Chapter 23 | Ternyata Dia

125 36 6
                                    

Zayed berdiri tegak. Iris mata tajamnya menatap sekitar. Kedua tangannya menggenggam erat senapan panjang.

Saat ini, dirinya ditugaskan untuk menjaga sekitar bandara. Dikarenakan hari ini, banyak pendatang dari berbagai mancanegara berkunjung ke negeri ini. Mulai dari negara Malaysia, Irak, Turki, Malaysia, Yordania dan Indonesia.

Suasana di bandara begitu padat. Para pendatang baru saja tiba. Seluruh pasukan Hamas memperketat penjagaan. Zayed melihat suasana sekitar.

Begitu ramai.

Tiba-tiba, seorang pria berjubah putih dengan sorban bercorak merah yang dikalungkan di lehernya melangkah ke arah Zayed.

“Assalamu'alaikum.. ”

Zayed berbalik. Menatap pria di depannya. Salah satu alisnya terangkat. “Wa'alaikumusalam warahmatullaah”

“Maaf, apa kamu tahu alamat ini? ” tanya pria tersebut seraya menyodorkan secarik kertas di depan Zayed.
_________________

RS. Al-Shifa
_________________

Zayed mengangguk singkat. Dirinya menatap datar pria di depannya.

“Apa kamu mau mengantar saya kesana? Baru pertama kali ini, saya menginjakkan kaki di tanah para Nabi.. ”. Dengan tenang, Zayed mengangguk.

Kemudian, membantu mengangkat koper biru tua berukuran sedang milik pria tersebut. “Tidak usah! Biar saya saja.. ”

Zayed berhenti. Kemudian, menggelengkan kepalanya. “Sebagai sesama muslim diwajibkan saling membantu satu sama lain, bukan? ”

Pria berjubah itu mengangguk. Kemudian, tersenyum tipis. “Terimakasih”

Zayed hanya mengangguk singkat. Lalu, berjalan menuju mobil jep yang terparkir di halaman bandara.

“Fadel, perketat penjagaan! Aku akan pergi mengantar dia ke Rumah Sakit Al-Shifa”

Fadel mengangguk. Lalu, memberikan hormat kepada Zayed. “Siap, capten!

oOo

Zayed melakukan mobil jep itu dengan kecepatan sedang. Semilir angin menerpa wajahnya yang masih tertutupi sorban bercorak hijau muda. Kedua mata elangnya menatap fokus ke arah jalan.

“Maaf, siapa namamu? ”

Zayed menoleh sekilas. Lalu, kembali melihat ke depan. “Zayed, Jihad Zayed Salem Obaid” jawab Zayed dengan singkat.

Pria berjubah putih itu mengangguk. “Nama saya Hanan, Muhammad Hanan Al-Ghifari.. ”. Hanan melempar senyum kepada Zayed.

“Mengapa kau datang ke negeri ini? ”

Seketika, Hanan menoleh. “Tidak boleh? ”. Kedua keningnya berkerut.

Zayed menggeleng pelan. “Bukan begitu.. ”

“Saya ditugaskan menjadi relawan medis disini.. ” jawab Hanan dengan tenang. Zayed mengangguk singkat.

“Hanya sendiri? ”

Hanan menggeleng. “Tidak. Sebenarnya, saya bersama 3 teman saya.. dua pria dan satu wanita. Kalau teman laki-laki saya, memilih untuk disana.. katanya menunggu jemputan dari saudaranya.. ”

“Lalu, mengapa kau tidak ikut bersama mereka? ”. Hanan tersenyum.

“Saya mengikuti teman wanita saya yang lebih dulu meninggalkan kami bertiga setelah tiba di bandara. Tapi, saya kehilangan jejak.. makanya, saya meminta bantuan kamu. Karena saya yakin, dia sudah berangkat sendiri.. ”

Zayed hanya diam. Dirinya masih bingung dengan perkataan Hanan.

“Bukankah ini pertama kalinya kalian datang kemari? Apakah teman wanitamu itu tidak takut tersesat? ” tanya Zayed dengan penasaran. Kedua matanya tetap fokus melihat ke depan.

Hanan menggelengkan kepalanya. “Dia sudah pernah kemari.. Makanya, dia hafal letak daerah. Dia akan sampai disana tanpa tersesat.. ”

“Siapa namanya? ”

Hanan mengulas senyum. “Haura.. ” jawab Hanan seraya mendongak menatap langit. Zayed terdiam.

Haura? Dia.. telah kembali?

“Kamu kenal? ”. Dengan cepat, Zayed mengangguk.

“Seminggu yang lalu, dia pulang ke Indonesia. Orang tua kami berniat menjodohkan kami berdua.. ”

Jadi, dia? Pria yang dijodohkan dengan Haura?

Entah kenapa, hatinya sesak ketika mendengar penuturan dari Hanan. Pria yang dia ajak bicara, ternyata adalah calon kekasih Haura.

“Berapa umurmu? ”

Zayed berusaha menetralkan mimik wajahnya. “27 tahun.. ”. Hanan mengangguk. “Kita seumuran”

Zayed hanya diam. “Sudah menikah? ”. Zayed menoleh sekilas. Lalu, menggeleng pelan.

“Kenapa? Lagipula umurmu sudah matang.. ”

Zayed tersenyum samar. “Aku ingin lebih fokus melindungi negeri.. ”. Hanan mengangguk paham.

“Karena hatiku juga masih terpaut dengannya.. ”

oOo

🇵🇸Pray For Palestina🇵🇸

Assalamu'alaikum, Heaven Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang