14. Kecamuk Emosi

4.1K 489 136
                                    


Manusia diciptakan dengan akal dan pikiran, kita semua tahu itu, tapi jangan lupakan, manusia juga terlahir dengan membawa berbagai macam nafsu atau keinginan.

Hawa nafsu tentu ada yang baik dan ada yang buruk, contoh kecilnya saja, ketika kau merasa kasihan pada seorang pengemis, maka ada keinginan besar untuk menolongnya, hal itu termasuk hawa nafsu. Sebaliknya, saat kau melihat lawanmu mencapai kesuksesan, ada perasaan iri menyelimuti, membuatmu gelap mata untuk menjatuhkan lawanmu tersebut, hal itu juga merupakan nafsu.

Hawa nafsu yang buruk sering menjurus pada obsesi dan ambisi, membuat seseorang berkeinganan kuat untuk mencapai sesuatu hingga berujung saling melukai.

Ambisi, obsesi dan arogansi adalah perpaduan yang pas untuk seorang manusia bernafsu tinggi.

Seperti halnya Levi, dia sadar betul akan perbuatannya di masa lalu, menyakiti dan melanggar janjinya untuk menjaga dan melindungi.

Rasa sakit Eren adalah  tamparan keras bagi dirinya, tangisan Eren adalah belati yang membunuhnya secara perlahan, teriakan kesakitan Eren adalah mimpi buruknya belakangan ini.

Katakanlah dia memang seorang bajingan, hanya karena nafsu memiliki seorang anak, Levi menjadi gelap mata, menghapus rasa cintanya. Memilih untuk menikah lagi tanpa meminta izin pada 'istri' tersayang.

Rasa sayang yang begitu dalam mulai terlupakan, digantikan kebahagiaan semu akan adanya seorang bayi di pelukan. Dia terlena, mabuk akan perasaan menggebu yang pada akhirnya membutakan hati.

Kebodohannya tentu semakin menjadi, kala mendengar bisikan pemupuk amarah. Levi gelap hati dan mata, mulai melampiaskan kekecewaan pada sang terkasih. Janji tinggal janji, kata cinta sudah kehilangan makna, rasa sakit pengganti bumbu gelora perih di dada.

Levi menyakiti, dan Eren yang tersakiti, kebodohannya kian terpupuk baik seiring cacian, dan makian dilontarkan dengan kasar. Membiarkan hasutan mendominasi otak cerdas untuk berlaku lebih ditaktor.

Hampir satu tahun kegelapan menguasai dirinya, secara perlahan kesadaran mulai menguasai, tetapi mungkin sudah terlambat, dan tidak ingin mengakui.

Hatinya bagai ditikam timah panas, pada malam disaat kesadaran menguasai, menyaksikan dalam keremangan cahaya lampu, sang terkasih menangis pilu, melumpuhkan segala macam indera, untuk pertama kalinya, secara nyata, dia melihat air mata kesedihan Eren, karena selama ini, 'istri' pertamanya itu terus memasang senyum manis tanpa beban.

Ya, kejadian itu tepat seminggu sebelum resepsi pernikahannya bersama Petra dilakasanakan. Wanita yang menjadi pilihan sang ayah untuk menanam benihnya.

Akan tetapi, sekali lagi, hawa nafsu selalu menyelimutinya, keinginan dan tuntutan keluarga untuk memiliki keturunan begitu besar. Maka dari itu, dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menutup celah pintu dan bersender pada dinding. Memejamkan mata, ikut meresapi kesedihan terkasih yang semakin terdengar pilu.

Seorang Ackerman memang terlahir dengan tingkat arogansi yang tinggi, seminggu setelah kejadian itu, dia tetap diam, seolah hatinya tidak hancur sama sekali.

Pernikahannya tetap berlanjut, ekspresi datar Levi mengelabui semua orang termasuk Eren. Ada perasaan sakit saat melihat mata bengkak Eren yang menatapnya di altar bersama Petra. Dia yakin, jika pemuda manis itu tidak berhenti menangis dan terus mencoba untuk tegar.

Janji suci sudah terucap, cincin pernikahan telah tersemat, menggantikan cincin pernikahan sebelumnya, bersamaan dengan hatinya yang kembali ditutup paksa dan meyakinkan jika ini adalah pilihan yang benar.

Egois!!

Memang!

Akan tetapi, sekali lagi! keinginannya untuk memiliki seorang keturunan masih sangat besar. Maka dari itu, suka atau tidak, Eren harus menerima kenyataan yang ada.

HURT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang