Ch. 7

260 107 34
                                    

Revisi : 06-03-2022
851 kata

Tandain aja yaa kalo masih ada kesalahan^^

°°°°°

Laki-laki yang sedari tadi tertidur di meja terbangun karena merasa ada yang menoel-noel pipi dan hidungnya.
Kemudian.........

°°°°°

"Ada apa Ra? Udah mau pulang? Hm?" Perkataan laki-laki itu terdengar ramah sekali, dengan senyum yang menghiasi.

"Iya."

"Ya udah, yok!" Laki-laki itu langsung bangun dan memegang tangan Aretha.

Laki-laki yang dimaksud tak lain adalah Abigail. Dia menarik pelan Aretha ke arah parkiran motor. Abigail naik ke motor miliknya kemudian disusul Aretha naik juga.

Hening.

"Abi?"
"Ra?"
Ucap mereka kompak.

"Eh... lo duluan aja Ra."

"Gak, lo duluan aja Bi."

"Haa, okelah. Lo mau mampir ke suatu tempat? Atau mau mampir makan gitu?"

"Gak ah, mau pulang aja. Entar Mama tambah marah kalo Ara pulang telat banget."

"Okelah. Lo mo ngomong apa tadi?"

"Maaf dan makasii, gak usah tanya kenapa gue ngomong gini."
"....The point is sorry and thank you very much for everything."

"Iya, gue juga, kembali."

Indra pendengaran milik Abigail mendengar suara tawa kecil dari Aretha. Dia pun ikut tertawa dan tanpa disadari, mereka telah berada di depan rumah Arretha.

Aretha turun dari motor. Tak lupa mengucapkan terima kasih, "Makasih..."

"Hm, gue pulang ya?"

"Iyaa hati-hati Bi, bye bye..." Aretha mengangkat 1 tangannya, lalu menggoyangkan tangan mungilnya yang di balas senyum serta klakson motor oleh Abigail.

Setelah itu Abigail langsung menggas motornya, melaju pergi meninggalkan perkarangan komplek rumah Aretha menuju kerumahnya sendiri.

○○○○○

Aretha berjalan ke arah pintu rumahnya, ia membuka dan tampak lah wajah Nira yang terlihat sangat tak bersahabat.

"Habis dari mana kamu? Hah?!" Bentakan Nira tepat di wajah Aretha. Membuat sekujur tubuh perempuan itu bergetar hebat, air mata nyaris terjatuh ke lantai tapi ia segera menahannya.

"It--" Belum sempat menyelesaikan jawabannya, Nira memotong.

"Kenapa baru pulang? Gak punya rumah ya? Haha," ucap Nira sambil tertawa mengejek Aretha, putri kandungnya sendiri.

Sakit. Jelas, itu sangat sakit. Setitik air mata langsung turun dari mata coklat milik perempuan itu.

Tiba-tiba....

Plak

Satu tamparan lolos ke wajah Aretha yang membuatnya terpaksa menoleh ke samping.

"Seperti ini kan? Kamu ngelakuinnya ke putri Saya?"

Aretha kaget, jujur saja disini dia benar-benar tak paham maksud dari perkataan Nira.

Kembali menghadap Nira dan di samping Mamanya terdapat Yuna dengan pipi yang memar. Tunggu? Memar? Kok bisa?

"Jawab!?" Desak Nira

"Ma, udah Yuna 'kan udah bilang Yuna gak apa apa, mungkin Ara gak sengaja Ma..." Ucap Yuna seolah-olah sedang membela adik tirinya.

Padahal Aretha sama sekali tak butuh serta tak mengharapkan pembelaan dari Yuna, karena semua ini terjadi berkat drama buatan Yuna sendiri.

"Mana mungkin Mama biarin dia nampar kam--" Ucapan Nira dipotong langsung oleh Aretha karena ia paham alasan kenapa Nira menamparnya dan berbicara begitu.

"Gue gak pernah nampar lo, Yuna!!" Aretha menatap Yuna tajam, kedua tangannya di kepalkan kuat.

Nira melayangkan tamparannya untuk kedua kalinya. Terlihat lah sudut bibir Aretha terlihat berdarah dan pipinya cukup membiru.

Plak

"Ma!! Ara gak pernah nampa--" Belum sempat Aretha menyelesaikan perkataannya, tamparan ke tiga kembali dilayangkan oleh Nira yang membuat Ara jatuh tersungkur ke lantai.

Plak

Tamparan ketiga ini terasa sangat kuat hingga badan Aretha tak bisa menahannya dan terjatuh ke lantai.

Nira menarik rambut putri kandungnya itu supaya Aretha mendongak dan melihat wajah Nira.

"Gak usah sok-sok gak bersalah kamu ya?! Kamu pikir saya akan percaya sama kamu?! Gak akan!!!" Nira menarik rambut Aretha cukup kencang yang membuat Aretha meringis kesakitan.

"Argh, Ma sakit, lepas Ma.." Lirih Aretha suaranya terdengar bergetar. Aretha berusaha menahan isakannya. Hatinya terasa sakit.

Air mata yang dari tadi sempat ia tahan lolos keluar, bendungan dimatanya tak kuasa menahan air mata sebanyak itu.

Melihat air mata putri kandungnya ini Nira langsung berkata, "Huh! Air mata buaya?!"

Nira melepaskan cengkramannya dari rambut Aretha dengan cara mendorong ArethA kuat, yang membuat kepala perempuan itu terbentur ke arah kaki meja di dekatnya.

Seolah Aretha adalah hal yang sangat menjijikan, padahal Aretha adalah anak kandungnya sendiri. Sungguh miris.

Cairan berwarna merah keluar dari pelipis Aretha. Nira? Dia sudah lebih dulu meninggalkan Aretha di ikuti oleh Yuna.

Mamanya bahkan tak merasa bersalah sama sekali, setelah melakukan hal itu kepada putrinya sendiri.

"Sakit Ma...." Lirih Ara dengan di sertai deraian air mata yang turun sangat deras.

•••••••••••••••
To be continued

Hai all, nah seperti yang kalian lihat di sini kehidupan Aretha yang sebenarnya akan terlihat, kenapa gak dari awal aku buat kayak gitu, aku-nya kasian sama Aretha gak tega rasanya😢, jadi baru di Ch. 7 aku tunjukin sikap kejam mamanya nanti sikap kejam papa tiri Ara juga bakal terungkap.
Bakal tambah parah sih ntar di chapter-chapter berikutnya, huaa aku gak tega. Maafin aku ya Aretha.

kira-kira endingnya gimana ya? Apa bakal sad atau happy? Coba kalian tebak, yah meskipun masih lama ini juga kan masih chapter Awal-awal  baru juga mau masuk penyambutan konflik




















Oh iya aku baru inget

Ada yang mau disampaikan ke Aretha?

Atau ke abigail?

Atau yuna?

Nira?

Oh atau ayana?

Atau ke aku sendiri?



























jangan lupa vote, komen, dan follow aku ya readers.
Setiap votmen kalian itu adalah penyemangat aku buat nulis cerita.

Bye bye
See you next chapter
Aku sayang readers

Someday [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang