15. Tentang Rasa

30 1 0
                                    

°Lentera Takdir Arumi°
grsnrindu

Aku tak pernah bisa berhenti untuk memiliki rasa padamu. Sekeras apapun aku mencoba, meski ku bilang aku sudah tak mencintaimu lagi tapi nyatanya hati ku tak bisa berbohong
Rasa itu masih tetap ada, masih tetap sama.
Hanya saja untuk sekarang aku bisa mengontrolnya.
Tak segila dulu
Aku tau ini salah, tak seharusnya aku masih menyimpan rasa pada perempuan yang sudah menjadi istri lelaki lain.
Rumi, ada apa denganku? Kenapa aku tak pernah bisa melupakanmu? Kenapa kamu terus berada dipikiranku?

"Arghh!" Faruq mengacak rambutnya frustasi, ia begitu kesal dengan dirinya sendiri yang tak kunjung melupakan gadis itu.

"Sesusah ini untuk melupakanmu? Mencintai kamu kenapa begitu mudah?" Tanyanya entah pada siapa.

Pemuda itu melempar ponselnya kesembarang arah, ia merebahkan tubuhnya diatas kasurnya yang dibalut dengan sprei polos berwarna abu-abu tua. Ia menatap langit-langit kamar sambil terus beristighfar, merenungi dirinya yang masih mencintai seseorang yang tak seharusnya ia cintai.

Cukup lama Faruq bertahan dengan posisinya itu, ia mengembuskan napas kasar. Lalu dengan segera ia bangkit dari tidurnya, membawa langkahnya memasuki kamar mandi untuk berwudhu, ia ingin segera tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 22.42 Wib.

Sekitar pukul 02.55 dini hari, Faruq terbangun dari tidurnya, ia menatap jam dinding yang terus berdetak, suasana terasa begitu sunyi. Faruq mencoba melawan rasa kantuk yang masih tersisa, ia berjalan gontai menuju kamar mandi untuk berwudhu, ia ingin mengadukan segala keluh kesah hatinya kepada Sang Pencipta.

"Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh." Lirihnya menyudahi dua rakaat tahajudnya.

♡♡♡

"Pagi Ma," sapa Faruq memasuki dapur, ia segera melangkah menuju Dita-Mamanya yang tengah memasak.

"Pagi Sayang, mau kemana udah rapi begitu?" Tanya Dita yang sedang sibuk dengan masakannya.

Faruq mencium pipi kanan Dita sambil terkekeh. "Nanti Faruq rindu, soalnya mau keacara pembukaan cabang caffe Arkhan di Bogor."

Dita mencubit pinggang anak sulungnya itu. "Makanya nikah gih, jangan godain Mama mulu, ntar Papamu cemburu," ujar Dita terkekeh.

"Mama mah gitu, nanti kalo udah ketemu jodohnya baru nikah."

"Kalo gak dicari mana bisa ketemu atuh Far, keburu diambil orang lagi loh kayak kemarin," ledek Dita mengingatkan Faruq pada Rumi.

"Eh? yang kemarin kan cuma keduluan orang aja Ma, mungkin ya karena gak jodoh juga," bela Faruq.

"Sama aja itu, makanya kalo suka tuh bilang jangan dipendem aja Nak," ujar Dita membawa mangkok berisi masakannya keatas meja makan.

"Udah, sarapan dulu yuk. Mama mau panggil Papa kamu dulu," ujar Dita melepas celemeknya lalu melangkah menuju teras.

Selesai sarapan, Faruq berpamitan pada Dita dan Beni. Karena hari ini ia akan berangkat ke Bogor untuk pembukaan cabang caffe milik sahabatnya-Arkhan. Sebenarnya mereka sudah berteman akrab sejak SMP, lalu saat SMA mereka beda sekolah, dan kembali berteman saat kuliah.

Lentera Takdir Arumi [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang