Mohon maaf karena saya baru muncul lagi setelah hampir satu tahun menghilang tanpa jejak 🙏🙏
Terima kasih buat readers semua yang selalu mengingatkan saya akan book yang belum kelar ini, makasih juga karena udah setia menunggu cerita ini 😭😭😭
Beberapa bulan ini saya sangat di sibuk kan dengan reallife, membuat saya jadi tidak ada waktu untuk menulis, sekalinya ada waktu saya pergunakan untuk rehat sejenak, jadi mohon maaf kalian harus menunggu lama untuk membaca kelanjutan cerita ini.
Ah satu lagi, cerita ini belum tahu akan selesai di chapter berapa, karena saya belum memutuskannya, jadi nikmati saja cerita ini pelan-pelan. Jika ada perubahan dalam gaya penulisan saya, Itu disebabkan karena sudah lamanya saya tidak menulis lagi. Tolong dimaklumi ya Minna😊😊
Enjoy this story!!!
Sebuah sungai yang mengalir akan mengarung dari tinggi ke tempat yang lebih rendah, bukan malah mengalir dari arah sebaliknya. Hidup juga begitu, disuatu waktu kau akan berada pada titik di mana kebahagiaan selalu menemanimu, namun di suatu waktu lagi kau akan merasakan kesendirian yang menghimpit dada.
Pengandaian itu telah dirasakan Eren, hidupnya yang dari bahagia dan dicintai kini telah berubah begitu pahit dan suram, dibayangi isak tangis dan air mata, begitu lah yang dirasakan Eren selama dua tahun belakangan ini.
Hidupnya bagai dalam sangkar, ingin menggapai kebebasan, tetapi tertahan oleh jeruji besi bertuan. Bisa lepas jika pengaitnya dibuka oleh sang pemilik. Bukan si pemegang hati yang punya kuasa melepaskan, melainkan sang kakak tercinta bermulut pedas berlidah gergaji. Setiap Eren ingin lepas dari kungkungan, Zeke Jeager selalu mematahkan dengan perkataan sarat emosi.
Kedua mata yang dulu berbinar cerah perlahan telah meredup, iris hijau jernih mulai memudar cahayanya, semangat hidup tidak terlihat memenuhi jiwa, Eren bagai patung hidup yang hanya mempunyai raga. Jelas terlihat jika rohaninya bagai tersesat dalam ruang gelap tidak berujung.
Tidak jarang Eren selalu menangis seorang diri, melepas beban hati dan emosi, ingin rasanya berteriak pada sang Ilahi, mengapa cobaannya seberat ini.
Wajah pucat tanpa rona dengan tatapan kosong sudah menjadi pemandangan sehari-hari, bukannya Zeke tidak menyadari perubahan pada sang adik, dia tahu dan akan selalu mengetahui, bahkan dia tahu jika Eren selalu menangis di malam hari, salahkan egonya yang tidak ingin sang adik lepas dari dirinya.
Terserah orang ingin mengatakan dia sebagai saudara yang protektif dan posesif, biarkan orang menganggap dia mengidap brother complex, Toh, itu benar adanya, dia hanya ingin Eren untuknya, menjadi miliknya.
Lupakan tentang pertalian darah yang mengikat mereka, karena sejak kecil hingga sekarang, seorang Zeke memendam perasaan khusus terhadap saudaranya sendiri.
Intinya Zeke Jeager mencintai adik kandungnya sendiri, Eren Jeager mutlak adalah miliknya, dan tidak akan bisa diganggu gugat sedikitpun.
********
Kulit wajah pucat dengan lingkaran hitam mendominasi di bawah mata kian terlihat mengerikan setiap harinya, tatapan datar yang seakan menusukmu secara tidak kasat mata membuat siapa saja enggan untuk menyapa.
Levi Ackerman yang sudah ditakuti dan disegani, kini seribu kali lebih terasa menakutkan, salah bicara sedikit saja, maka bersiaplah menjadi samsak dadakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...