7. Pilihan yang kubuat

6.4K 727 276
                                    

Dua hari kembali berlalu, kondisi Eren-pun sudah berangsur membaik. Tidak ada lagi kursi roda yang menopang kedua tungkai kakinya. Tidak ada pula muka pucat yang menghiasi wajahnya. Bahkan saat ini Eren sudah bisa berjalan dengan santai, melangkah menyusuri tepian kolam berenang sembari bersenandung kecil, seolah masalah yang menimpa dirinya tidak pernah terjadi sama sekali. Padahal faktanya luka-luka yang masih sering terasa perih di tubuhnya adalah bukti nyata kekerasan fisik yang dilakukan oleh Levi.

Merasa puas telah menggerakkan otot-otot kakinya, Eren memutuskan untuk duduk di gazebo yang cukup dekat dengan kolam renang. Iris emerald itu memandang silau pada langit cerah tanpa awan, mengagumi bentangan karpet biru yang luasnya tidak terhingga tersebut. Senyum tulus yang akhir-akhir ini sangat jarang terlihat mulai mengembang manis.

"Andaikan aku adalah bagian dari keindahan kalian, mungkin kepedihan ini tidak akan pernah aku rasakan." Helaan napas terdengar halus keluar dari belahan bibir semerah ceri  saat dering ponsel pada saku celananya mengganggu ketenangan Eren.

Membaca pesan singkat yang diterimanya, Eren memutuskan untuk segera beranjak dari kenyamanannya dengan terburu. Tanpa pemuda manis itu sadari, sepasang mata tengah memperhatikannya dari atas balkon dengan penuh selidik.

Sebuah mobil Audi berjenis R8 GT spyder berwarna silver meluncur mulus membelah jalanan kota München yang terlihat cukup ramai. Mengendarai salah satu mobil sport mewah kebanggaan negara Jerman itu, Eren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju salah satu kafe langganannya.

Hanya butuh waktu dua pulih menit Eren memberhentikan mobilnya di depan sebuah kafe bergaya unik. Kafe denga tema Maid seperti yang ada di negara Jepang. Sambutan hangat langsung diterima Eren dikala dia baru memasuki kafe tersebut. Seorang perempuan dengan kostum maid kucing mengantar Eren pada meja yang terletak dekat dengan jendela.

"Anda ingin memesan apa Eren-sama?" Tanya pelayan dengan name tag Isabell tersebut. Jangan ditanya kenapa gadis berkuncir dua itu mengetahui namanya. Sudah Eren katakan jika dia merupakan pelanggan tetap kafe ini.

"Kau tahu apa yang aku mau Isabell." Senyum lima jari Isabell langsung mengembang manis. Gadis itu membungkuk hormat hendak mengambilkan pesanan Eren, tetapi pemuda manis itu kembali bersuara.

"Tolong katakan kepada Farlan sekalian jika aku sudah datang."

"Wakarimashita Eren-sama."

Eren tersenyum tipis melihat kepergian Isabell, gadis periang yang memiliki iris serupa dengan miliknya. Sembari menunggu, Eren yang merasakan kepalanya mendadak pusing memilih untuk menyandarkan tubuhnya sejenak.

"Maaf membuatmu menunggu kawan." Suara yang sudah tidak asing di pendengarannya refleks membuat Eren langsung membuka mata.

"Aku baru saja datang, jadi jangan khawatir." Farlan hanya mengangguk kecil. Tanpa disuruh pria bersurai mocca itu langsung mengambil tempat duduk di depan Eren.

"Bagaimana? Apa semuanya sudah kau persiapkan?" Farlan tentu tahu apa yang dimaksud Eren.

"Tentu saja, bahkan semua keperluanmu untuk di sana juga sudah aku atur dengan baik." Eren mengangguk kecil, keadaan mendadak hening. Eren yang masih merasakan pusing di kepalanya memilih untuk memejamkan matanya kembali.

"Jika aku boleh tahu, kenapa kau ingin pergi sekarang Eren? Bukannya kau sendiri pernah berkata jika kau tidak akan pernah meninggalkan-nya." Bukan tanpa alasan Farlan bertanya seperti itu, dia yang sudah mengenal Eren dari dulu hingga apa yang dialami sahabatnya itu tentu menjadi penasaran kenapa Eren bisa berubah pikiran sekarang.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang