XXXIV: King's College Hospital

3.6K 509 26
                                    

Harry mulai memasuki sebuah rumah sakit yang cukup terkenal. Dengan perasaan yang campur aduk, ia berani melewati setiap lorong di sana untuk mencari sebuah kamar. Ia berencana untuk menjenguk Astoria dan ingin mengetahui kabar gadis itu karena Draco sangat ketus sekali kalau dirinya menyinggung tentang Astoria.

Berbekal informasi yang Harry dapatkan, dia mengunjungi rumah sakit menggunakan taxi online dan tanpa memberitahu siapapun. Draco pun juga sedang keluar kota.

Telfon Harry berdering di tengah langkahnya, ia merogoh saku mantelnya dan mendapatkan gawainya.

"Halo, Draco. Apa kau sudah sampai?" Harry menyapa terlebih dulu.

"Sudah. Kau sedang apa?"

"Jalan-jalan."

"Dengan siapa? Di mana? Bagikan lokasi mu sekarang, Rry."

Deretan pertanyaan yang lolos dari mulut Draco selama tiga detik.

"Aku sendirian, mencoba me time."

"Jangan! akan ku suruh orang lain menemamimu ya."

"Um, tidak perlu, Drac. Ku tutup telponnya. Love ya."

Harry mengembalikan gawainya ke dalam saku mantelnya, ia melanjutkan langkahnya dan mengikuti koridor sampai ia menemukan kamar nomor 90.

Ia tidak tahu harus mengetuk atau langsung masuk, sampai Harry berdiri mematung di depan pintu selama beberapa menit. Ponsel yang ia mode hening pun menyala karena sebuah panggilan masuk.

"Permisi, Tuan, apa ada yang bisa di bantu?"

Harry berjengit terkejut, seorang perawat menegurnya.

"Apa benar ini kamar rawat Astoria Greengrass?"

"Maaf, apa anda sudah bertanya pada resepsionis?"

Harry tersenyum, lalu berterima kasih pada perawat tersebut.

Ah ya, benar juga, kenapa ia tidak memastikan sendiri sebelum dengan percaya diri masuk kemari.

Harry merutuki dirinya sendiri. Ia mengambil tempat duduk tepat di samping kamar itu. Berfikir antara masuk atau pulang saja.

Tak lama, keluar perawat dari dalam kamar dan Sekilas ia bisa melihat sosok Greengrass terbaring di dalam sana.

Setelah melihat perawat itu berbelok, Harry langsung memasuki kamar tersebut. Bau obat yang menyengat dan suara monitor detak jantung pun membuat Harry simpati pada Astoria, ia mulai memikirkan bagaimana Astoria bisa berada di kondisi separah ini.

Harry berjalan mendekat ke satu-satunya ranjang di sana, bunyi bip bip bip makin terdengar jelas, wajah pucat Astoria terlihat seperti sleeping beauty. Tuhan, bagaimana Draco bisa tidak tertarik pada makhluk se cantik dia?

Mata Astoria perlahan terbuka, Harry menjadi agak panik tapi kemudian ia mencoba rileks.

"Hai." Harry menyapanya.

Mata Astoria nampak mengedari ruangan, mungkin mencari sosok Draco.

"Draco tidak ikut denganku." Harry bersuara kembali yang dijawab dengusan oleh Astoria.

"Aku ingin tahu kabarmu."

"Kau ingin memastikan apa? Aku mati?"

"Tidak."

"Pergilah."

Harry akan beranjak pergi, namun langkahnya terhenti karena Astoria memanggilnya.

Dia menyuruh Harry mendekat, Harry setuju dan Astoria bangun dari posisi berbaringnya menjadi duduk. Tanpa aba-aba, ia menarik tangan Harry, untuk melihat lebih jelas apa yang sedang dikenakan Harry.

"Ini milikku!" Astoria mulai merebut paksa cincin itu, Harry pun menarik tangannya dan berujung terkena cakaran dari kuku Astoria.

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

000 rupiah per chapternya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n: okee mau tamat

Tinggalkan jejak biar aku tau peminat cerita ini lebih dari 100 atau ngga.

A.B.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang