Jangan lupa vomentnya! Biasakan untuk hargai karya penulis, ya! Thank u❤
Jay melangkahkan kaki menuju balkon, dimana Hera berada. Dilihatnya Hera tengah menatap langit sembari memegang kaleng bir. Bahkan sudah ada empat kaleng bir diatas meja. Dua diantaranya sudah tergeletak di lantai, menandakan bahwa Hera telah meminumnya.
"Tinggalkan aku sendiri, Sunghoon!" Hera bersuara tepat setelah mendengar langkah seseorang.
"Ini aku, Jay."
Spontan Hera memutar badannya, dia membuang napas lega setelah mendapati Jay yang berdiri di hadapannya. Pria itu pun ikut mengambil sisa kaleng bir yang ada dan berdiri disamping Hera.
"Hidupku sangat lucu, bukan?" Hera menatap kaleng bir miliknya.
Jay hanya menoleh pada Hera.
"Aku sudah berusaha keras untuk memuaskan Pelatih Kim. Bahkan, dengan percaya dirinya aku meminta untuk tidak di istimewakan, tetapi semua itu sia-sia. Aku justru mengecewakannya." Hera kembali meneguk bir miliknya.
Jay pun ikut meminumnya. Lagi-lagi dia tidak membalas ucapan Hera. Pria itu berpikir bahwa yang dibutuhkan Hera saat ini hanyalah seorang pendengar, jadi dia memilih untuk diam.
"Aku sudah menonton dramanya, memilih dialog, bahkan berusaha mengajarkan pria dingin itu apa arti cinta. Tetapi Pelatih Kim tidak menyadari itu, dia bahkan hanya memuji Sunghoon tanpa mendengarkan penjelasanku."
Hera mengarahkan atensinya pada Jay, tetapi pria itu tetap bergeming. Dia hanya menatap pemandangan malam sambil sesekali meneguk minuman di tangannya.
"Kau tidak membalas ucapanku?" Hera mengernyitkan dahinya.
"Aku harus balas dengan apa?" Jay mengangkat salah satu alisnya.
"Sesuatu yang menenangkanku mungkin? Kenapa kau tidak tau hal itu? Memang, ya semua laki-laki itu sama saja dan kali ini aku justru dihadapkan dengan takdir yang mengharuskanku hidup bersama tujuh pria sekaligus." Hera menundukkan kepalanya.
Jay terkekeh dengan ucapan Hera. "Yak, sejak awal kau selalu kelihatan tidak nyaman dengan kami. Memangnya kau wanita yang sedang terintimidasi di dorm yang penuh dengan lelaki?!" Jay menunjukkan senyum seringainya.
"Aku memang wanita!" Hera mendekatkan dirinya pada wajah Jay. Tanpa ragu Hera mengatakan hal itu pada Jay.
"A-apa?!"
Tiba-tiba Suara detak jantung Jay terdengar keras. Jarak mereka berdua memang sangat dekat. Terlebih, Jay masih terkejut.
"Ka...kau!" Jay terbata-bata.
Hera masih menatap tajam netra Jay.
"Kau mabuk! Napasmu tercium sampai sini, menjauhlah!" Jay mendorong tubuh Hera.
Hera yang sudah kehilangan kesadaran pun tak sengaja membenturkan punggungnya pada meja. Suara dentuman terdengar, diikuti rintihan dari Hera. Jay yang tidak menduga hal itu, spontan menghampiri Hera. Tangannya meraih kepala dan punggung wanita itu.
"Yak, K! Sadarlah!" Jay sedikit menggoyangkan tubuh Hera.
Perlahan Hera membuka matanya. Namun tatapannya memancarkan aura aneh. Akibat minum terlalu banyak, Hera benar- benar mabuk.
Tiba-tiba sebuah senyuman terbentuk pada wajah Hera, Jay hanya bisa mengernyitkan dahinya, bingung. Tanpa aba-aba Hera memeluk tubuh Jay.
"Gauen-ah! Aku sangat merindukanmu!" Teriak Hera.
"Yak, lepaskan aku, K! Kau sudah gila?!" Jay meronta.
"Aku sudah gila karena merindukanmu!" Hera kembali memeluk Jay, kali ini lebih erat dari sebelumnya.
Pada posisi seperti ini Jay merasakan sesuatu yang aneh. Spontan Jay secara paksa mendorong tubuh Hera karena terus merasakan sesuatu empuk yang menempel pada dada bidangnya. Pria itu memandang tubuh Hera dari atas hingga bawah. Wanita yang tengah ditatap hanya bisa tertawa lugu.
"Gaeun-ah, kapan kau akan menjemputku dari kandang singa ini? Aku ingin kembali jadi wanita!" Hera mengerucutkan bibirnya.
"Apa kau bilang?" Kedua mata jay membulat.
"Hehe, apa kau tidak dengar? Kalau begitu kemarilah!" Hera merentangkan kedua tangannya, seolah memberi tanda bahwa ia meminta Jay untuk masuk kedalam pelukannya.
Jay yang melihat itu spontan bergerak mundur. Dia sudah merasakan sesuatu aneh yang tidak dimiliki pria. Jadi, dia semakin waspada.
"Tidak, jangan mendekat!"
"Ayolah, Gaeun!" Hera berlari mendekati Jay, sayangnya baru beberapa langkah ia bergerak, salah satu kakinya menginjak kaleng bir yang tergeletak di lantai. Sontak badan Hera terjatuh tepat diatas tubuh Jay.
"Aakhh!" Rintih Jay.
Punggung Jay tersungkur diatas lantai. Untungnya tidak ada benda tajam disekitar sana. Sementara, tubuh Hera berada diatas perut Jay. Seketika Jay berusaha untuk bangkit dari sana, Hera kembali bergumam. Wanita itu menggerakkan tubuhnya dengan nyaman, seolah tubuh Jay adalah kasur.
"Yak, K, bangunlah!" Perintah Jay.
Dengan nyamannya Hera justru menggelengkan kepalanya. Ia tidak menghiraukan permintaan Jay. Pria bermarga Park itu pun terpaksa untuk berdiri sendiri dengan Hera yang masih setia berada diatas tubuhnya. Tanpa aba-aba, Hera mengangkat kepalanya keatas. Mereka saling menatap satu sama lain.
Wanita itu menunjukkan sebuah smirk, yang entah artinya apa. Jay yang melihat itu hanya bisa memundurkan kepalanya, berusaha menghindar. Tetapi Hera justru semakin mendekatkan wajahnya.
"Yak, menjauhlah dariku! Jika kau terus mendekatiku,aku akan-"
CUP
Tanpa sengaja bibir Hera menyentuh bibir milik Jay. Bukan sepenuhnya salah Hera, hanya saja dia kehilangan kesadaran dan tubuhnya kembali menubruk Jay. Sementara itu, Jay saat ini masih membeku.
'Ci...ciuman pertamakuuu!!' Batin Jay.
Bonus Chapter
Sunghoon berlari menuju ruangan Pelatih Kim. Meskipun sudah terlambat, ia masih berharap jika sang pelatih masih berada disana. Pria itu datang untuk menjelaskan bahwa Tuan Kim salah paham, karena yang mempersiapkan segalanya adalah K atau lebih tepatnya Hera.
"Tuan Kim!" Sunghoon mendobrak pintu ruangan Pelatih Kim.
"Kamjagiya! Yak, Park Sunghoon, apa kau tidak tahu cara mengetuk pintu?" Tuan Kim terbelalak.
"Ma-maafkan saya, Tuan Kim." Sunghoon menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Akibat terburu-buru dia lupa tentang tata krama.
Tuan Kim hanya menggelengkan kepalanya. Pria tua itu kembali mengisap rokok sambil mengetik sesuatu pada layar handphone miliknya. Melihat pemandangan itu, Sunghoon pun kembali teringat akan niat awal dia kemari.
"Tuan Kim, apa kau sudah menghubungi keluarga K?" Sunghoon mendekati posisi Tuan Kim.
"Eoh? Memangnya kenapa?"
"Sebenarnya saya kemari ingin memberitahu anda sesuatu." Sunghoon memberi tatapan serius.
Pria dingin itu pun menjelaskan kesalahpahaman saat latihan tadi. Setelah mendengarkan Sunghoon, ekspresi menyesal langsung terbentuk pada wajah Tuan Kim.
"Terima kasih sudah memberitahuku, Sunghoon." Tuan Kim menepuk pundak Sunghoon. "Seharusnya aku tidak perlu semarah itu pada K," sambung pria tua itu.
"Kalau begitu, Tuan Kim, tidak jadi menghubungi keluarga K, bukan?" Tanya Sunghoon, penuh harap.
Spontan Tuan Kim menggelengkan kepalanya. "Aku sudah menghubunginya, Sunghoon."
"A-apa? Jadi, Ibu K akan datang berkunjung?!" Kedua bola mata Sunghoon membesar.
.
.
.
Annyeong! Bagaimana bab kali ini? Akhirnya si Hera ketauan, nih apalagi dia yang ngasih tahu sendiri. Udah ketahuan sama Jay, terus keluarganya K udah dihubungin buat dateng, gimana nasib Hera nanti?! Buat yang penasaran, tunggu updatean berikutnya, ya! Babay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Season 1 Who Are You? [Completed]
FanfictionIni satu-satunya cara untuk mewujudkan mimpiku. Sudah terlalu lama aku menjadi pemeran pengganti, aku harus berubah! Aku tidak peduli resiko apa yang akan terjadi. Untuk saat ini, aku bisa mengesampingkan masalah itu. Hal yang perlu kulakukan sekara...