.....I'm just afraid to fall for you, you'll fly high while i'm just dreaming to walk in a straight path.....
Gitani duduk di kursi tunggu penumpang, menunggu jam keberangkatannya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling, masih cukup pagi, tapi hiruk pikuk bandara seolah tidak mengenal waktu.
Kepalanya masih terasa sakit, efek mabuk semalam, dan dia tidak tahu apa yang terjadi. Dia berkali kali mengusap usap tengkuk dan memijat lehernya.
Safe flight, kabari jika sudah sampai
Sebuah pesan dari Reangga mengejutkannya. Gitani tersenyum membacanya, namun sakit kepala lebih menyita perhatiannya.
Empat puluh menit perjalanan tidak terasa karena Gitani segera terlelap begitu pesawat take-off.
Sesampainya di bandar udara praya Gitani cepat cepat mengaktifkan kembali ponselnya.
I'm arrive safely...
Balas Gitani pada pesan yang pagi tadi dikirimkan Reangga. Pak aji sudah menunggu di depan, dia harus segera ke kantor. Sesuai dengan edaran yang dia terima melalui surel dan telepon dari kepala proyeknya yang memintanya untuk segera ke plant begitu pesawatnya mendarat.
"lo dari mana Gi?" Cakra menyambutnya begitu masuk kedalam kantor.
"Bali, liburan" jawab Gitani lesu. "kenapa sih, siapa yang mau datang?"
"semua direksi mau kesini" jawab Cakra.
"shit! ngapain sih mereka kesini, kayak nggak ada kerjaan aja" Gerutu Gitani.
"ya itu emang kerjaan mereka kali"
"pak bos kemana?"
"meeting sama kepala kontraktor"
"kita ngapain nih?" tanya Gitani begitu monitornya menyala.
"malah ngapain, lo kerjain noh laporan laporan lo. besok ada paparan juga"
Gitani semakin lemas mendengar ucapan terakhir.
"Shit" umpat Gitani yang hanya ditertawakan oleh Cakra.
jam menunjukkan pukul 15.00 semua orang masih berkutat dengan pekerjaanya di bangku masing masing. Hanya terdengar suara ketukan keyboard dan printer yang berisik, semua orang terdiam.
Ketukan jari di meja Gitani mengagetkannya.
"Temenin gue dong, ke tempat anak Adhi, sekalian makan, dari tadi kita belom istirahat" Cakra sudah berada di depan mejanya, lengkap dengan tas berisi laptopnya.
Gitani menunjukkan sikap ogah ogahan, karena pekerjaanya masih banyak yang belum selesai juga.
"sama yang lain aja, tanggung banget nih gue" ucap Gitani.
"Aelah... bentar doang, lagian mereka udah pada makan siang, kita doang yang belom" bujuk Cakra.
"ya udah deh, gue beresin tas dulu" Gitani akhirnya menyerah dengan bujukan Cakra.
Mata Gitani melirik kearah ponselnya yang masih tidak ada pesan apapun. Gitani menghela nafas, dan segera menyusul cakra.
******
Sebuah kedai kopi mininalis dengan konsep industrial dekat dengan hotel mereka menjadi pilihan tempat pertemuan.
"Hei bro" sapa Cakra begitu melihat beberapa pegawai adhi karya sudah berkerumun di satu meja panjang.
"Hallo, mbak" sapa mereka menyalami Gitani satu persatu.
"Pesan dulu mbak, kita udah pesan makanan duluan" ucap salah satu orang menyodorkan buku menu.
Gitani menurut, menuliskan pesananya dan juga cakra yang kemudian diberikan kepada pramusaji.
"Reangga lagi balik jakarta, dan nggak tau kapan dia balik lagi kesini" ucap seseorang yang duduk tepat di depan Cakra membuat Gitani sedikit tersentak.
Lagi lagi Gitani teringat pesan yang belum dibalas Reangga. Cepat cepat Gitani melirik kearah ponselnya. Masih belum ada jawaban. Tiba tiba sekali pikirnya, bahkan pagi ini Reangga masih sempat mengiriminya pesan. Kemarin selama dua hari mereka bersama juga tidak ada percakapan apapun tentang pulang atau apapun itu. Ya memang mereka berdua tidak pernah membahas hal hal pribadi selama ini.
Gitani tersadar, jika ternyata dia tidak tahu menahu apapun tentang laki laki di depan kamarnya, yang tiba tiba mulai dia tunggu kabarnya.
"Gue padahal ada perlu sama dia" jawab cakra.
"Tadi pagi cuma kasih kabar lagi di jakarta"
"lo kan serumah sama Reangga, lo nggak tau?" Tanya Cakra tiba tiba mengejutkannya.
"Huh?"
"Kamar lo sama Reangga kan sebelahan, masa nggak tau"
"Ah... Iya. Tapi gue nggak tau kalo dia nggak pulang, kan gue juga abis dari Bali langsung ke kantor" jawab Gitani berusaha tidak kelihatan terkejut.
"Hehehe... lupa gue" jawab Cakra tertawa tidak menyadari kegugupan Gitani.
"Oh iya mas, saya perlu data untuk kilang timur ya, sama sekalian part partnya. Ini sudah saya buatkan list yang saya perlukan" ucap Gitani pada salah satu anak adhi karya.
"Siap mbak, semoga kita membawa semua yang mbak perlukan"
****
Jam setengah sebelas malam Gitani keluar dari kamarnya. sekaleng bir berada di tangannya. kemudian duduk di sofa, matanya terus melirik ke pintu kamar di depannya. Reangga masih belum membalas pesan terakhirnya, bahkan tanda pesan terkirim belum berubah warna, yang artinya pesan itu belum di buka.
Ruang tamu menjadi sangat sepi, setelah sebelumnya selama satu bulan hampir setiap hari mereka berbincang di sana seusai makan malam sampai kantuk menyerang. Terkadang ketika masih ada banyak yang harus dikerjakan mereka akan menghabiskab hampir sepanjang malam disana.
Dia tidak tahu kapan bisa melihat laki laki itu lagi. Dan egonya terlalu tinggi untuk menghubunginya lebih dulu. Semburat kekecewaan muncul dimatanya. Sangat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER CONSTRUCTION
General FictionGitani Subiyanto, seorang eksekutif muda di perusahaan perminyakan milik negara. Dengan karir yang sangat cemerlang sayangnya tidak sebanding dengan kisah percintaanya. Hubungannya selama sembilan tahun harus berhenti begitu saja ketika kekasihnya m...