Gitani membuka matanya. Kaget setengah mati, dia tertidur di kursi penumpang mobilnya, dengan sandaran yang dimiringkan nyaris sejajar dengan kursi serta berselimutkan coat panjang yang di gunakan kemarin. Gitani segera mengecek tubuhnya, semua pakaian masih lengkap, kuncir rambutnya juga tidak terlepas, buru buru dia mengecek tas miliknya yang berada di kursi penumpang belakang, semua barangnya masih utuh, jumlah uang di dompetnya pun masih sama.
Semua masih sama tidak ada yang kurang. Gitani mencoba mengingat ingat apa yang terjadi kemarin namun nihil, dia hanya mengingat ada seorang laki laki duduk di kap mobilnya ketika dia akan pulang, tetapi wajah laki-laki itu samar, dia tak dapat mengingatnya dengan jelas. Mata gitani tak sengaja melihat setir mobilnya, ada sebuah sticky notes tertempel di sana, sticky notes warna kuning miliknya. kebiasaan yang dia miliki adalah tidak pernah bisa mengingat apapun yang terjadi saat mabuk.
Matanya tertuju pada stir mobil di sebelah kananya, sebuah sticky notes berwarna kuning tertempel diatasnya.
Lain kali jika berencana untuk mabuk, jangan menyetir mobil sendiri.
P.S aku menemukan alamat rumahmu dari GPS di mobilmu
dan saat ini dia berada di depan gerbang rumahnya.
Belum pernah sebelumnya Gitani mabuk hingga separah ini. Atau belum pernah Gitani mabuk sendirian sebelumnya, karena biasanya akan ada Kresna yang mengingatkan atau setidaknya membantunya mengantarkannya sampai rumahnya.
***
Sampai di Kantor dalam keadaan setengah pening sisa mabuk semalam Gitani begidik ngeri mengingat kejadian semalam. Bagaimana jika semalam dia justru di culik, lalu di bawa menggunakan kapal barang ekpedisi dan di jual keluar negri. Atau bagaimana jika dia tidak kembali dengan selamat, dilarikan oleh seorang psikopat aneh aneh lalu dia akan terjebak dalam stockholm syndrome. Atau jangan jangan semalam seseorang yang mengantarnya telah mengambil beberapa foto telanjangnya dan kemudian dia mengenakan pakaiannya kembali. Pikiran pikiran menyeramkan memenuhi kepalanya.
"hehh" Nurrahmat mengagetinya saat memandang sticky notes kuning diatas buku jurnalnya.
"ngapain sih lo, bikin kaget aja" jawab Gitani cepat cepat menutup jurnalnya.
"ngeliatin apaan?"
"eh, lo tau nggak siapa yang anter gue kemaren pulang pas mabok banget ?" tanya Gitani langsung.
Nurrahmat terlihat mengingat ingat sesuatu.
"satria bukan?" jawab Nurrahmat tidak yakin.
"seinget gue, lo pamit pulang sama temen lo deh. Satria bukan?" Lanjutnya.
"emang Satria masuk team ya?" Gitani berusaha mengingat siapa saja yang berada di lokasi pesta semalam.
"Emangnya kenapa sih?" Nurrahmat mulai bosan dengan pertanyaan tidak penting Gitani.
"Semalem ada yang nganter gue pulang, dan gue mabuk" Jawab Gitani datar.
"seriusan lo? siapa?"
Gitani mengangguk dan menggeleng, kemudian menunjukkan sticky notes kecil di buku jurnalnya.
Nurrahmat meneliti tulisan dengan seksama.
"Tulisannya rapi dan bagus gini, kronologisnya gimana?" Nurrahmat sok serius.
"apaaan sih kronologis kronologis segala. Ya gue, sadar sadar udah ada di depan rumah gue dan itu kertas ada diatas stir mobil gue"
"tapi elo nggak apa apa kan?" tanya Nurrahmat lagi.
"Tau deh, kalo ternyata dia udah ngefoto-foto gue gimana trus foto gue di jual mahal trus masuk ke situs situs pornografi gimana?"
Nurrahmat memandang Gitani dengan tatapan tidak percaya.
"neng, bentar ya, kalo foto lo kesebar mungkin aja sih tapi kalo sampe dijual dengan harga mahal itu enggak mungkin, lo bukan artis kali"
"ye... siapa tau, gini gini cantiknya gue kayak peggy carter kali"
"pede amat lo peggy carter. tapi lo beneran enggak apa apa kan?"
"physically sih sepertinya baik baik saja"
"lo sama sekali enggak inget ciri ciri fisik atau apa gitu?"
Gitani menggeleng.
"Nope, karena gue kalo udah mabuk bener bener nggak inget kejadian apapun, tapi samar samar gue inget parfumnya"
"Parfumnya, yang bener aja, parfum mahal atau murah pun pasti ada ratusan orang yang kemungkinan pakai"
"tapi dari tulisan notes ini sepertinya dia emang orang baik sih" Kali ini Nurrahmat mulai berasumsi.
"Nggak! gue jadi takut pulang kerumah. Sebaiknya gue pulang ke rumah orang tua gue dulu ya"
"that's a good idea"
"its okay... lo sih kelihatan baik baik saja, dan gue pikir dia orang baik baik kog, dilihat dari bahasa yang dia gunakan, lagi pula semalem di bar isinya juga cuma anak anak kita, jadi menurut gue tetep orang orang kita juga kan"
Gitani menghela nafas panjang.
"Entahlah, i have no idea"
*****
Cukup lama Gitani berdiri di depan lift, tempat rapatnya berada di lantai 8 sementara gedung itu setinggi 21 lantai. Di ketuk ketukkan heelsnya untuk mengusir rasa bosan, menunggu lift mengantarnya turun. begitu sampai pada lantai yang dituju seseorang telah menunggu di luar pintu untuk menaiki lift. Gitani keluar bersamaan dengan seorang pria masuk. Untuk sepersekian detik Gitani diam terkejut kemudian buru buru membalikkan badan, aroma ini, seolah dia mengenalnya. Aroma maskulin yang lembut dengan sedikit aroma ambregris, lemon, dan mysore sandalwood di sela selanya, aroma yang didapat dari wewangian yang cukup mewah, persis seperti aroma pria semalam.
Iya. Aroma pria semalam!
Hanya aroma itu yang dapat dia ingat dari semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER CONSTRUCTION
Fiction généraleGitani Subiyanto, seorang eksekutif muda di perusahaan perminyakan milik negara. Dengan karir yang sangat cemerlang sayangnya tidak sebanding dengan kisah percintaanya. Hubungannya selama sembilan tahun harus berhenti begitu saja ketika kekasihnya m...