Chapter 30 : Festival Kembali

2.2K 195 13
                                    

Zefania terkejut, kemudian memalingkan wajahnya, tetapi masih bisa menyembunyikan gerak-geriknya sebaik mungkin.

Ellendis memang tampan sejak dulu, dia amat memahami itu. Namun, ada kalanya Zefania terpukau dengan ketampanan itu tanpa sebab. Apa dia mengagumi majikannya sendiri?

Pubertas yang merepotkan. Zefania diam-diam menghela nafas dan mulai berjalan.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu? Siang tadi Anda membuat portal sihir, itu bukanlah sesuatu yang sederhana, Anda pasti menggunakan banyak mana."

Zefania berjalan mendekat. Ellendis menatapnya sekilas, lalu mengulurkan tangan seperti yang biasa ia lakukan.

"Itu bukan apa-apa selama ada pemurnianmu," jawab Ellendis ringan.

Tangan kecil Zefania meraih tangan Ellendis, lalu menyentuhnya seraya menyalurkan energi murni dari tubuhnya. Inilah rutinitasnya hampir setiap malam sejak tiga tahun lalu; memurnikan Ellendis.

Semakin seseorang menggunakan sihir, semakin juga sihir itu akan menggerogoti tubuhnya. Namun, Ellendis adalah penyihir agung yang memiliki seorang pemurni di sampingnya. Jadi, bisa dibilang, kekuatannya hampir tidak terbatas untuk saat ini.

Dua kekuatan terbesar bersatu, tetapi dunia tidak ada yang tahu. Itu adalah sebuah anugrah, tetapi juga bisa menjadi malapetaka jika dunia memilih melawan mereka berdua.

"Besok akan ada festival musim semi, kau mau datang?" Ellendis tiba-tiba membuka topik.

Zefania tertegun sejenak. "Musim semi?"

"Dibandingkan dengan Erghen, Neiger sudah termasuk dalam wilayah empat musim."

Bukan, bukan itu. Zefania lebih terkejut karena ajakan Ellendis untuk mendatangi festival daripada Neiger yang hendak memasuki musim semi.

"Anda benar-benar mengambil liburan."

Ellendis mengangkat alisnya. "Jadi, menurutmu aku datang ke sini karena ada urusan pekerjaan?"

Zefania tertawa dalam hatinya. Tuannya memang seorang yang gila kerja, tidak heran dirinya berpikir demikian. Bahkan, jika Galan mendengar ucapan Ellendis, dia juga akan sedikit terkejut.

"Saya akan mengikuti Anda kemana pun Anda pergi, Yang Mulia."

"Kalimat itu sepertinya sudah menjadi kebiasaanmu." Ellendis berkata seraya menatap kedua tangan mereka yang saling bersentuhan karena proses pemurnian.

"Tapi saya serius mengatakannya," jawab Zefania tulus.

"Bahkan, jika aku membawamu ke neraka?"

Suasana hening untuk sementara. Zefania terdiam, sedangkan kepalanya masih sibuk memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Ellendis.

"Saya tahu Anda tidak akan melakukannya."

"Kenapa kau bisa yakin?"

Helaan nafas panjang keluar dari Zefania. Sejujurnya, ini adalah salah satu hal yang dia tidak suka; perbincangan yang terlalu dalam. Sederhana saja, dia tidak pandai berargumen, berbanding terbalik dengan Ellendis yang sangat licik untuk membolak-balikkan setiap kata-katanya.

"Insting saya berkata demikian," jawab Zefania pada akhirnya.

"Insting saja tidak cukup untuk membuktikan kebenaran." Ellendis kembali membantah.

"Yang Mulia ... ."

Kekehan kecil terdengar dari Ellendis. Dia tahu, amat sangat tahu karakteristik Zefania. Karena itulah, akan selalu menyenangkan melihatnya tidak bisa berkata-kata karena pertanyaannya yang bertubi-tubi. Meskipun, sebenarnya Ellendis telah mengambil secarik kesimpulan dari percakapan kecil tadi.

Flower in the Duke's MansionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang