Warning!!!
Banyak typo beredar karena saya tidak ngecek ulang,. Jadi harap maklum :''
Happy reading!!
Senandung kecil mengisi kekosongan pagi, Eren tengah bersiap-siap hendak pergi menjelajahi kota hingga lelah menanti. Ditengah kegiatan memasang kaus kaki, suara bel mengusik pendengaran berkali-kali, kerutan tergurat jelas bertanya-tanya siapa yang hendak bertamu ke apartemennya pagi-pagi begini.
Satu nama langsung terlintas, karena hanya satu nama itu yang tahu akan keberadaan tempat tinggalnya. Berdecak malas, Eren segera membukakan pintu.
Ceklek
Pintu dibuka, serapahan hendak dilontarkan, tetapi tertahan di tenggorokan, seraya emerald membola menangkap siluet yang tidak diduga-duga muncul dengan tatapan tajam sarat akan kerinduan.
"Eren"
Suaranya tercekat, tubuh kaku untuk bergerak, Eren lupa bagaimana cara bernapas. Si pelaku keterkejutan instingtif memeluk Eren cukup erat.
"Aku merindukanmu."
Wajah tersembunyi di ceruk leher, menghirup wewangian yang begitu dirindukan.
"Kenapa kau pergi sejauh ini? Kenapa tidak mengajakku? Kau jahat Eren."
Lelehan air mata tidak dapat terbendung, isakan kecil menyadarkan diri dari disorientasi sementara.
"Mi-mikasa."
Pelukan hangat dibalas tidak kalah erat, Eren menghirup wangi rambut familiar yang begitu dirindukan. Air mata tidak terelakkan meleleh tanpa diundang.
"Ma-maafkan aku, aku juga merindukanmu! Sangat-sangat merindukanmu. Maaf!!"
Isakan penuh haru mengisi udara hingga paru-paru terasa penuh dan sesak. Keduanya hanyut akan rasa rindu yang membuncah begitu besar.
Hanji yang ikut datang, tersenyum kecil dalam diamnya. Membiarkan dua saudara angkat di depannya saling melepas rindu.
Tidak ada yang memulai kata, temu haru berlangsung beberapa menit lamanya untuk melepas rindu.
Tersadar akan sosok lain yang ikut datang, Eren segera menoleh, air matanya semakin deras kala mendapati Hanji yang tengah menangis pula.
Sebelah tangan Eren terentang, secara impulsif meminta pelukan.
Isakan Hanji semakin menjadi kala memeluk sang sahabat yang sudah dia anggap sebagai adik.
Ketiganya hanyut, tidak memperdulikan beberapa orang yang lalu lalang di koridor apartemen dengan dahi berkerut.
Eren meletakkan dua cangkir teh panas ke atas meja, tersenyum hangat ketika lengannya langsung ditarik oleh Mikasa.
Posisi duduk Eren saat ini berada tepat di tengah kedua gadis kesayangannya. Hanji dan Mikasa saling mengapit lengan Eren cukup kuat, seolah takut pemuda yang mereka sayangi pergi jauh lagi.
"Hey, ayolah! Sudah hampir dua jam kalian bertingkah manja begini. Tahu tidak, aku susah bernapas karena kalian."
"Kami masih merindukanmu Eren sayang, setengah mati kami mencari keberadaanmu. Kali ini, kau tidak akan bisa kemana-mana lagi." Hanji semakin menguatkan pelukannya, tidak peduli dengan keluhan Eren.
Mikasa hanya diam sedari tadi, semenjak temu haru di depan pintu, gadis itu enggan membuka suara. Eren semakin merasa bersalah karena keegoisannya tempo lalu. Melihat gadis yang dia sayangi menangis sesenggukan seperti tadi, membuat hatinya tersayat, tidak pernah selama mereka saling mengenal, Mikasa menangis seperti beberapa saat lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...