Hai minna, sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena sudah begitu lama menghilang.
Kira-kira sudah dua tahun ya saya Hiatus dan menelentarkan cerita ini :"
Saya tidak menyangka jika cerita ini masih banyak peminatnya, terima kasih buat kalian yang begitu sabar menunggu kelanjutan cerita ini.
Dikarenakan saya begitu sibuk dengan reallife saya selama ini, ditambah tahun lalu saya akhirnya memutuskan untuk menikah dan saat ini tengah di masa hamil.
Untuk kedepannya saya akan kembali lagi dalam dunia menulis dan akan kembali melanjutkan cerita ini, saya mohon doanya agar mood saya dalam menulis mulai kembali secara perlahan dan bisa segera menyelesaikan cerita ini ya minna.
Semoga masih pada minat dengan cerita saya ini.
Selamat membaca minna-san!!!
Zeke memandang tajam ke arah orang yang sudah berani masuk ke wilayahnya, pandangannya lurus menatap pada Xavi yang tengah tersenyum remeh sambil duduk bersilang kaki.
"Aku kira kau mafia yang hebat, tapi dugaannku ternyata salah. Kau seperti tikus got yang tengah ketahuan mencuri Zeke." Seringai Xavi begitu lebar kala melihat tatapan marah Zeke padanya.
"Tapi tikus got ini cukup menyulitkanmu bukan Inocencio. Butuh dua tahun untukmu mengejar tikus got sepertiku." Zeke semakin memicingkan matanya tajam kala mendengar tawa remeh Xavi.
"Yeah kau benar, cukup mengesankan, hingga kau bisa membuatku harus langsung turun tangan menyusuri lubang pembuangan untuk mencari keberadaannmu."
"Cih, sombong sekali."
Sudah bukan kejutan sebenarnya jika Xavi bisa menemukannya secepat ini, Zeke sendiri tahu bagaimana pengaruh seorang Inocencio baik di dunia atas maupun di dunia bawah, tapi tetap saja Zeke merasa agak kesal karena berani sekali Xavi secara terang-terangan menunjukkan batang hidungnya di depannya secara langsung.
Agaknya Zeke sedikit meremehkan Xavi selama ini, karena dia terlalu fokus untuk menjauhkan Eren dari Levi. Hingga Zeke lupa jika Xavi juga tengah mengincar adiknya.
"Tidak perlu berbasa-basi Zeke Jaeger, aku hanya akan berkata satu kali. Berikan Eren padaku!"
Mantap dan lugas
Xavi menatap Zeke Jeager telak dimata, tidak ada lagi senyuman remeh, kali ini dia benar-benar menatap lawan bicaranya serius.
Zeke sendiri terkekeh mendengar penuturan Xavi barusan.
"Siapa kau berani memerintahku? Eren adalah adikku! Milikku! Kau tidak punya hak memintanya padaku Xavi."
Tawa Zeke makin renyah saat Xavi menggeram padanya.
"Eren bukan milikmu Zeke, dia berhak untuk bebas. Lagipula kau tidak bisa memilikinya seperti apa yang kau harapkan." Satu alis Zeke terangkat sementara Xavi tersenyum menghina.
"Jangan kira aku tidak mengetahuinya, perasaanmu itu sangat menjijikan. Ingatlah batasanmu."
"Tahu apa kau tentang perasaanku untuk Eren. Kau hanya orang luar yang tidak tahu diuntung. Bukannya selama ini Eren tidak pernah menganggapmu."
Adu tatapan kian memanas saat kesabaran Xavi mulai terkikis sementara Zeke juga ikut mulai bersiaga.
"Jika saja kau tetap diam bersembunyi seperti tikus, mungkin saat ini aku sudah menikahi Eren, bajingan. Kau benar-benar merusak semua rencanaku."
Keduanya secara bersamaan mengeluarkan senjata masing-masing, tidak ada lagi pembicaraan yang sia-sia. Zeke tidak punya waktu untuk meladeni omong kosong Xavi lagi, dia tahu pria Inocencio itu merencanakan sesuatu yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...