“Kembali ke tugas kalian masing-masing!”
Galan memandang rombongan Ellendis yang sudah tidak terlihat dari mansion, derap langkah kaki di belakangnya juga terdengar menjauh satu per satu.
“Liona, selama Yang Mulia tidak ada, rawat kamar beliau dengan baik, terutama kamar pelayan pribadinya.” Liona, sang kepala pelayan, mengangguk setelah Galan menyelesaikan ucapannya.
Galan menatap puas ke arah Liona. Selama Ellendis pergi, dia yang akan menggantikannya untuk mengurus administrasi, itulah mengapa dirinya menyerahkan salah satu tugas yang biasa ia kerjakan kepada Liona.
Halaman mansion kini telah sepi, hanya tersisa Galan seorang yang kini berdiri sendirian di sana. Raut wajahnya yang santai, berangsur-angsur mendingin layaknya Erghen yang tertutup salju.
“Tersisa satu hal yang merepotkan,” gumamnya. Kemudian tubuhnya menghilang, meninggalkan jejak kilatan hitam tak kasat mata.
Galan muncul di salah satu tempat paling terpencil di Kastel Duke Erghen. Dia menatap jam saku di tangannya, lalu mengeratkan mantel di tubuhnya. Meskipun ia memiliki fisik yang kuat, suhu dingin di sana masih berpengaruh terhadap indra perabanya.
Paviliun Barat.
Tempat yang paling dihindari di Kastel Duke Erghen. Bahkan para pelayan atau mereka yang bertugas di mansion utama, tidak diperbolehkan ke tempat itu walau hanya sekedar berjalan-jalan.
“Astaga, Galan?” Suara ringan dan lembut di suhu dingin yang ekstrim. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan langsung terpesona. Namun, Galan lebih memilih menulikan telinganya daripada mendengar suara itu jika memungkinkan.
Galan berbalik. “Senang bertemu dengan Anda, Lady Latiathe,” sapanya. Tidak tersirat sama sekali nada ramah di dalamnya.
Latiathe tersenyum. Sebuket bunga di tangannya menarik perhatian Galan. Jelas sekali wanita itu mendapatkannya dari luar Erghen, entah kapan dia membelinya, itu bukan hal yang perlu Galan pikirkan karena Latiathe memang selalu melakukannya saat ada kesempatan.
Galan menatapnya cukup lama hingga akhirnya ia membuka suara, “Sepertinya Anda telah bersiap.”
“Ellendis tidak pernah mengizinkanku memasuki mansion saat dirinya di sana. Bukankah kau tahu itu, Galan?”
“Tidak ada seorang pun yang tidak tahu fakta umum itu, Lady.” Galan tersenyum tipis.
“Tapi sayang sekali, saya menyesal menyampaikan pesan ini.” Senyum Galan perlahan melebar. “Mulai sekarang, Lady tidak boleh menginjakkan kaki di mansion meskipun Yang Mulia sedang tidak ada di tempat.”
Pelayan Latiathe di belakang saling melirik. Mereka bergidik layaknya memahami pikiran satu sama lain sedangkan Latiathe masih bergeming. Buket bunga yang dipeluknya, nyaris terjatuh jika saja tangannya tidak memegangnya dengan erat.
“Itu pesan yang menyakitkan, Galan,” balas Latiathe.
Suhu dingin di sana tampaknya semakin menurun tanpa disadari. Namun, tidak ada dari Galan maupun Latiathe yang tampak terpengaruh.
Galan mengambil kacamatanya yang mengembun, lalu mengusapnya dengan saputangan. Tatapan yang kini diberikan Latiathe tampaknya bukan masalah besar baginya. “Saya tidak berhak ikut campur atas perasaan Lady, Yang Mulia sendiri yang memerintahkan saya untuk menyampaikannya.”
“Terlepas dari itu, bukankah Anda memiliki tujuan lain selain mengunjungi mansion?” Galan mendongak sehingga mereka berdua saling bertatapan.
Latiathe berkedip, lalu menyerahkan buket bunga ke pelayan yang kini tidak bisa menyembunyikan ketakutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower in the Duke's Mansion
Fantasy[ Flower in the Duke's Mansion ] Seorang gadis yang tiba-tiba berpindah ke dunia lain, lalu menjadi seorang budak yang dijual dengan harga tinggi karena fisik langkanya. Hingga kemudian, gadis itu dibeli oleh seorang duke yang keberadaannya penuh de...