Deru ombak silih berganti, semburat jingga di ufuk barat memancarkan pesona matahari terbenam di pantai senggigi, turis lokal dan asing silih berganti berseliweran, beberapa asik bermain air, beberapa hanya duduk duduk begitu saja, dan beberapa mulai memainkan kameranya. Tidak lupa pedagang asongan oleh oleh sibuk menawarkan dagangannya, namun Gitani sudah tidak pernah ditawari lagi setelah para pedagang itu tahu jika dia berada di sini untuk bekerja dan setiap sore selalu nongkrong di pinggir pantai. Beberapa dari mereka bahkan Gitani sudah mengenalnya, dan tanpa canggung saling bertukar cerita.
Namun kali ini mereka sepertinya sedang sibuk jadi hanya beberapa kali saling sapa dengan lambaian tangan, lalu membiarkan Gitani duduk dalam kesendirian. Resort yang dia tinggali sebenarnya berjejer dengan resort resort lainnya sehingga meskipun resortnya khusus untuk pekerja pembangunan plant tbbm pantainya tetap saja dilewati beberapa turis turis yang tinggal di resort sebelah, terlebih persis di sisi kiri resortnya terdapat sebuah cafe yang cukup terkenal sehingga banyak pengunjung yang berjalan melewati pantai tempat tinggalnya.
Dua bulan Gitani sudah berada ditempat ini, kebosanan mulai menyerangnya.
"Hallo mbak" sapa pak puri salah seorang pedagang asongan dipantai senggigi.
"gimana pak jualannya hari ini?" Jawab Gitani.
Pak puri ikut duduk di sebela Gitani.
"Syukur, hari ini dapat lumayan ada yang bisa di bawa pulang"
"Syukurlah" jawab Gitani ikut bersyukur.
"Sudah lama disini tidak kepingin jalan jalan mbak?" Tanya pak puri.
"Iya pak, saya belum sempat"
"Saya lihat mbak Gitani ini hanya duduk duduk di sini setiap hari, mumpung di sini keliling keliling"
Gitani terkekeh, "iya benar pak, baru mau minta tolong pak Aji nyaterin jalan jalan"
"Lha iya harus. Saya pulang dulu ya mbak" ucap pak Puri mengakhiri percakapan mereka.
"Gitani" panggil seseorang dari belakang. Reangga masih mengenakan pakaian kerjanya dan tas kerja di tangannya.
Reangga segera menyusul duduk di sebelah Gitani bersila.
"hai, baru pulang?" Sapa Gitani.
"Yaa, kamu ngapain di sini?"
"Emm... Menikmati pantai" jawabnya tidak yakin.
"Pulang jam berapa?" Tanya Reangga yang sudah duduk disebelahnya.
"baru saja, tiga puluh menit yang lalu. Tenggo" jawab Gitani sumringah.
Reangga tersenyum mendengar jawaban Gitani.
"Tumben gak bawa bir"
"hey... im not drink everyday" protes Gitani yang dijawab tawa Reangga.
"Are you sure?" Selidik Reangga begitu mendengar jawaban Gitani dengan mengerutkan kening tidak percaya.
Gitani terkekeh melihat ekspresi terkejut Reangga.
Selama beberapa menit mereka terdiam. menikmati suguhan pemandangan di hadapan mereka, matahari bulat jingga yang bersiap turun dan menghilang di garis cakrawala.
"Nanti malam ada acara?"
Gitani terlihat berpikir sesaat, "sepertinya tidak, ada apa?"
"Mau ngajakin makan malam diluar?"
"kemana?"
"bentar, googling dulu tempat bagus dekat sini dimana" Jawab Reangga segera mengeluarkan ponsel dari sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER CONSTRUCTION
General FictionGitani Subiyanto, seorang eksekutif muda di perusahaan perminyakan milik negara. Dengan karir yang sangat cemerlang sayangnya tidak sebanding dengan kisah percintaanya. Hubungannya selama sembilan tahun harus berhenti begitu saja ketika kekasihnya m...