🍁 H e l l o, M o m i j i🍁
🍂🍂🍂
Osaka, 30 November 2024.
Bulan-bulan di mana Jepang biasanya ramai akan para pemburu momiji. Wisatawan bahkan turis lokal berbondong-bondong mengajak keluarga atau temannya untuk menikmati keindahan daun-daun maple atau ginko yang berubah warna menjadi merah, kuning dan oranye.
Harusnya, aku juga berada di tengah-tengah orang yang tertawa menikmati momen berburu momiji. Menjadi bagian dari mereka yang mencari spot foto terbaik, untuk mengabadikan tiap kenangan bersama musim gugur di Jepang.
Bersenang-senang, tanpa perlu ingat pada tumpukan kertas dan buku yang mengggunung di hadapanku seperti sekarang.
Haft, derita mahasiswa tingkat akhir.
"Harusnya tahun kemarin aku liburan saja," keluhku di ruangan berpenghangat ini. Sendirian mempelajari teori dan mencocokkan data yang telah didapat dari lapangan.
Sebenarnya, aku tidak benar-benar sendiri. Di ujung meja, duduk dengan tenang seorang gadis berambut sebahu dengan sweater ungu berlogo salah satu boyband asal Negeri Gingseng. Dia membolak-balik kertas, mengacuhkan keberadaan adik tingkatnya yang sudah mulai digerogoti rasa bosan ingin segera terlepas dari belenggung paper untuk presentasi minggu depan.
Di kampusku, mahasiswa yang sudah menginjak semester akhir, biasanya akan memiliki ruangan tersendiri untuk menyelesaikan penelitian. Beberapa dari teman satu jurusanku pun ada yang menjabat sebagai asisten dosen, termasuk aku. Ribet tidak? Sudah sibuk dengan segunung tugas dengan bahasa asing yang sulit dipahami, ditambah tugas sebagai seorang asisten dosen. Hmm, menurutku sih itu bukan suatu masalah kalau kita bisa membagi waktu dengan baik.
"Meda-san." Senior yang tadi masih duduk anteng di tempatnya, sekarang sudah membereskan barang-barang dan bersiap pergi. "Aku pergi dulu, temanku sudah menghubungi. Kau masih mau di sini?" Sayou-senpai bertanya.
Cukup mengejutkan karena ia mengingat namaku.
"Ah, saya akan tinggal beberapa menit lagi di sini." Aku menipiskan bibir agar terlihat lebih sopan, karena jarang-jarang juga Sayou-senpai mau menegur lebih dulu. Yang kutahu dari teman-teman, Yamahito Sayou termasuk bunga fakultas ekonomi. Dia juga punya nilai akademis yang baik, dan keakuratan analisa yang bagus. Hanya saja, di akhir semesternya. Sayou-senpai mengajukan cuti dan pergi dari Osaka dalam jangka waktu yang tidak sebentar.
Setelah itu, banyak rumor tak enak yang beredar di kampus. Tentang Sayou-senpai yang terlibat kriminal dan lain-lain. Aku sendiri bukan termasuk orang yang suka ikut campur, atau kepo dengan kehidupan seseorang-sama seperti di Darul Akhyar dulu. Namun, aku juga butuh banyak informasi mengenai orang-orang yang akan berkerja satu lab denganku.
Tak ada yang bisa menolong diriku di negara yang asing, selain diriku sendiri. Kira-kira itu lah yang terlintas di benakku setelah beberapa minggu menjadi mahasiswa baru.
"Souka. Kalau begitu aku duluan."
"Senpai tidak jadi bertemu Akiyama-sensei?" Seingatku, dia tak mungkin ke lab kalau tidak ada keperluan dengan sensei. Sayou-senpai termasuk orang yang jarang berkumpul dengan anggota lab yang lain. Dia lebih suka menyendiri dan jarang berbicara. Aku juga sedikit terkejut karena dia bilang akan pergi dengan seorang teman.
Memangnya ada teman seangkatannya yang masih tersisa di tahun ini?
"Oh, berhubung kamu mengingatkanku. Sensei memintaku menyampaikan padamu untuk mengecek ponsel." Ia mengabaikan pertanyaanku. "Katanya, ada hal penting yang ingin sensei sampaikan tapi kau susah sekali dihubungi."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKISAME [SELESAI]
EspiritualUpdate setiap hari Senin dan Kamis ================================= Bukan sebuah pilihan, karena aku sudah menetapkan pada siapa kapal ini akan berlabuh. *** Meda bukan sembarang menerima beasiswa dan fasilitas cuma-cuma dari Akiyama-sensei. Belaja...