"Xavier."
Merasa namanya terpanggil. Cowok itu pun menyimpan ponselnya dan mengalihkan pandangan ke kanan dan kekiri untuk mencari sumber suara.
Itu Elsa. Bersama gadis berambut merah yang tak Vier kenal.
Elsa pun datang hampir bersamaan dengan Iyong yang baru saja datang sebari membawa makanan dikedua tangannya.
"Eta saha sapi?" Tanya Iyong.
"Babaturan. Sok weh makan." Jawab Vier.
"Ihh ari maneh. Karunya urang makan sendiri ari maneh cuma ngeliatin."
"Enggak sok makan mah ya makan weh. Urang mah mau ngobrol da."
"Oh enya atuh ari gitu mah. Urang makannya sapii. Teh yuk makan." Tawar Iyong dan dibalas oleh anggukan Elsa dan temannya tersebut.
Vier pun menggeret kedua kursi dan membiarkan kedua gadis itu duduk membelakangi Iyong. Kasian Iyong kelaperan. Kalau misalnya duduknya gak gini ntar Iyong salting diliatin sambil makan.
"Sehat lu?" Tanya Elsa.
"Alhamdulillah gue. Lu gimana?"
Gapapa small talk dulu. Gak baik kalau langsung topik.
"Baik juga. Sekarang gue kuliah fakultas ekonomi di universitas merkurius. Lu ngapain sekarang btw?"
"Gue masuk militer. Pelatihan udah sih cuma tujuh bulan cuma kan gue lanjut pelatihan lagi biar diangkat."
"Ohhh."
"Lu sekampus sama Anet gak btw?" Tanya Vier.
"Kagak. Yang sekampus mah si Shafa ...." Elsa berasa kena mental saat ia tak sengaja berbicara hal tersebut. Elsa takut Vier sama Shafa berantem.
"Shafa tuh cowok yang tadi bukan sih?"
"Iya."
"Lu tau gak sedeket apa cewek gue sama tuh cowok? Coba ceritain dong." Tanya Vier.
"Gue takut lu marah. Kata Anet gitu." Jawab Elsa.
"Kok malah Anet?"
"Iya kan gue disuruh kesini sama Anet. Sorry ya."
"Ohh. Iya gapapa. Coba cerita aja ke gue. Emang tadi gue kesel ke Anet. Tapi gue gak bisa marah ke dia. Asli. Ngebentak aja takut gue mah."
"Wkwk kok gitu?"
"Gatau gue kek gak berani aja gitu. Makanya coba ceritain ke gue soal cowok itu. Jujur aja gapapa."
"Nanti nanges wkwk." Canda Elsa. Mereka pernah sekelas sih dulu, jadi emang gak canggung-canggung amat.
"Iya paling nanges hahaha. Gak akan marah gue. Santuy. Paling nanges doang."
"Lu aja yang nanya-nanya ke gue. Ntar gue jawab." Ujar Elsa.
"Cowok itu siapa? Tolong ceritain dengan spesifik dong. Gue berburiq sangka mulu ke dia gegara Sonia."
"Hah? Sonia? Lu ketemu dimana?!" Tanya Elsa.
"Di stasiun pas pagi."
"Udah gak kontakan kan?"
"Instagram masih follow-follow an. Tapi gue kan gak bawa hape."
"Bagus good. Lebih baik lu jauhin dia."
"Emang kenapa?"
"Sonia sekarang juga model. Dari agensi sebelah. Waah agensi dia mah bukan model kacrut kayak gue. Harus tinggi sama cantik-cantik gitu. Tapi sekarang lagi turun gegara agensi gue jadi jualan baju dan nyalurin kita sebagai modelnya. Bukan model catwalk kayak Sonia gitu. Pemasukan kita lebih besar dan Sonia sirik mungkin. Apalagi ada Anet disana terus dia tau lu pacaran sama Anet. Kan Sonia suka sama lu." Jelas Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fanboy [TaeRin]✅
Fiksi Penggemar[DITERBITKAN] Xavier Indra Purnama, putra tunggal ayah Rafli dan ibu Dita. Hobi Vier ya ngapain lagi kalo gak nonton korea dan bucinin IU. Ibu nya dukung hobi dia tapi ayah nya enggak, menurut ayahnya Vier terlalu fanatik soal korea. Apalagi ayahnya...