Mohon dikoreksi kalau ada typo!!Saya tidak edit ulang soalnya :''
Enjoy it!!!
Menyesal, satu kata yang bermakna suatu perasaan dimana satu individu merasa tidak senang atas suatu perbuatan yang diperbuat sebelumnya.
Penyesalan, hanya akan berguna disaat peristiwa yang telah terjadi menyadarkan seseorang akan perbuatannya yang dirasa kurang baik dan tidak benar.
Maka, katakanlah jika kata tersebut sangat cocok disematkan kepada Levi yang saat ini tidak bisa berucap sepatah katapun.
Iris kelamnya menatap nanar sosok Eren yang terdiam kaku di depan pintu dengan sejuta emosi terlihat jelas pada kedua mata indahnya, dari semua emosi yang terbaca, Levi bisa merasakan sebuah emosi yang membuncah, membuat lidahnya kelu untuk berucap.
Begitu besar keinginannya untuk memeluk sang terkasih yang disadari atau tidak tengah meneteskan air mata, hatinya tertohok untuk kesekian kalinya, tercubit keras atas rasa penyesalan yang tiada tara.
"Beraninya kau menampakkan wajahmu di depan Eren, cebol sialan!" suara pekikan wanita mengalihkan atensi Levi.
Satu kata keramat yang hanya dia, berani mengatainya tanpa takut mati, Mikasa, bagai superhero berdiri tepat di depan Eren, hingga anak itu seakan berlindung di balik punggungnya.
Tatapan benci tidak lupa dilayangkan, secara eksplisit mengatakan jika kehadiran Levi tidaklah diinginkan. "Pergi kau dari hadapan Eren sekarang juga keparat!" Pengusiran secara nyata, tapi tidak meruntuhkan niat si surai raven untuk beranjak juga.
Eren hanya bisa menatap kosong, tangannya perlahan meremat ujung kaos Mikasa agar menolong, hati dan mentalnya tentu belum siap untuk berada di posisi seperti ini. Rasa sakit itu kembali datang, sangat nyata terasa, hingga tangannya gemetar ketakutan.
Mikasa tentu menyadarinya, rahangnya mengeras saat Levi melangkah maju menghiraukan pengusiran darinya.
"Untuk apa kau mendekat? Cepat pergi dari sini Levi! Eren tidak ingin bertemu denganmu."
Levi memilih acuh, kakinya tetap mencoba untuk mendekat, Mikasa jadi panik sendiri. tangannya semakin mendorong Eren masuk ke dalam.
Tergesa, gadis itu hendak berbalik dan segera menutup pintu, tetapi kecepatannya tidak sebanding dengan langkah lebar abangnya yang sudah menahan pintu.
Rahang gadis itu semakin mengeras, hendak melayangkan satu tendangan namun dengan gesit di tahan. Sorot tajam kedua saudara itu saling dipertontonkan.
"Biarkan aku menemuinya!"
Tegas dan penuh intimidasi, bukan permintaan tetapi sebuah perintah, namun tidak menyurutkan keberanian Ackerman muda untuk mematuhinya.
"Aku tidak mengijinkanya."
Mikasa balas berucap dengan suara tak kalah penuh dominasi. Levi menggeram tertahan, tidak ada yang boleh menolak perintahnya sekalipun itu adalah saudaranya sendiri.
"Kau akan menyesal Ackerman muda, biarkan aku menemui istriku!"
Geraman bagai seekor singa terdengar samar, Mikasa memekik kaget ketika dengan mudahnya Levi mendorongnya dan membuka pintu lebih lebar. Rupanya pria itu sudah tidak sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...