Malam yang tenang dengan taburan bintang dan cahaya bulan menghiasi. Udara yang cukup dingin di tengah keheningan malam yang panjang. Suara langkah kaki yang mengendap-endap, serta nafas kecil yang terengah-engah terdengar memenuhi ruangan.
Seorang gadis berusia sepuluh tahun membuka sebuah knop pintu di depannya dengan pelan. Kakinya yang kecil berjinjit-jinjit masuk ke kamar dengan wajah bahagia yang penasaran.
"Ah! Lucunya!" seru gadis kecil itu dengan suara bisikannya.
Mata coklatnya berbinar melihat sosok mungil yang sedang tertidur di sebuah ranjang bayi. Dia tidak percaya, dia sudah menjadi seorang kakak sekarang.
Ia mengulurkan tangannya, mencoba mengusap pipi merah menggemaskan dari seorang bayi laki-laki itu. Kata orang, kulit bayi itu sensitif. Tangan mungil yang seharusnya mengelus pipi dengan lembut itu tidak sengaja membangunkannya. Gadis itu tidak sadar, bahwa tangannya yang dingin mengagetkan adik kecilnya.
"Bagaimana ini?" tanyanya gusar diiringi suara tangisan bayi.
Ketenangan malam semakin pecah saat langkah kaki terburu-buru mendekati kamar. Sosok pria dewasa bersama seorang wanita di sisinya memasuki kamar dengan wajah setengah mengantuk.
"Arden, sayang. Kau bangun, ya," ucap wanita itu lembut sembari menggendong bayi yang ia panggil Arden.
Pria yang notabene-nya adalah suaminya tersenyum, tangannya mengelus kepala anaknya itu, lalu tatapannya beralih ke seorang gadis yang sejak tadi terdiam sambil memandang kedua orang tuanya.
"Bukankah sudah kubilang untuk tidak memasuki kamar Arden, Zefania?!" bentaknya dengan suara yang sedikit berbisik.
Gadis kecil bernama Zefania terkejut mendengar nada ayahnya yang meninggi dan terdengar kasar.
Kenapa ayahnya marah?
Kenapa ... dia menatapnya setajam itu?
"A-ayah, Zefania hanya penasaran dengan adik Zefania," jawabnya dengan suara bergetar. Zefania kecil tidak tahu mengapa ayah yang dulunya begitu lembut tiba-tiba membentaknya.
Apakah mengunjungi adiknya adalah sebuah kesalahan?
Atau membuatnya menangis adalah sebuah dosa?
Zefania ingin tahu jawabannya, tidak bisakah ayahnya memberitahunya dengan perlahan?
"Omong kosong. Kau seharusnya tidak membuat Arden menangis," balas Richard—ayah Zefania.
"Tenanglah, Richard. Suaramu bisa membangunkan Arden."
"Zefania, jika kau mengerti kesalahanmu. Lebih baik kembali ke kamar dan tidur, ini sudah malam." Elena menatap Zefania, memperingati.
Zefania menundukkan kepalanya, ia mengangguk lemah. Dia berjalan keluar kamar, lalu berhenti sejenak di ambang pintu. Zefania menoleh, matanya melihat kedua orang tuanya. Tidak ada lagi tatapan tajam dan wajah dingin dari keduanya, hanya senyum lembut mereka saat menatap Arden yang sedang tertidur.
Tatapan Zefania seketika berubah redup. Seingatnya, ayah dan ibunya tidak pernah menatapnya sedemikian rupa. Mereka memang memberi Zefania kasih sayang yang cukup. Namun, perasaan seorang anak kecil lebih peka daripada siapapun. Zefania tahu, tatapan kedua orang tuanya tidak pernah setulus yang ia lihat saat ini.
Apa dia bukan anak kandung mereka? Sejenak, Zefania berpikir demikian. Ironis jika membayangkan anak sepuluh tahun bisa berpikiran hal tersebut.
Zefania kembali ke kamarnya, berbaring di sebuah ranjang empuk dan menarik selimutnya. Matanya sendu, perasaan sakit memenuhi hatinya. Jendela kamar yang terbiasa terbuka di samping tempat tidurnya menghembuskan angin malam yang dingin. Namun, Zefania kecil sama sekali tidak terpengaruh.
Jika diingat kembali, itulah pertama kalinya sebuah kaca yang halus di hati Zefania menjadi retak sedikit demi sedikit, kenangan indah selama bertahun-tahun yang perlahan memudar telah digantikan dengan mimpi buruk sepanjang malam, dan sebuah keretakan maupun kepudaran, tidak akan pernah bisa kembali seperti sedia kala.
Seiring berjalannya waktu, Zefania Aizen yang ceria perlahan menghilang. Cahaya yang selalu menghiasi mata coklatnya kian meredup. Setelah satu tahun Arden lahir, orang tuanya mengirim dia ke rumah kos. Agar bisa menjadi gadis yang mandiri, ialah sebuah omong kosong bagi orang tua yang mengirim anak sebelas tahun ke rumah kos yang jauh dari rumahnya.
Kemudian, empat tahun berlalu dengan cepat. Dalam tahun-tahun menyedihkan itu, Zefania mengerti akan satu hal, bahwa dia adalah anak kandung dari Richard dan Elena. Namun, sayang sekali dia bukanlah anak yang diharapkan pasangan itu.
Sebuah kebodohan saat manusia masih berpikir anak laki-laki adalah segalanya. Itulah yang tertanam di pikiran ayah dan ibu Zefania. Dengan teganya menelantarkan darah daging, anak pertama, dan sebuah bunga cantik yang merupakan hasil cinta dari mereka sendiri.
Zefania Aizen adalah sebuah percobaan gagal dan Raiyendit Arden adalah sebuah percobaan yang sukses.
Manusia akan lupa dengan kegagalan yang mereka alami saat sudah mendapatkan sebuah kesuksesan. Hanya saja, kegagalan yang dilupakan kedua orang tua Zefania adalah seorang gadis yang memiliki pikiran dan perasaan.
Perlahan-lahan, perasaan Zefania menjadi hancur dan pikirannya terkoyak. Hidup bagaikan menunggu waktunya meninggalkan dunia, berdiri di ruangan gelap yang kosong, lalu membenci manusia-manusia yang berada di sekitarnya. Mungkin, lama kelamaan, Zefania akan menjadi arti dari sebuah kegagalan yang sesungguhnya. Benda tanpa pikiran dan perasaan bagaikan boneka yang terbuang.
Sebuah perasaan muak tiba saatnya muncul. Kebencian yang dulunya nyaris tidak ada, kini menjadi satu-satunya yang terisi di hatinya. Zefania membenci dunia dan membenci orang tua yang menganggapnya sebuah kegagalan.
Namun, meski sulit mengakuinya, kenangan indah dulu kala dan keberadaan adik kecil yang entah sudah seperti apa rupanya selalu berhasil melemahkan hati Zefania.
Dalam lubuk hatinya yang terdalam, Zefania selalu bertanya-tanya,
Apakah adik tersayangnya tahu bahwa dia memiliki seorang kakak perempuan?
Atau, apakah orang tuanya tahu bahwa anak pertamanya, Zefania Aizen sudah tidak ada lagi di dunia itu?
Tidak ada yang tahu.
***
love is gone.
SLANDER ft. Dylan Matthew
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Duke's Mansion
Fantasy[ Flower in the Duke's Mansion ] Seorang gadis yang tiba-tiba berpindah ke dunia lain, lalu menjadi seorang budak yang dijual dengan harga tinggi karena fisik langkanya. Hingga kemudian, gadis itu dibeli oleh seorang duke yang keberadaannya penuh de...