Ch. 38

126 25 17
                                    

Selamat siang menjelang sore semuaa

Alhamdulillah hari ini bisa up

Btw kabar kalian hari ini gimana?
Aku harap banget kalian semua dalam keadaan baik-baik aja.

Oh ya buat yang masih pelajar, kalian udah tatap muka belum nih? Kalo udah semangatt yaa^^

Ingat tetap harus jaga jarak, rajin cuci tangan, dan pakai masker. Jangan sampe kalian lalai, keluarga menderita.

Okey gak usah banyak omong lagi

HAPPY READING GUYS💜

Semoga kalian suka cerita Ch. Ini

¤ ¤ ¤

'Melihatmu kembali menandakan awal hariku yang indah, namun ternyata itu hanya angan-anganku belaka. '

-Abigail Areansyah

°°°°

Aretha melangkahkan kakinya lunglai, tubuhnya terasa amat lemas. Ia sedang berusaha untuk pergi ke UKS sendiri. Langkahnya terhenti ketika sebuah tubuh seorang laki-laki menghadang jalannya.

"Ra? Lo selama ini ke mana aja? Kenapa gak se--" belum usai Abigail berbicara Aretha segera melangkahkan kakinya melewati Abigail begitu saja.

"Ra?!"
Teriak Abigail cukup kencang namun Aretha menulikan pendengarannya. Ia sedang tak ingin menatap ataupun berbicara dengan sosok itu.

Seperti biasa, apabila ada Abigail pastinya ada Yuna juga. Perempuan itu selalu mengikuti ke mana pun laki-laki ini berada. Abigail sungguh risih dengan pengekangan yang dilakukan oleh Yuna. Siapa yang tidak risih? Setiap berbicara dengan lawan jenis Yuna pasti akan mengganggu atau ketika Abigail ingin keluar rumah Yuna pasti memaksa untuk ikut.

"ABIGAIL!!!"
Teriak Yuna, ia mempoutkan wajahnya sambil menghentakkan kakinya kesal. Abigail hanya menatap Yuna sekilas. Kemudian ia kembali menatap nanar punggung Aretha.

Tiba-tiba tubuh perempuan itu oleng dengan segera Abigail menahan tubuh lemah milik Aretha ini. "Lo kenapa? Mau ke UKS aja? Gue bantu ya?" Tanya Abigail cemas.

Aretha menghela napas lelah, ia melirik ke arah Yuna yang terlihat marah besar kemudian menatap mata Abigail, "lo lebih baik bantuin cewek lo itu! Lo sama gue gak ada apa-apa, jadi jangan terlalu perhatian sama gue dari pada sama cewek lo." Jelas Aretha, ia menepis tangan Abigail kasar menatap manik mata elang itu dengan sorotan penuh kebencian dan kekecewaan. Aretha kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Abigail yang terdiam karena perkataannya.

"Abi... bantuin gue," Yuna memasang wajah memohon, air matanya mengalir tanpa ia sadari. Mendengar itu Abigail menolehkan pandangannya malas ke arah tempat Yuna berada. Yuna sedang terduduk di tanah, entah sejak kapan Yuna terjatuh, ia tak begitu peduli dengan keadaan perempuan tersebut. Menatap dingin Yuna kemudian meninggalkannya begitu saja. Membuat ketiga sahabatnya menahan tawa.

"Cih! Vi! Bantuin gue!" Sentak Yuna yang dipanggil hanya menaikkan alisnya sebelah. "Bantuin gue buru!" Ucapnya sekali lagi, Vivi malah mengendus geli. "Hh, lo siapa nyuruh-nyuruh gue? Salah sendiri jalan gak pake mata! Makanya, mata itu dipake!" Balas Vivi, ia merasa sangat jijik dengan sandiwara buatan Yuna. Terlalu ngedrama. Vivi berjalan meninggalkan Yuna yang tadi jatuh tersungkur. Kedua sahabatnya yang lain hanya menatap Vivi sampai punggung perempuan itu tak terlihat lagi.

Someday [Selesai]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang