Chapter 27 | Berakhir

452 45 20
                                    

Haura menatap nanar gundukan tanah basah di depannya. Setetes air mata kembali keluar di sudut matanya. Bibirnya hanya diam. Tidak ada satu pun kata yang keluar.

Dia berjongkok. Lalu, mulai menaburinya dengan bunga mawar segar. Sesekali, punggung tangannya menyeka air mata yang kembali keluar.

Setelah itu, ibu jarinya mengelus sebuah nisan. Bibirnya bergetar. Kedua matanya memerah.

Jihad Zayed Salem Obaid.

"Z-Zayed, t-terimakasih s-sudah menye-lamat-kan a-aku.. hiks" ucap Haura dengan gemetar. Dengan cepat, dia menghapus air matanya. Lalu, tersenyum samar.

"K-kamu adalah seseorang yang membuatku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Karena keberanianmu dalam melindungi negeri ini- ". Sesaat, Haura terdiam. Dia menghela nafas dengan pelan.

"A-aku bahagia.. ketika tahu, bahwa kau juga mencintaiku. Namun, Allah lebih menyayangimu.. ". Setetes air mata kembali keluar dari sudut matanya.

"A-aku mencintaimu.. a-aku menyayangimu.. hiks". Haura tidak tahan. Dadanya begitu sesak. Dia terus menangis dengan isakan.

Tak berselang lama, sebuah cahaya hadir di depannya. Haura terpaku. Lalu, berdiri. Kedua matanya menatap lekat cahaya tersebut. "Z-Zayed.. "

Zayed berdiri dengan jubah putih di tubuhnya. Pria itu tersenyum. Haura kembali meneteskan air mata. "Z-Zayed.. hiks.. ku mohon, kem-bali-lah.. hiks".

Zayed hanya tersenyum kepada Haura. "Aku mencintaimu"

Haura membalas senyum. "Aku juga mencitaimu.. ". Seketika, Zayed hilang bersama dengan cahaya tersebut. Haura mengerjap. Lalu, menatap sekitar.

Dia kembali menangis. "Z-Zayed! ". Air mata terus saja mengalir dengan deras. Setelah cukup tenang, Haura menyeka jejak air matanya. Dia menunduk menatap gundukan tanah di depannya.

Perpisahan memang menyakitkan. Tidak seorang pun menginginkan berpisah dari orang tersayang. Namun, kematian tetaplah kematian. Dia akan datang pada waktu yang telah ditetapkan. Dan dengan cara yang berbeda.

Satu persatu, orang terdekat kita akan pergi. Dan meninggalkan kita sendiri. Pasangan, orang tua, anak, saudara, teman, mereka juga akan pergi. Tidak ada manusia yang abadi.

Terkadang, mencintai seseorang juga memiliki sebuah dampak. Ditinggal bersanding dengan yang lain, atau dengan malaikat Izrail.

Tidak semua cinta berakhir indah. Tidak semua rasa dibalas dengan hal yang sama. Ada yang dikecewakan karena terlalu berharap. Ada yang ditinggalkan karena terlalu memaksakan kehendak.

Inilah yang Haura rasakan, mencintai seseorang. Namun, dia lebih dulu berpulang. Memang menyakitkan. Apalagi mengetahui jika dia merasakan hal yang serupa.

Terkadang, mengikhlaskan memang sangat diperlukan. Untuk tidak terlalu berkabung dalam lubang kesedihan. Bukan untuk melupakan, tapi menghapus segala kenangan.

Berusaha memulai kehidupan baru. Melepas luka di qalbu. Tanpa ada paksaan. Yang membuat kita semakin tertekan.

Belajar mengikhlaskan. Bahwa tidak semuanya bisa kita genggam. Termasuk cinta. Tidak semua insan bersanding dengan orang yang dicintainya.

Haura mendongak menatap langit biru yang cerah. Kemudian, dia mengulas senyum.

"Selamat tinggal, Zayed. Semoga kau bahagia di surga"

End

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang