XXVI: Closer

5.2K 807 85
                                    

Happy reading y'all
.
Sebagai pelunasan atas pending update minggu lalu yaa

☆☆☆

Akhirnya, apa yang ia perkirakan terjadi. Kabar pertunangan dirinya dan Asto telah menyebar, tapi kabar putusnya pertunangan mereka juga cepat menyebar. Para gadis di sana ingin mendekati Draco, ia tahu hanya dari gelagat mereka yang tak seperti biasanya.

Asto juga malah kian gencar mendekati Draco, gadis itu mengusir gadis lain yang nekat mendekati Draco.

"Leave me alone. We're done."

Astoria menggeleng dengan cepat, ia tak mau berpisah dengan pangeran kuda putihnya.

Tapi maaf, Draco telah memilih orang lain, meski orang lain itu hidup di benua yang berbeda.

"Tolong, Asto, jangan jadikan aku imajinasi roman picisan yang kau baca. Aku bukan karakter yang di tulis oleh penulis favoritmu."

Astoria mulai menangis, wajah bagai boneka porselennya terhiasi air mata.

"Kau kejam, Draco!" Astoria berteriak, mendorong Draco, "kau pemberi harapan palsu! Kenapa baru sekarang?!"

Tuhan tahu berapa lama Draco ingin sekali membatalkan perjodohan, tapi ia punya ayah yang super kolot.

"Siapa, Draco?! Siapa dia yang sudah lebih dulu merebut hatimu hah!"

Draco diam saja, menjawab kemarahan orang lain akan memperburuk suasana.

"Apa dia Daphne? Kakak ku sendiri?"

"Bukan."

"Tidak boleh-- Draco, tidak seorang pun yang ..."

Jam tangan yang dipakai Astoria ber bip-bip nyaring, pertanda denyut gadis itu kencang.

"Asto, nafas perlahan." Draco merangkulnya, menahan berat badan gadis itu.

Astoria terlanjur pingsan, Draco membopongnya ke unit kesehatan. Ini sudah ratusan kali terjadi, Draco jadi terbiasa, tak ada rasa panik apapun yang menyerangnya.

Membaringkan gadis itu perlahan di bangsal, ia duduk di bangsal lain. Pikiran akan Harry di lecehkan di sini membuatnya geram, beruntung Diggory sudah di keluarkan. Harry pindah itu salah Diggory, Draco tahu kalau Si bangsat itu menyimpan rasa tapi ia tak berpikiran kalau Diggory sampai begitu nekatnya menyerang Harry saat sedang heat. Alpha seperti Diggory pasti tahu betapa sensitifnya Omega heat.

Bagaimana pun juga, hal itu tercegah atas kedatangan Draco. Beruntung hanya seragam atas Harry yang terlepas, Diggory mungkin hanya mencuri beberapa ciuman paksa belum sampai ke tahap yang iya-iya.

Pikiran mesumnya berpesta ria membayangkan Harry masih virgin, ia pun tak mau membayangkan begitu dirinya bertemu Harry, Harry sudah menikah, apalagi punya anak dari orang lain. Sungguh, batinnya tak mau itu terjadi.

Menghela nafas pelan, Draco beranjak akan meninggalkan ruangan, tak perlu ia menjaga Asto sampai dia sadar kan? Itu bukan kewajibannya lagi haha..

"Draco."

Draco berbalik, melihat gadis itu sudah sadar.

"Kau menungguiku hingga sadar? Kau cinta aku kan?"

Cukup sudah!

"Aku peduli padamu. Peduli dan mencintai adalah sebuah perasaan yang berbeda, semoga kau bisa membedakan."

Draco melangkah pergi, meninggalkan Astoria yang kembali menitikkan air mata.

***

Hari demi hari berlalu, tiada hari tanpa Astoria yang merayunya. Gadis itu benar-benar keras kepala. Dia tak kenal menyerah untuk mendapatkan Draco, prinsipnya kali ini yaitu perjuangan tak akan menghianati hasil. Tapi bagaimana kalau yang dia perjuangkan tak menghasilkan apa-apa?

Draco membiarkan saja Astoria, ia lelah mengusir gadis itu. Sampai Draco di buat emosi ketika Astoria memamerkan sebuah cincin imitasi seperti milik Malfoys dan seluruh penghuni sekolah percaya kalau Draco dan Astoria sudah bertunangan.

Draco marah besar tentu saja, ia memaksa Asto melepas cincin itu dan membenarkan kabar yang dia buat. Astoria menolak, jadi Draco terpaksa harus memberikan sebuah kebenaran kalau ia dan Astoria tidak terlibat dalam hubungan apapun. Hal ini mungkin terlihat sepele, tapi dengan menyangkut nama keluarga Draco yang sangat berpengaruh akan berakibat pada relasi bisnis dan nama baik.

Draco pernah meminta pindah sekolah, tapi di tolak karena ia sudah hampir lulus.

Tak ada pilihan lain untuk terus mengacuhkan Astoria.

Pada akhirnya, Draco tahan hingga hari kelulusan tiba. Ia membawa sebuah buket bunga yang ingin ia letakkan di loker yang dulunya milik Harry, beruntung sampai sekarang lokernya kosong.

Loker yang sering ia bobol dulunya sarat akan hiasan tempel kecil dan beberapa kaos sekarang telah kosong sampai berdebu. Ia menatapi loker tersebut hingga tak sadar ada dua pengamat di belakangnya.

"Malfoy."

Draco menoleh.

Granger menyodorkan ponsel padanya, "pesan suara dari Harry."

Baca cerita lengkapnya di karyakarsa Vwatson_drarry ya guys, hanya 3.000 rupiah per chapternya

000 rupiah per chapternya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A.B.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang