Tiga hari sudah berlalu setelah kejadian menyakitkan yang menimpa Eren, dan sudah tiga hari pula mereka kembali dari acara liburan yang menurut Eren tidaklah berkesan sama sekali. Hari ini tepatnya hari Senin, semua orang kembali melakukan aktifitas mereka seperti biasa. Termasuk dirinya yang kembali mengurusi butik kesayangannya, butik yang dia bangun dengan jerih payahnya sendiri tanpa bantuan dari siapapun.Ren's Boutique adalah toko pakaian yang dia bangun saat dirinya masih menginjak bangku kuliah semester empat, bermodalkan nekad dan keyakinan kuat Eren saat remaja dulu menitih usahanya dari nol hingga sukses sampai sekarang ini. Hasil yang dicapainya membuat Eren merasa bangga tentunya. Bahkan butik miliknya ini sudah memiliki cabang di beberapa tempat seperti di distrik Sina, Trost, Maria, dan Rose. Tempat yang sungguh strategis untuk wilayah pemasaran.
Eren sendiri sebenarnya mempekerjakan seorang menejer di setiap butiknya hingga dia tidak perlu susah payah untuk menghendel semua pekerjaannya. Sesekali dia akan berkunjung untuk melihat dan menyaksikan langsung perkembangan butiknya itu. Contohnya saat ini, karena Eren merasa perlu menjernihkan pikirannnya dari semua masalah yang ada, pemuda berusia dua puluh lima tahun itu mendatangi butik miliknya yang ada di Shina. Para karyawan yang mengetahui kedatangannya segera membungkuk hormat dan memberi salam. Eren tersenyum kecil melihat semua karyawannya terlihat bersahaja. Dia sudah menganggap semua karyawannya itu sebagai keluarganya sendiri.
"Lanjutkan pekerjaan kalian." Semuanya kembali melanjutkan aktifitas mereka masing-masing. Langkah kaki pemuda itu berlanjut menuju sebuah ruangan yang merupakan tempat menejernya berada. Tanpa mengetuk sedikitpun Eren segera melangkah masuk, dan saat melihat seseorang yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri, Eren langsung dibuat sweetdrop.
"Kau bisa kehabisan darah jika terlalu lama memandangi layar komputermu Hanji." Wanita berkuncir kuda dengan kacamata yang membingkai manik coklatnya itu langsung melihat ke arah sumber suara.
"EREN" pekiknya girang dan langsung berdiri menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Eren. Tentu saja dengan senang hati dia membalas pelukan Hanji sembari tertawa kecil.
"Sudah lama kau tidak berkunjung kemari uke ku yang manis. Kuharap kau tidak melupakanku karena si cebol sialan itu." Hanji bergelayut di lengan kiri Eren, berbicara dengan nada manja yang dibuat-buat. Eren ingin muntah seketika.
"Berhenti bersikap menjijikan, kau tidak cocok sama sekali bersikap seperti itu nenek lampir." Bukannya tersinggung, wanita itu malah tertawa terbahak-bahak seolah Eren baru saja mengeluarkan sebuah lelucon. Eren hanya bisa geleng-geleng kepala lalu memilih untuk duduk di sofa tamu yang memang tersedia di dalam ruangan menejer ini.
"Well, bagaimana dengan perkembangan toko Hanji? Kudengar kita memiliki beberapa pelanggan yang meminta langsung desain baju buatanmu." Hanji ikut duduk di sofa satunya lagi setelah menyerahkan sekaleng jus jeruk kepada Eren.
"Yah seperti yang kau tahu, beberapa dari mereka sangat ngotot ingin aku yang merancang baju untuk mereka, tapi kau sendiri tahu aku sudah vakum dari dunai desainer." Ya, tiga tahun lalu Hanji yang merupakan desainer ternama memilih untuk berhenti dari karirnya dengan alasan yang tidak diketahui oleh siapapun terkecuali Eren, mereka yang dikala itu baru mengenal saling bahu membahu dengan cara Hanji diangkat menggantikannya menjadi seorang menejer di tokonya, hingga mereka pun menjadi lebih akrab dan saling bercerita satu sama lain.
"Aku tidak akan memaksa jika kau tidak ingin karena itu adalah hakmu. Kita bisa mengurusnya bersama jika mereka menuntut atau menjelekkan nama toko nanti." Hanji langsung tersenyum dan mengangguk. Sejenak suasana menjadi hening dikala wanita itu melihat gurat tak nyaman di wajah manis Eren yang sedang sibuk dengan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...