11. cincin nikah?

30 1 0
                                    

بسم الله الرحمن الر حيم

-Lentera Takdir Arumi-


♡♡♡

Pagi ini Rumi tengah sibuk memasak di dapur, senyumannya tak luntur sedari tadi. Pasalnya hari ini suaminya akan pulang kerumah.

"Assalamualaikum."

Ucapan salam yang dibarengi dengan suara pintu utama terbuka, Rumi sudah menebak bahwa itu adalah Azzam. Dan ya, benar saja lelaki itu berjalan menghampiri Rumi.

"Waalaikumsalam Mas," jawab Rumi menghampiri Azzam lalu mencium punggung tangan lelaki itu.

"Pagi banget masaknya," ujar Azzam.

"Iya Mas, takutnya Mas belum sarapan jadi aku sengaja masaknya lebih pagi dari biasanya," jelas Rumi tersenyum.

Azzam hanya mengangguk sebagai jawaban, ia duduk dikursi meja makan. Memperhatikan Rumi yang tengah menyiapkan makanan untuknya.

Maaf Rumi, tak seharusnya kamu berada dalam situasi ini bersama saya, kamu baik dan kamu berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik. Azzam tersenyum miris melihat perempuan itu yang terlihat begitu menghormatinya.

"Kamu gak ikut sarapan?" Tanya Azzam saat melihat Rumi yang hanya duduk memperhatikannya sarapan.

"Enggak Mas, hari ini aku lagi puasa sunnah kamis," jawab Rumi tersenyum.

"Maaf, saya gak tau kalo kamu lagi puasa," ucap Azzam menatap Rumi.

"Gak apa-apa kok Mas, aku udah biasa kek gini kok. Mas lanjut aja makanya," ujar Rumi yang di angguki Azzam.

Loh? Kok cincin Mas Azzam ada dua? Sejak kapan? Bukan kah itu juga cincin nikah? Kok aku baru lihat?

Pertanyaan itu terlintas dipikiran Rumi, saat ia tak sengaja melihat ada dua buah cincin yang berbeda tengah melingkar dijari manis dan jari tengah Azzam. Cincin yang melingkar dijari tengah Azzam begitu sama dengan cincin yang melingkar dijari manis Rumi, namun cincin yang melingkar dijari manis Azzam bukan cincin yang serupa. Cincin itu terlihat lebih menarik dimata Rumi. Berbagai macam pertanyaan muncul dibenaknya saat ini.

"Kenapa?" Pertanyaan itu menghentikan lamunan Rumi.

"Gak apa-apa Mas," jawab Rumi mencoba tersenyum.

"Jangan bilang gak apa-apa jika memang ada yang mengganjal dipikiran kamu, saya bukan peramal yang bisa tau isi hati kamu." Azzam menatap Rumi yang tengah menunduk, ia tau perempuan itu tengah memikirkan sesuatu. Tak sengaja Azzam melihat pandangan Rumi yang terarah pada jemarinya.

"Kamu mempertanyakan cincin ini?" Tanya Azzam menebak yang ternyata tepat sasaran.

Rumi menatap mata lelaki itu. "Bolehkah aku tau perihal cincin itu Mas?" Tanya Rumi pelan.

Azzam menarik napas dalam, lama ia terdiam memikirkan kata apa yang harus ia ucapkan kepada perempuan didepanya ini.

"Saya bingung harus mulai dari mana," ujar Azzam pada akhirnya. Rumi hanya menunggu lelaki itu melanjutkan ucapannya.

"Rumi, saya benar-benar minta maaf kepadamu, mungkin selama ini kami masih menutupi ini darimu, saya tau ini salah," ucap Azzam berhenti beberapa saat.

"Seharusnya dari dulu sudah saya kasih tau, dan mungkin sekarang memang waktunya untuk kamu tau ini. Saya sudah menikah Rumi, istri saya berada dibogor."

Deg

Jantung Rumi rasanya jatuh kebawah, seluruh sendinya terasa begitu lemas, mulutnya terasa tercekat, pandanganya terasa begitu gelap saat mendengar ucapan lelaki yang berstatus suaminya itu.

"Rumi, maafkan saya," ujar Azzam memeluk Rumi yang hampir saja jatuh dari kursinya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kenapa baru bilang sekarang?" Tanya Rumi gemetar.

"Apa aku tak berhak tau asal usul lelaki yang akan menikahi ku? Apa keluarga ku tak berhak tau? Kenapa tak ada satu pun keluarga mu memberitahuku?" Tanya Rumi dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, hatinya terasa begitu sakit saat mengetahui kenyataan ini.

"Ini memang salah saya Rumi, saya masih mencari waktu yang tepat untuk memberitahumu. Saya bingung dengan cara apa menyampaikannya, ini permintaan kakek yang tak bisa saya tolak, ini keputusan yang berat bagi saya, maafkan saya."

"Ini tak adil! Kenapa saya dibohongi? Kenapa keluarga saya dibohongi?!" Tanya Rumi dengan suara yang naik satu oktaf.

Azzam terdiam mendengar pertanyaan Rumi, perempuan itu jelas saja marah. Namun, Azzam tak bisa berbuat apa-apa, ia sadar memang itu kesalahannya. Seharusnya ia memberitahu Rumi dan keluarganya sebelum pernikahan itu terjadi.

"Rumi, saya tau kamu begitu marah kepada saya."

"Tinggalkan aku sendiri, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Kata maaf tak akan merubah apapun mas," ujar Rumi pelan.

"Tapi Rum-"

"Tinggalkan aku sendiri Mas!" Rumi bangkit dari duduknya, perempuan itu membawa langkahnya memasuki kamar, sedangkan Azzam hanya bisa menatap punggung perempuan itu penuh sesal.

Didalam kamar, Rumi menangis sejadinya hanya ada suara isakan dari bibirnya, hatinya terasa begitu hancur mengetahui kenyataan bahwa ia dijadikan istri kedua oleh Azzam.

Ya Rabb, kenapa Rumi yang harus berada dalam posisi ini? Apa Rumi sekuat itu untuk menghadapi ini semua? Rumi telah menjadi penyebab hancurnya rumah tangga orang lain.

Rumi terduduk dilantai, pikirannya menerawang jauh, bagaimana dengan istri pertama lelaki itu?

Cukup lama Rumi terdiam, ia tersadar belum melaksanakan sholat Sunnah dhuha. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil whudu, ia ingin menenangkan hatinya.

Ini semua memang salah aku, andai saja aku berani nolak permintaan kakek, maka ini semua tak akan pernah terjadi. Maka, perempuan itu tak akan tersakiti seperti ini.

Azzam mengacak rambutnya frustasi, ia harus segera menyelesaikan masalah ini. Baik dengan Rumi maupun dengan keluarga wanita itu, Azzam tak bisa memastikan apa yang akan terjadi selanjutnya jika kedua orang tua Rumi mengetahui bahwa putri mereka dijadikan istri kedua olehnya.

☁️☁️☁️

Holla👋 setelah sekian lama story ini gak update, akhirnya update juga.
Mohon dimaafkan jika ada typo, dan mohon maaf sangat jika chapter ini agak sinetron able😩

Lentera Takdir Arumi [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang