XVIII: Talk to Them

6.2K 944 34
                                    

Happy reading y'all

☆☆☆

Berbulan-bulan setelahnya, Harry sudah membaik begitu pula dengan batinnya. Hubungannya dengan Draco, Cedric dan Thomas sudah renggang meskipun ada saatnya ia dan Draco saling melempar salam satu sama lain.

Harry sudah cukup senang hari-harinya di temani dua orang sahabat yang sering kali menganggap Harry adalah anak mereka.

Jujur, itu membuatnya tertawa terpingkal-pingkal, merasa lucu karena pasangan yang masih berumur lima belas tahun sudah berpikiran untuk memiliki anak. Gaya pacaran orang jaman sekarang memang sangat lucu.

Tapi ya, Harry baik-baik saja selama mereka tidak mengontrolnya seperti robot.

Kejadian malam itu sudah resmi Harry lupakan dan ia berharap Cedric juga sudah lupa. Tak ingin membebani pikiran dengan hal bodoh, Harry menyibukkan diri untuk membaca beberapa karya sastra penulis terkenal sambil di temani Hermione tentu saja. Ia selalu mengajak Ron atau Hermione untuk menemaninya ke salah satu tempat di sekolah ini sebagai pertahanan diri.

"Ron mana?" Harry bertanya sambil berbisik.

"Keluar, bosan katanya. Kau butuh sesuatu?" Hermione menjawab sambil berbisik pula.

Harry menggeleng sebagai jawaban dan kembali menekuni bacaannya. Mereka kembali ke kelas saat bel sudah berbunyi.

Di tengah jalan, Harry merasa sedikit pusing. Badannya akhir-akhir ini terasa pegal dan beberapa sendi kakinya juga agak nyeri tanpa alasan padahal Harry tidak keseleo atau melakukan sesuatu yang melelahkan.

Dan Harry hanya berpikiran kalau ia merasa kelelahan saja.

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

000 rupiah per chapternya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A.B.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang