya. "Dan? " tanya Zaynah dengan penasaran.

"Dan jika maut telah menjemput kakak.. "

Zaynah terdiam tatkala mendengar jawaban dari sang kakak. Jujur, Zaynah belum siap untuk kehilangan kakaknya. Bagi Zaynah, Zayed ialah pria yang selalu menjaga dan melindunginya ketika serangan rudal dan senjata terjadi. Pria yang selalu menyayanginya layaknya seorang ayah dan ibu kepada anaknya, sekaligus seorang kakak kepada adiknya.

"Sekarang, kau harus beristirahat.. mari, kita pulang! " ajak Zayed sembari menggandeng tangan mungil milik Zaynah.

Mereka pun berdiri dan melangkah menuju kediaman.

oOo

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم..

بسم الله الرحمن الرحيم..

الرحمن {١}

Ar-rahmaan (u)

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang