Hari-hari berat terus dijalani oleh Eren, kini dirinya yang selalu terlihat rapuh perlahan mulai bangkit seiring waktu. Senyum menawannya tetap tersungging penuh dikala banyak orang yang melihatnya dengan perasaan khawatir. Eren lelah, pemandangan itu sungguh membuatnya merasa sangat dikasihani. Dia tidak menginginkan hal itu, biarlah dia sendiri yang merasakan perasaan sakit tersebut.
Pada hari ini seperti hari-hari sebelumnya, keadaan ruang makan yang diisi oleh Eren, Levi dan Petra tampak begitu sunyi. Hanya bunyi dentingan sendok dan garpu mengiringi suasana yang ada. Tapi ada sedikit kejanggalan yang dirasakan oleh Eren, dahinya mengernyit heran saat mendapati Levi yang terus menatapnya sedari dia masuk ke dalam ruang makan setengah jam yang lalu.
Aneh, itulah yang dirasakan pemuda manis itu saat ini. Pasalnya semenjak pernikahan suaminya itu dengan Petra. Levi seakan tidak pernah menganggapnya ada lagi. Lupakan kejadian dimana Levi mencuri cium pada malam waktu itu karena hari itu adalah hari yang sungguh menyakitkan bagi Eren.
Tidak ingin mengambil kesimpulan sendiri, Eren memutuskan untuk mengabaikan saja. Namun saat setelah makanpun Levi masih saja memandanginya hingga Petra yang tidak sengaja melihatpun menjadi tidak suka.
"Kenapa kau memandangi Eren seperti itu sayang?" Merasa jengkel akan tatapan lembut itu, Petra akhirnya buka suara.
Levi tidak menjawab, justru fokusnya kini seratus persen untuk Eren.
"Ada apa Levi? Apa ada sesuatu di wajahku?" Eren yang gemas sendiri akan tingkah absurd Levi jadi penasaran juga.
"Apa kau mempunyai acara hari ini bocah?"
Kaget, itulah yang dirasakan Eren begitupun Petra.
"Tidak, hari ini aku hanya akan mengunjungi panti asuhan."
"Bagus, saat makan siang nanti datanglah ke kantor."
"Kenapa Eren harus datang ke kantor? Ada urusan apa memangnya Levi?"
Mengabaikan pertanyaan Petra, pria raven itu menyudahi acara makannya. Kembali dirinya memandangi Eren dengan tatapan setengah bosan.
"Jangan terlambat bocah."
Dia pun beranjak dari ruang makan disusul oleh Petra yang bersiap mengintrogasi. Meninggalkan Eren yang terdiam tidak mengerti akan sifat suaminya itu.
Tidak terasa siang pun menjelang, disinilah Eren berada sekarang. Beberapa karyawan yang mengenal dirinya langsung menyapa sopan. Eren yang baik hati balik menyapa dengan senyum bertengger manis. Banyak diantara mereka yang terpesona akan kemanisan dan keimutan Eren sebagai seorang laki-laki.
Sesampainya di depan ruangan Levi, tampak seorang wanita cantik dengan surai kuning cerahnya tengah tersenyum kepada Eren.
"Selamat datang Eren-sama."
Eren langsung memutar kedua bola matanya jengkel.
"Jangan bersikap formal kepadaku Sherle, kau seperti orang lain saja."
Gadis dengan blouse navy dan rok span selutut itu langsung tertawa kecil. Eren yang melihatnya jadi ikut tertawa kemudian segera memeluk gadis yang juga merupakan teman Eren semasa kuliah dulu.
"Sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabarmu Sherle? Kuharap Levi tidak membuatmu susah."
"Yah seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja. Jangan khawatir, sir Levi selalu membuatku susah dengan perintah absolute nya itu." Kekehan kecil keluar, Eren tidak akan terkejut lagi dengan jawaban gadis di depannya ini. Sherle sudah cukup lama menjadi sekretaris Levi sekaligus kaki tangan suaminya itu. Jadi jangan salahkan dia yang tahu akan tabiat pria raven tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...