Your eyes are shaking
They're shaking my heart also
When this passes
I'm not sure if we can
Go back to thе times
When we wеre casual
I don't know
Still, I have to say this
I like you*Day6 I like you
________________________________________________________________________________
Gitani berusaha sekuat tenaga agar tetap berdiri tegak selama acara dimulai, meskipun harus menahan rasa sakit kepala tak tertahankan hingga acara usai.
"hai Gi, nggak pulang, udah tengah malam ini" tiba tiba Kresna menghampiri.
Gitani hanya tersenyum simpul dan membiarkan Kresna menarik kursi di hadapannya, tanpa membalas sapaannya sama sekali. Kepalanya masih sangat sakit.
"are you okay Gi?" tanya Kresna sekali lagi.
"huh?" gitani menjawab sekenanya. Dia masih merasa tidak nyaman berbicara dengan Kresna.
"Lo kayaknya agak nggak sehat" tebak Kresna tepat.
Sialan pernah dekat sekian tahun membuat Kresna mengenalnya sedetail ini. Suatu hal yang membuatnya tak dapat berkilah dari percakapan percakapan ini.
"it's oke, gue nungguin anak anak kelar berberes dulu" jawab Gitani sembarangan dan hanya di jawab anggukan kepala dari Kresna tak percaya.
"laki – laki yang tadi siang Gi?"
Sialan.... Untuk kedua kalinya tebakan Kresna tepat sasaran. Gitani tahu ekspresi panik sudah memenuhi wajahnya, namun dia berusaha untuk tetap tenang.
"yang mana, di sini semuanya laki sih, ceweknya bisa di hitung pakai jari" Jawab Gitani dengan sedikit judes. "ngomong ngomong selamat ya, lo sebentar lagi bakal jadi ayah. Im happy for you" Gitani menyerahkan botol bir miliknyabkepada Kresna. Bir yang tak kunjung diminum dari tadi karena kepalanya terlalu pusing.
"thanks Gi, tentang ini gue serius, laki – laki itu apakah laki laki yang sama yang nganterin lo pulang pas kalian pesta di beer garden dulu?"
Gitani terkejut, di urungkan niatnya beranjak pergi. Matanya menatap Kresna mencoba mencari keyakinan tentang apa yang baru saja di dengarnya. Gitani mengingat kembali sosok Reangga, seingatnya memang laki laki itu harusnya setinggi Reangga dan parfum, benar parfum itu terkadang sama persis dengan yang dikenakan Reangga. Diam diam Gitani mengutuk dirinya karena terlalu bodoh tidak menyadari hal itu.
"lo tau dari mana?" jawab Gitani hati hati.
Ada nada yang menggantung di sana, tidak yakin.
"gue malem itu sebenernya lagi lembur, terus Agus nelpon nyuruh buat nyusul kesana. Pas gue lagi markirin mobil ngeliat lo mabuk banget, trus laki-laki itu masukin lo ke kursi penumpang dan dia yang nyetir mobil lo. Gue pikir dia cowok brengsek manfaatin perempuan yang lagi mabuk, karena kelihatannya kalian nggak saling kenal waktu itu, lo agak berontak pas di tarik masuk ke mobil, pas gue mau kejar, kalian udah keburu keluar, gue telpon, hp lo mati. Tapi paginya lo masuk kantor dan baik baik saja, dan ternyata kalian saling kenal. Syukur deh kalo begitu."
Kepalanya semakin tak tertahankan begitu mendengar cerita Kresna, kedua matanya semakin nyeri ketika terkena cahaya.
"oohhh" jawab Gitani panjang dengan nada menggantung tak jelas. "Udah malem, gue balik kamar dulu kres. Birnya buat lo aja, belum gue minum"
Tepat seusai Gitani berniat meninggalkan Kresna tubuhnya limbung dan hidungnya mengeluarkan cairan hangat berwarna merah. Tidak jadi melangkah pergi, Gitani kembali duduk di hadapan kresna dengan telapak tangan penuh darah yang keluar dari hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER CONSTRUCTION
General FictionGitani Subiyanto, seorang eksekutif muda di perusahaan perminyakan milik negara. Dengan karir yang sangat cemerlang sayangnya tidak sebanding dengan kisah percintaanya. Hubungannya selama sembilan tahun harus berhenti begitu saja ketika kekasihnya m...