Love fades, feeling changes, memory stays.
But we can choose which memories worth enough to keep.
Reangga sedang menikmati bir bersama teman temannya saat melihat sosok yang dikenalnya berjalan kearah kolam. Perempuan itu menggelung rambutnya, mengenakan bikini berwarna merah yang benar benar membuat tubuhnya semakin terlihat mengagumkan. Matanya semakin lekat memandanginya. Gitani perempuan yang saat ini menjadi pusat perhatiannya.
Gitani yang sudah siap perlahan memasukkan dirinya kedalam kolam, kolam sore ini tidak begitu ramai, pengunjung kebanyakan memilih berbaring di deretan kursi malas menikmati suasana. Gitani berenang berputar putar dengan santai kemudian dia menenggelamkan dirinya, cukup lama, kemudian muncul kembali ke permukaan, dan Reangga menghela nafasnya lega.
Gitani melakukannya lagi, menyelam dan tidak kembali ke permukaan. Hingga beberapa kali dia melakukannya.. Diam diam Reangga melirik jam tangannya, menghitung waktu. Dua menit, dan Gitani kembali ke permukaan, masih dua menit dan dilakukan sampai lima kali, lalu Gitani berenang berputar putar tanpa jeda. Tanpa memedulikan sekitarnya, bahkan beberapa orang mulai mengumpat karena tersenggol dan Gitani tidak peduli pada teriakan atau pun umpatan orang orang.
Lima belas menit telah berlalu, Gitani berhenti kemudian menengelamkan dirinya kedasar kolam. Lagi. Raut wajah kepanikan mulai muncul pada Reangga, dia terus menatam ke kolam, titik dimana Gitani menengelamkan dirinya. Empat menit empat puluh tiga detik waktu yang telah habis dan Gitani belum kembali muncul ke permukaan. Dia sudah bersumpah, jika lebih dari lima menit Gitani tidak kembali ke permukaan maka dia akan menceburkan dirinya dan menyeret perempuan itu naik.
Tak berselang lama sebelum kepanikannya menjadi dan Reangga menceburkan dirinya kedalam kolam untuk menyeret perempuan itu naik, Gitani muncul kepermukaan tepat lima menit tanpa oksigen di bawah permukaan air, dengan tiba tiba dan terlihat ter engah engah, terbatuk batuk dengan wajah yang telah memerah kekurangan oksigen. ya batas paru paru menahan diri didalam air maksimal adalah tiga belas menit. Tetapi lima menit saja sudah cukup merusak sel otak jika tidak benar benar terlatih sebelumnya. Tetapi, tetap saja apa yang sudah dilakukan Gitani adalah kegilaan bagi Reangga.
"Lo ngapain sih, dari tadi menghela nafas mulu" Protes Arko yang mulai menyadari apa yang dilakukan Reangga.
"Nggak"
"Ada yang lo incer? yang mana?" Tanya Arko lagi.
"Belom, ntar kalo udah ada pasti langsung gue samperin"
"Gue berenang dulu, mayan mumpung kolam agak sepi"
"Jangan! disini aja" jawab Reangga tiba tiba melarang Arko berenang.
"kenapa sih lo. gue mau nyamperin itu bikini item" ucap Arko protes.
"bir lo belom abis" Jawab Reangga asal.
"Yaelah, ntar gue beli lagi. gue ngajakin lo kesini emang mau renang kali, mayan bentar lagi sunset, pasti bagus"
"Sstt.... udah lo diem dulu di sini" jawab Reangga masih keukeuh melarang temannya untuk berenang dengan mata yang masih mengikuti gerak Gitani yang masih mondar mandir berenang tanpa henti.
Reangga tahu ada yang sedang terjadi pada perempuan itu. Gitani tidak berenang dengan biasa. Dia tidak berenang hanya karena ingin menikmati kolam renang, tapi dia berenang karena ingin melepaskan sesuatu, seperti melampiaskan emosi yang telah lama ditahan olehnya.
"Ngapain lo masih di sini. Bukannya lo mau renang tadi?" Tanya Handoko yang baru saja datang dengan sebotol bir di tangannya dan kacamata hitam menutupi matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER CONSTRUCTION
General FictionGitani Subiyanto, seorang eksekutif muda di perusahaan perminyakan milik negara. Dengan karir yang sangat cemerlang sayangnya tidak sebanding dengan kisah percintaanya. Hubungannya selama sembilan tahun harus berhenti begitu saja ketika kekasihnya m...