13. Sebuah titik terang

4.2K 460 44
                                    


Hidup itu adalah pilihan.

Hidup itu adalah anugerah.

Yah, begitulah kebanyakan orang memandangi arti sebuah kehidupan. Namun, jangan lupakan jika hidup adalah tantangan.

Tantangan yang harus diselesaikan hingga mencapai batas akhir yang telah ditentukan.

Jika kau menonton atau mengikuti sebuah pertandingan, maka akan ada garis start dan juga garis finish. Kita bisa mengkalkulasikan seberapa kekuatan yang harus dikeluarkan untuk meraih kemenangan.

Berbeda dengan hidup, manusia tidak diberikan pandangan akan sampai mana usaha dan tenaga yang harus diforsir untuk mencapai garis finish tersebut.

Bahkan manusia tidak tahu kapan harus memulai dan mengakhirinya, hanya sang Kuasalah yang mempunyai kehendak, sedari awal seorang manusia dilahirkan lalu mulai menghirup oksigen, disanalah dimulainya tantangan hidup untuk mereka.

Akan tetapi, jika kau menyadarinya, tantangan yang kau lalui selalu mempunyai banyak pilihan.

Pilihan yang bernama TAKDIR.

Buang jauh-jauh presepsimu akan namanya takdir itu adalah sebuah kehendak yang harus kau jalani, karena yang namanya takdir tentu mempunyai makna dimana suatu kejadian adalah pilihan yang kau buat dan kau yakini adalah yang terbaik.

Pilihan itu sendiri belum tentu salah dan benar, karena waktulah yang akan menjawab semuanya.

Jadi, dalam kasus kehidupan seorang Eren Jaeger, apakah takdir yang dia buat sudah benar? akankah pilihan yang dia buat akan membuatnya mencapai sebuah kebahagiaan? atau malah membuatnya semakin hancur mengenaskan?

Kegundahan hatinya saat ini tentu sangat menyiksa, pikiran kalut bercabang-cabang membuat Eren tidak bisa merasa tenang apalagi senang. Stress melanda, nafsu makan-pun tak ada.

Sudah seminggu semenjak kedatangan Levi yang tidak terduga, dan seminggu pula Eren merasa ada kejanggalan. Katakan jika dia paranoid, karena masalah ini tentu tidak bisa dibilang mudah.

Eren sudah cukup lama hidup bersama Levi, baik di masa berpacaran hingga berakhir pada jenjang pernikahan, tentu dia sangat tahu bagaimana tabiat 'mantan' suaminya itu.

Bolehkah dia berharap jika surat perceraian itu telah ditanda tangani oleh Levi? Sehingga kata 'mantan' bisa sangat pas disematkan pada pria yang masih mengisi hatinya tersebut.

Bukan tanpa sebab, Eren merasa ada yang aneh. Levi tentu tidak akan menyerah begitu saja, dia adalah tipe pria yang bernafsu untuk meraih apapun keinginannya, bahkan jika itu harus dengan tindakan kekerasan.

Hal itulah yang membuat Eren merasa tidak nyaman, dia merasa ada rantai tak kasat mata yang tengah mengikatnya saat ini. Rantai yang telah dibuat Levi saat pertemuan mereka satu minggu yang lalu.

Tidak ada yang berubah memang, Hanji dan Mikasa masih setia menemaninya, bahkan Xavi-pun masih setia mengejarnya. Interaksi ketiganya di awal jumpa juga di luar ekspektasi.

Eren kira akan ada perdebatan alot, mengingat Mikasa sedikit tidak menyukai anak sulung Inocencio tersebut. Tapi ternyata, keduanya malah terlihat akur. Hanji sendiri seolah sudah tahu tentang keberadaan Xavi di dekatnya.

Pemuda manis itu tidak tahu saja, jika selama ini semua orang tengah memata-matainya.

"Apa yang kau pikirkan Eren?" Mikasa yang baru keluar dari kamar mengernyit heran saat melihat Eren yang tengah duduk di sofa, terpampang jelas raut gelisahnya.

Eren menoleh, tersenyum tipis sembari menggeleng pelan. "Aku tidak memikirkan apapun Mikasa."

"Kau bohong, ada apa?" Jelas Mikasa tidak akan percaya semudah itu, Eren bukan tipe orang yang pandai berbohong, sekali lihat kau pasti sudah bisa menebaknya.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang