16. Diambang batas

4.6K 447 167
                                    

Levi memukul dinding yang tidak bersalah, kemarahan terlihat jelas pada raut mukanya. Emosinya selalu saja dipermainkan oleh pihak yang ingin mencari gara-gara dengannya.
Kedua iris hitam itu berkilat tajam, menusuk telak pada lawan bicaranya yang menciut ketakutan.

"Berapa kali harus aku katakan padamu, jangan pernah ikut campur dalam masalahku."

Petra hanya mampu bungkam dengan kedua tangan memeluk perutnya yang sudah membuncit besar, wajahnya sedari tadi terus menunduk tidak berani menatap Levi yang mengamuk dengan kedatangannya.

"Otak dangkalmu apa tidak berpikir dengan usia kandunganmu yang sudah tua hah!! Jika terjadi sesuatu pada anakku bagaimana Rall? Kau ingin membunuh keturunanku?"

Emosi yang semakin labil, membuat Levi meninggikan suaranya dua oktaf, sontak saja Petra semakin memeluk erat perutnya, setetes air mata tidak dapat dia cegah untuk keluar, tolong ingatkan Levi jika wanita hamil sangatlah sensitif.

Melihat wanita yang juga merupakan istrinya itu tengah menangis terisak, membuat emosi Levi sedikit berkurang, mengusap kasar wajahnya, dia beranjak duduk di sebelah Petra.

"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu." Levi merengkuh Petra ke dalam pelukannya, mengusap punggung sempit nan masih bergetar hebat tersebut dengan lembut.

Petra tidak bersuara, dia biarkan kehangatan yang sudah lama tidak dirasakannya memenuhi rongga dadanya.

Entah kenapa hanya kehampaan yang dirasakan Levi saat memeluk istrinya ini, tidak seperti waktu lalu, dimana perasaan itu sangat membuncah sama seperti yang dia rasakan pada Eren.

Memejamkan matanya sejenak, Levi jadi sangat merindukan sosok tersebut, tangannya mengepal erat saat mengingat Eren yang tidak berada di apartemennya. Entah dimana bocah itu berada, dia sendiri belum mendapatkan kabar dari mata-matanya.

Bertanya pada Hanji-pun percuma, wanita gila itu malah tidak membantunya sama sekali. Levi tahu jika Hanji belum sepenuhnya percaya dengannya.

Dia tahu jika yang menyembunyikan bocah kesayangannya adalah Zeke, pria yang menurut Levi adalah manusia sampah, Zeke pasti berniat menjauhkannya dari Eren, bukan tidak mungkin karena sedari dulu dia tahu bahwa Zeke tidak menyukainya.

Hati Levi dirundung cemas berlebihan, fakta niat apa yang tengah disembunyikan Zeke belum dia ketahui, dia tidak ingin kesayangannya dalam bahaya, mengingat pria itu adalah seorang mafia yang berbahaya.

Hubungan darah tidak bisa menjadi alasan kuat jika Eren akan aman, ingat fakta yang tidak diketahui Eren, bahwa yang membunuh Grisha dan Carla Jeager adalah Zeke sendiri. Ironis memang jika kebenaran ini sampai diketahui oleh istrinya itu. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati bocah manis itu nantinya.

Pelukan keduanya terlepas, Levi kembali mengusap wajah lelahnya. "Mike akan mengantarmu ke hotel, lusa kau akan kembali ke Jerman." Petra hendak membantah tapi urung saat tatapan tajam Levi menusuk ulu hatinya. "Aku tidak menerima penolakan."

Pintu ruang kerja Levi tebuka, mendapati Mike yang sudah siap di depan sana, raut wajahnya terlihat datar saat menyuruh Petra mengikutinya.

Setelah kepergian istri keduanya itu, Levi menyandarkan punggungnya, terlihat pria itu lelah sekali. Pikirannya terus menerawang pada si kesayangan yang kembali hilang tanpa jejak.

"Kau begitu sulit untuk kuraih bocah."



******





Di lain tempat, Eren tengah berada di sebuah ruangan yang dia yakini adalah ruang kerja sang kakak, kakinya tanpa disuruh mendekati meja kerja yang ada tepat di tengah ruangan itu, menatap penasaran berbagai macam dokumen yang dia yakini sangatlah penting.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang