4. Badai melanda (part. 2)

6.2K 731 242
                                    

Keadaan restoran menjadi ricuh tidak karuan, beberapa pelanggan berteriak kaget saat melihat sebuah perkelahian di pojok ruangan. Ada dari mereka penasaran dengan apa yang terjadi, ada pula yang mengumpati siapa dalang yang membuat keributan di restoran mahal ini.

Sementara sang pelaku pembuat onar masih saling melayangkan tinju masing-masing, Erwin sedikit susah payah menghentikan Levi dan Jean yang masih baradu pukulan tersebut. Begitupun Mikasa yang langsung menjauhkan Eren dan Armin dari jangkauan penyerangan.

"JEAAN"

"LEVII"

Panggilan Mikasa tidak digubris oleh keduanya, nafasnya memburu mengatur emosi yang sebentar lagi juga bisa meledak melihat prilaku tidak sopan abang dan temannya itu. Diliriknya Eren yang terlihat pucat dengan tubuh bergetar hebat.

'Oh shit'

Mikasa langsung mengumpat di dalam hati, dia sungguh lupa jika Eren mempunyai kenangan buruk jika melihat perkelahian di depan matanya. "Eren, tenanglah. Tolong kendalikan dirimu." Peringat Mikasa menyadarkan Eren yang sempat disorientasi.

Kesadaran Eren pulih kembali, dia memegang tangan Mikasa dengan masih bergetar. "Tolong hentikan mereka Mikasa." Ujarnya lirih, memohon untuk mengakhiri perkelahian tersebut.

Gadis itu mengangguk cepat, menyuruh Eren untuk tetap berdiri di tempat yang aman bersama dengan Armin. "Tolong jaga Eren, Armin." Pinta Mikasa kepada Armin yang juga tidak kalah pucatnya.

Penuh keberanian, Mikasa yang sudah memegang ban hitam taekwondo itu langsung menolong Erwin yang masih melerai perkelahian antara Levi dan Jean.

Levi dengan segenap kekuatannya melayangkan pukulan bertubi-tubi kepada Jean yang masih belum menyerah. Erwin yang ikut andil untuk melerai pun tidak hayal menjadi sasaran tinju pria itu. Rasa ingin membunuh dan menghancurkan terlihat jelas dari raut wajah pria raven tersebut.

Jean yang sudah babak belur belum mengalah, serangan balik dilayangkan kepada Levi yang berhasil menangkis. Dia tidak menyangka jika pria dengan tingggi badan di bawah rata-rata itu mempunyai kekuatan yang melebihi ekspektasi. Decihan kecil menyeruak keluar saat wajahnya kembali menjadi korban.

Kefokusan mereka dalam saling mengalahkan malah membuat keduanya tidak sadar akan tempat dan situasi. Mikasa yang sudah tidak tahan langsung meninju pipi keduanya dengan beringas. Membuat mereka langsung tersungkur ke lantai.

"Memalukan" nafasnya memburu dikala melihat Levi dan juga Jean saling menatap tajam dengan aura permusuhan yang begitu kentara. "Apa kalian tidak sadar dengan sikap kalian ini hah? Lihatlah, semua orang memperhatikan tingkah kekanakan kalian berdua." Nada bicara gadis itu naik satu oktaf pertanda dia begitu marah saat ini.

Tatapannya beralih pada Levi yang berekspresi datar dengan sedikit luka menghiasi wajah tampannya. "Kau memalukan Levi, aku benar-benar sangat kecewa padamu." Pria itu menatap Mikasa dengan pandangan yang sulit diartikan, dia terdiam melihat raut kecewa pada wajah adiknya tersebut.

Kemudian pandangan Mikasa beralih pada Jean yang sepertinya sudah menyesali perbuatannya ini. "Kembalilah ke kamarmu Je, jangan tunjukkan batang hidugmu itu padaku untuk saat ini." Jean langsung mendongakkan wajahnya, dirinya hanya pasrah lalu mengangguk menyetujui perintah Mikasa.

Selang beberapa detik setelahnya, pihak manager dari restoran tersebut datang. Erwin selaku yang masih waras langsung mengambil tindakan, berbicara empat mata dengan pihak restoran itu dalam waktu yang cukup singkat hingga permasalahan yang terjadi telah terselesaikan.

Sementara Eren yang masih berdiri bersama Armin hanya bisa terdiam, beberapa saat yang lalu Jean telah pamit kepadanya dan meminta maaf. Terlihat jelas jika lelaki itu sangat-sangat menyesali kelakuan kekanakannya. Eren paham dan hanya bisa tersenyum, membiarkan Jean pergi meninggalkan tempat perkara.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang