XII: Shamed

7.1K 1.1K 64
                                    

Happy reading y'all

☆☆☆

Holy shit!

Kenapa semenyakitkan ini sih. Harry jadi sakit hati mendengarnya, tindakan bodohnya membuat dirinya sendiri menerima akibat yang mungkin tidak akan terlupakan.

Tadi, Harry menyembur Draco dengan kalimat protes yang super panjang dan diselipi beberapa kata kasar. Tapi Draco membalikkan semua kepercayaan diri Harry dengan amat sangat menusuk relung hati serta harga diri Harry.

"Jangan percaya diri dulu, Harry. Aku melakukannya bukan untukmu tapi Asto yang memintaku."

Membuat Harry terdiam dengan segala rasa malu, beruntung mereka ada di halaman yang sepi. Kalau tidak, entah akan dikemanakan martabat Harry. Namun meski begitu, Harry sedikit berubah. Rasanya dia tidak akan mampu melihat sosok Draco lagi. Duh, berapa kali harus Harry ingatkan kalau ia harus memanggil Malfoy, nama depan terlalu akrab untuknya dan sekali lagi melupakan fakta kalau mereka pernah berbagi tawa.

"Kau kenapa sih?" Tanya Hermione

Harry menggeleng.

"Diam saja daritadi dan tidak mau ke mana-mana." Ron menambahi.

"Sungguh, aku tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing saja."

"Mau ke ruang kesehatan?" Tawar Hermione.

Harry mengangguk saja. Sudah dua mata pelajaran yang ia lewatkan begitu saja dengan melamun. Respon tubuhnya seperti robot, matanya menatap kosong. Harry tetap menyalin catatan namun tidak mendengarkan penjelasan.

Harry belum lega kalau belum minta maaf. Tapi ia malu.

Mau minta tolong orang lain juga rasanya tidak etis sekali.

"Tidak perlu dipapah juga, Mione. Aku masih bisa jalan kok." Harry berujar.

"Kau jalan tapi matamu itu entah ke mana." Balasnya dan sepenuhnya benar.

Kalau saja tidak ada Hermione bisa di pastikan Harry akan menabrak tembok.

Dari arah yang berlawan, mereka berpapasan dengan Cedric. Dia bilang ingin ke toilet tapi Harry pikir kalau ada toilet juga di area yang lebih dekat dengan kelas Cedric daripada harus jauh-jauh ke area tingkat satu.

"Harry sakit?" Tanya Cedric, tanpa aba-aba dia menyentuh kening Harry membuat Harry terdiam dan kaku, "minum vitamin lalu istirahat ya. Semoga lekas sembuh."

Lalu Cedric berlalu dari hadapan mereka, Hermione menggumamkan 'lupakan saja' dan kembali mengantar Harry ke ruang kesehatan.

Setelah mengambilkan Harry vitamin dan menyuruhnya untuk tiduran, Harry menyuruh Hermione kembali ke kelas. Harry hanya sakit biasa, tidak perlu di jaga hanya perlu sedikit tidur. Kasihan gadis itu kalau meninggalkan pelajaran.

Tidak ada perawat di sini, otomatis Harry benar-benar sendirian di bangsal paling ujung. Tidak ada obat di sini, paling P3K dan tabung oksigen. Harry pernah belajar cara pertolongan pertama, kalau ada yang sakit dilarang memberikan obat. Kesalahan memberi obat bisa fatal, apalagi kalau ada alergi kandungan tertentu. Seperti alergi paracetamol, asam mefenamad dan kandungan lainnya yang ada di dalam obat biasa.

***

Tidak tahu berapa lama matanya terpejam, suara sepatu terbentur dengan lantai yang terdengar sangat terburu-buru di susul suara gorden yang disibakkan secara tak sabaran. Suara kecil bisa membuat Harry bangun.

Harry diam di ranjang, tak berani bergerak sedikitpun sambil menebak-nebak siapa gerangan itu.

"Dia baik?"

A.B.OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang