THOSE HAZEL EYES

6.7K 653 5
                                    


There are other love in the world that worth to fight for!!!

ya masa mau menyerah?

Sepulangnya dari bekerja Gitani terkejut mendapati sebuah sofa berwarna hitam dengan corak mewah terbuat dari kulit sintetis berada di sana serta lima buah bantal sofa berukuran kecil tertata rapi di atas nya. Bukan kulit sintetis yang mahal tetapi baginya itu sudah cukup. Juga ada sebuah meja kaca bulat berukuran cukup besar dan di bawahnya terdapat karpet tebal yang nyaman.

Di atas meja kaca terdapat sebuah tea pot lengkap dengan lima cangkir kecilnya, toples teh, gula dan kopi di sisinya. Reangga benar benar menyiapkan dengan sempurna. Gitani segera meluncur ke atas karpet membuka tutup tea pot dan bermain main dengan gula, teh dan kopi, kemudian merebahkan diri ke sofa di belakangnya, tidak lagi seempuk jika sofa itu masih baru, tetapi masih nyaman digunakan.

Beberapa menit kemudian Gitani sudah terlihat melamun sembari memeluk sebuah bantal kursi menikmati suasana senja di ruang tamunya, memandang lampu lampu taman yang mulai menyala, dan beberapa pegawai resort mondar mandir di sekitar dan beberapa orang berjalan pulang ke kamar masing masing.

Ponselnya bergetar, sebuah notifikasi pesan facebook masuk. Kresna Winardi added a new photo. Mata Gitani terbelalak. Sejak kapan Kresna aktif lagi di facebook, Instagram saja jika bukan Gitani yang memaksa mengunggah sebuah foto dia tidak akan melakukannya. Muncul sekitar lima buah foto begitu Gitani membukanya. Sebuah pantai pasir putih yang cantik, sepi, dan menawan. Kemudian foto selfie dirinya dan sang istri mengenakan kacamata hitam yang sama berdiri membelakangi pantai. Masih foto selfie kali ini dia mencium istrinya, lalu foto mereka berdua saling berpelukan dengan latar matahari terbenam, dan yang terakhir foto mereka berdua berdiri menghadap laut dengan tangan saling terpaut di pinggang.

"Wuah" gumamnya pada diri sendiri, disusul tawa getir yang tentu saja menertawakan dirinya sendiri.

Gitani menutup mata sejenak setelah melihat semua foto yang ada, mengatur nafasnya beberapa kali. Menenangkan diri. Hatinya masih terluka, sakit yang masih tak tertahankan. Gitani memejamkan mata, menahan air mata jatuh sekuat tenaga.

Jam setengah enam, Reangga terlihat berjalan di jalan setapak di tengah tengah taman. Gitani dapat dengan jelas melihat sosoknya.

"hai.. baru pulang?" sapa Gitani masih dengan posisi yang sama, memeluk bantal.

Reangga membalas Gitani dengan senyum tipis. "do you like it?"

"so much. How could you do this?" ucap Gitani bersemangat.

Reangga tidak segera menjawab pertanyaan Gitani tetapi memilih duduk di sebelah Gitani meletakkan bungkusan plastik hitam di atas meja.

"Bu Erna pagi tadi minta tukar kursi tamu kita, ada ekspat yang mau di tukar sofanya. Apakah menurutmu ini ide yang bagus? Maaf tidak meminta pendapatmu lebih dulu"

"its okay, aku suka, meski sofanya keras tapi nyaman kog"

"sudah makan malam?" tanya Reangga.

"nope, mau jalan ke resto tapi mager"

"here, ada ayam taliwang dan nasi, you can have it. Tadi di jalan kebetulan lewat di warung ayam taliwang enak, jadi kepikiran buat bungkus" tawar Reangga.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Lombok dia belum sempat mencoba Ayam taliwang, ada sebenarnya di menu resto resort dan Gitani sudah pernah memakannya selama beberapa kali, tetapi dia merasa kurang puas, karena dia benar benar ingin makan ayam taliwang di warung yang khusus menjualnya, benar benar di warungnya.

UNDER CONSTRUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang