Chapter 20 : Identitas yang Terungkap

6.2K 866 14
                                    

Cahaya putih terus berpendar sejak tujuh orang itu menginjakkan kaki di portal sihir. Sudah sekitar sepuluh menit mereka hanya berdiri dan menatap ruangan yang sama. Ruangan yang bagai ilusi, jika tidak bisa bertahan, akan menimbulkan hal yang tidak diinginkan-

Huek!

"Ugh, itu menjijikan!" cicit salah seorang ksatria tiba-tiba.

Di sampingnya, Theo sedang berjuang mengeluarkan isi perutnya. Wajah tirusnya pucat pasi. Itu adalah siksaan pembuka yang cukup mengerikan baginya.

"Apa ini bisa dibersihkan, Kapten Harry?" sambung rekannya. Dia tampak beberapa tahun lebih muda, seorang ksatria baru.

Harry menoleh. Matanya langsung tertuju pada pemandangan yang lebih memusingkan dari portal itu sendiri. Ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu."

"Baik, Kapten."

"Aku harus menahan diri untuk tidak mual melihatnya sepanjang waktu." Ksatria muda itu berbisik. Ini pertama kalinya dia memasuki portal sihir. Namun, karena kondisi fisiknya, dia jadi tidak mudah mual dalam kondisi demikian.

"Kau hanya perlu tidak melihatnya," sambung Harry.

"Tapi kita tidak bisa menghindari baunya," balas ksatria muda itu lagi. Kali ini rekan di sampingnya menyikut, dia sudah terlalu banyak bicara.

"Ah, maaf, Kapten. Saya tidak bisa berpikir rasional karena-"

"Satu menit lagi akan sampai, persiapkan diri kalian." Ellendis memotong. Para ksatria di belakangnya seketika terdiam. Entah perasaan mereka saja, atau tuannya itu memang sering memotong ucapan para bawahannya. Namun, pada akhirnya percakapan mereka berakhir begitu saja.

Cahaya lambat laun memudar. Udara dingin perlahan terasa menusuk kulit. Bangunan putih yang mewah dan artistik juga mulai terlihat, pertanda bahwa mereka telah sepenuhnya sampai di kastel Duke Erghen.

"Yang Mulia?"

Samar-samar terdengar panggilan dari luar.

Tidak butuh waktu lama hingga portal sihir itu menghilang saat semua orang telah sepenuhnya keluar dari sana. Tepat waktu itu juga, siluet Galan terpampang jelas di depan mata dengan wajah yang penuh ketidakpercayaan.

"Sepertinya perjalanan kali ini tidak berjalan dengan baik," ujarnya. Ia langsung mengerti situasi. Namun, di sisi lain, wajahnya menjadi lebih dingin dari mereka yang mengalami hal buruk itu sendiri.

Ellendis mengabaikan ucapan asistennya itu, dia langsung bergegas memasuki mansion tidak peduli bagaimana dengan bawahannya.

Galan mengamati kepergian tuannya. Wajahnya terlihat khawatir, tapi ia tidak berniat menghentikannya. Ia beralih menatap satu per satu ksatria Ellendis. Sosok pria pucat di belakang sedikit menarik perhatiannya.

"Siapa si kurus itu?"

"Hanya tamu tak diundang." Harry menjawab acuh tak acuh.

Galan bergumam. Daripada seorang penjahat, lelaki itu terlihat seperti mayat hidup yang sedang di ambang kematian; terlihat menyedihkan. Jika orang awam melihatnya, mungkin para ksatria itu akan dituduh membawa seorang gelandangan secara paksa daripada seorang tahanan.

"Melihat Yang Mulia membawanya hidup-hidup seperti ini, pasti kesalahannya sangat fatal. Benar?"

Harry dan ksatria lainnya mengangguk ringan.

"Baiklah, kalian sudah bekerja dengan baik. Kurung dia di penjara bawah tanah, sisanya biar Yang Mulia yang mengurusnya. Mungkin ini hari yang melelahkan, jadi akan kuberi kalian cuti selama sehari. Selamat beristirahat!" Galan menepuk tangannya. Setelahnya, ia melesat pergi menuju mansion. Dia adalah asisten Ellendis, tidak perlu ditanyakan lagi apa yang harus ia lakukan sekarang.

Flower in the Duke's MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang