Tepuk tangan dan sorakan riuh menggema di aula hotel yang di sulap sedemikian rupa. Senyum kebahagiaan tercetak pada seluruh wajah para tamu yang menyaksikan pesta pernikahan kedua mempelai yang terlihat begitu cocok satu sama lain.Surai raven dan coklat caramel saling bertukar saliva saat upacara pemberkatan telah usai diucapkan. Terlihat keduanya tampak bahagia dengan senyum terpatri indah di bibir masing-masing. Namun di balik kebahagiaan itu semua, tampak seorang pemuda dengan surai coklatnya tengah memandang sendu dua sosok yang masih berada di altar tersebut.
Senyum lemah mengukir bibirnya yang tengah bergetar menahan isakan yang akan keluar tak lama lagi. Di depan sana dia harus menerima kenyataan bahwa suaminya harus menikah lagi dengan seorang wanita. Ya, seorang wanita agar bisa memberikan beberapa keturunan untuk keluarga Ackerman kelak. Seorang wanita yang bisa melengkapi kehidupan suaminya dengan tangisan seorang bayi.
Tangan terkepal kuat, sungguh pemandangan ini benar-benar menyayat seluruh tulang dan persendiannya. Namun apalah daya jika dirinya harus menerima kenyataan ini dengan berlapang dada. Sekuat tenaga dia terus tersenyum menguatkan diri sendiri yang tak hayal sudah hancur dan mati berkeping-keping.
"Eren"
Panggilan lirih itu terdengar sendu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pemuda berparas manis tersebut. Armin dan Mikasa, dua sahabat terbaiknya hanya bisa memberikan dorongan agar Eren tetap bisa bertahan.
"Kami masih ada untukmu Eren. Jika kau ingin lari dari cebol keparat itu maka ikutlah dengan kami." Hanya senyum lemah yang bisa dia berikan. Kilat kebencian begitu jelas terlihat di iris kelam segelap malam Mikasa. Tangannya terkepal erat menyaksikan pernikahan antara kakaknya Levi dengan wanita pilihan sang ayah.
"Aku tidak bisa melihatmu seperti ini Eren. Kau hanya akan lebih menghancurkan dirimu sendiri nantinya." Armin yang sudah mulai terisak hanya bisa menunduk meratapi nasib sang sahabat.
Kembali hanya senyum lemah yang bisa Eren berikan untuk mereka berdua. Bukannya dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia masih tetap berada disini. Tapi apalah daya bagi dirinya yang begitu mencintai seorang Levi Ackerman hingga dia sanggup untuk hancur secara perlahan nantinya.
"Kalian jangan khawatir, aku masih bisa bertahan. Biarpun Levi menikah lagi, tapi cintanya masih ada untukku." Benarkah seperti itu? Dia pun saat ini merasa sudah tidak yakin lagi. Apakah suaminya masih memendam rasa seperti dulu atau perasaan itu sudah punah ditinggal zaman.
"Jika dia masih mencintaimu, tidak mungkin dia menikah lagi Eren. Buka matamu lebar-lebar, kau hanya akan larut dalam kesedihan jika pikiran konyol itu masih kau pertahankan."
Mikasa sungguh tidak mengerti dari apa terbuat hati sahabat sekaligus kakak iparnya ini. Sudah sangat jelas terlihat jika abangnya tidak lagi memendam rasa cinta seperti dulu kala."Mikasa benar, aku sudah tidak sanggup melihatmu lebih hancur lagi Eren. Kami sangat menyayangimu. Jika kau ingin pergi menjauh maka kami akan ikut menemanimu nanti."
Ingin rasanya Eren menangis keras melihat betapa masih ada orang yang begitu menyayanginya. Armin dan Mikasa adalah sahabat sekaligus saudara bagi Eren."Terima kasih karena kalian masih perduli padaku. Tapi aku yajin jika aku masih sanggup untuk bertahan kedepannya. Aku akan pergi jika Levi sendiri yang mengkehendaki hal itu terjadi."
Armin dan Mikasa hanya bisa bungkam, tidak tahu lagi cara apa yang harus mereka lakukan untuk mengalahkan kekeras kepalaan seorang Eren Jaeger.
Tepat saat ketiganya larut akan pikiran masing-masing, Levi datang bersama dengan istri barunya. Tatapan angkuh penuh intimidasi diberikan kepada Eren yang tengah tersenyum menyambut keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
FanfictionPerasaan cintanya yang terus dibalas dengan rasa sakit tidak menyurutkan Eren untuk terus mencintai Levi dengan sepenuh hati. Seakan rasa sakit itu adalah bumbu dalam kehidupan rumah tangga mereka. Namun sanggupkah Eren untuk terus bertahan dalam ra...