21 🌸 Deau

57 23 0
                                    

D e a u

🌸🌸🌸

Pintu menuju ruang tamu— yang langsung terhubung dengan taman samping rumah—di belakangku digeser oleh seseorang. Suara derap langkah kaki diikuti sapaan selamat pagi dalam bahasa jepang menyusul setelah itu. Orang yang datang tanpa diundang duduk di sampingku. Tidak seperti diriku yang duduk bersila sambil memperhatikan pohon bunga sakura yang masih menguncup, ia menggantung kaki-kakinya lantas menumpu badannya dengan kedua tangan di belakang.

"Wah, angin musim semi di negeri sakura memang beda ya. Lebih segar dan bersih," katanya setelah menghirup napas panjang. Ia kemudian menutup mata, seolah sedang menikmati nyanyian burung yang hinggap di kabel listrik dan dahan pohon. Walau bahasa jepangnya tidak terlalu fasih, aku menghargai usahanya yang susah payah belajar semalaman.

Bukan bermaksud tidak sopan mengintip ke dalam kamar orang lain. Aku hanya tidak sengaja melihat dari celah pintu yang terbuka saat melintas di depan kamar orang ini.

Kamarnya masih terang, sesekali aku mendengar suara wanita berbahasa jepang dari sebuah ponsel dan gesekan antara alat tulis dengan kertas secara bergantian. Karena kamar kami kebetulan satu arah, aku pun jadi tahu apa yang dikerjakannya karena tidak menutup pintu dengan benar.

"Masakan adikmu enak sekali. Dia pasti akan sukses andai membuka sebuah restoran," lanjut orang ini berbasa-basi. Nampaknya dia tipe yang tidak akan menyerah meski segala kalimatnya kuabaikan.

Entah bagaimana Mio dan Otou-san memungut pemuda yang berdiri cukup lama di depan rumah. Sembari membawa kertas kecil di tangan, ia tersenyum lebar ke arah kami bertiga yang baru saja pulang berbelanja. Lantas menanyakan apakah benar ini alamat rumah Akiyama-sensei atau bukan.

Aku tidak tahu detailnya, tapi dari percakapan yang kutangkap semalam—meski aku tidak yakin itu bisa dianggap sebuah percakapan atau tidak. Laki-laki ini mengenal Andromeda. Ia datang kemari untuk mencari gadis itu. Singkat cerita, orang asing ini cepat menjadi akrab dengan Otou-san dan Mio hanya dalam beberapa jam saja. Kedua anggota keluargaku pun mengizinkannya untuk menginap. Katanya, teman Andromeda adalah teman mereka juga.

Berlaku bagi mereka. Tentu tidak berlaku padaku. Aku butuh mengenal sebelum benar-benar melabeli seseorang dengan sebutan teman.

Lonceng angin yang kugantung berbunyi karena tertiup angin. Musim semi datang terlalu cepar sementara Andromeda belum juga pulang ke Osaka. Kalau saja dia tidak pergi, mungkin kami bisa melihat bunga sakura bersama. Pergi ke kebun binatang untuk melihat panda, atau mencicipi jajanan musim semi yang banyak dijual.

Sebuah kertas menghalangi pandanganku ke langit. Kali ini dia menuliskan kalimat yang sedikit menyebalkan tapi tidak bisa kubalas.

"Melamun saat siang hari seperti ini bisa membuatmu kerasukan," begitu katanya.

Dia ini benar-benar menyebalkan. Apakah sifat menyebalkannya ditularkan oleh Andromeda?

"Rupanya kalian berdua ada di sini." Mio berkacak pinggang, ekspresinya terlihat kesal karena sesuatu ketika melihat ke arahku. "Nii-san kenapa masih bersantai? Sudah lupa dengan janji kita untuk pergi ke vila keluarga hari ini?"

Ah, janji itu. Andai Mio tidak datang sepertinya aku memang akan melupakannya.

"Kalian sudah bersiap?" Aku beranjak, hendak mengambil jaket di kamar setelah Mio mengatakan Otou-san sudah menunggu kami di depan.

"Oh, anda ingin ikut?" Suara Mio mengejutkanku. Walau aku sebenarnya tidak terlalu peduli orang asing itu ikut atau tidak. Mungkin dia tipe orang yang bosan jika berada di rumah sendirian? Atau malah lebih baik dia ikut saja karena kami tidak tahu orang ini benar-benar baik atau tidak. Bisa saja bukan sekembalinya dari vila semua isi rumah raib?

"Izinkan saja, Otou-san juga pasti mengiyakan," ucapku sebelum benar-benar meninggalkan tempat.

Kalau diingat kembali, sepertinya aku sepintas pernah melihat orang ini. Tapi, di mana tepatnya? Aku ingat pernah melihat bahu itu di tengah-tengah keramaian. Apakah mungkin dia orang yang sama dengan orang yang dikejar Andromeda waktu itu?

***

Aku tidak ingat siapa saja orang yang kuperbolehkan ikut ke tempat penelitian yang sudah kutinggalkan itu. Tapi aku tahu jelas jika laki-laki yang rambutnya dicat dengan warna merah jambu ini tidak masuk dalam daftar ajakan.

Lalu sebenarnya, siapa yang mengajak makhluk berambut menggelikan ini?

"Yo," sapanya dengan wajah cuek. Ia bahkan tidak melihat ke arahku.

Baiklah kalau itu maunya, aku juga bisa bersikap tidak mengenal dia bukan?

"Nii-san, Onohara-san sudah menyapamu. Mana balasannya?" tegur Mio.

Bola mataku berputar, tidak tertarik. Lagi pula pertengkaran kami belum jelas selesai atau tidak. Sebagai laki-laki aku tidak suka berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Memang aku salah karena tidak memberitahunya. Tapi, bukankah Onohara pun salah karena tidak memberikanku kesempatan untuk menjelaskan semuanya? Jika ada waktu untuk menyelesaikan masalah kami, aku rasa sekaranglah waktunya.

"Memangnya aku mengenal makhluk merah jambu ini? Dia bahkan bersikap pura-pura tidak mengenalku ketika kami bertemu. Bukahkah sampai sekarang harusnya begitu?"

"Nii-san!" Mio mencubit. Padahal Otou-san hanya memperhatikan saja dengan senyuman. Ia seakan tidak keberatan jika anaknya mendapat pukulan. Atau sebenarnya karena tahu Onohafa tidak mungkin memukulku?

Di tengah aku dan Onohara yang nampak emosi karena ego masing-masing. Sebuah sticky note tiba-tiba tertempel di dahiku secara tidak sopan. Pelakunya malah sok akrab dengan Onohara dengan merangkul leher anak itu dan mulai berjalan lebih dulu.

Jangankan untuk meminta maaf, anak itu sama sekalk tidak melihat ke arahku begitu pergi bersama Onohara. Kalau saja aku pemilik rumah Akiyama saat ini, mungkin dia sudah kuusir sedari pertemuan pertama.

Sticky note yang tertempel di dahi, kuambil kasar. Bodohnya, aku tidak langsung membuat kertas itu. Sebaliknya, aku malah mebaca sederet kata yang cukup menguras kekesalan.

"Jangan marah-marah. Bagaimana ada gadis yang mau mendekat kalau kau sering menekuk alismu?"

Pandanganku beralih dari kertas yang kupegang ke arah pemuda yang melirik ke arahku denhan senyum licik.

Orang ini benar-benar, satu tingkat lebih menyebalkan dari pada temannya!

***

Nb:

*Deau: bertemu

AKISAME [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang