10. Masih sama

86 2 2
                                    

°Lentera Takdir Arumi°
grsnrindu

♡♡♡

"Mas," panggil Rumi saat melihat Azzam yang baru saja merebahkan tubuhnya di samping Rumi.

"Hm, kenapa?" Tanya Azzam merubah posisinya menjadi duduk.

Rumi memainkan jarinya abstrak, ia bingung mau memulai pembicaraan.

"Katakan saja, apa ada masalah?" Tanya Azzam lembut.

"Bunda menginginkan cucu dari Rumi," ujar Rumi pada akhirnya, butuh waktu lama mengumpulkan keberanian untuk membicarakan hal itu pada suaminya.

Azzam tersenyum tipis mendengar ucapan istrinya, ia sudah mengira bahwa akan ada yang mempertanyakan soal keturunan kepada dirinya atau Rumi.

"Kita nikah baru satu bulan, jadi masih ada banyak waktu. Maaf untuk sekarang saya belum siap," ujar Azzam mengusap kepala Rumi yang tak tertutupi hijab.

Rumi hanya tersenyum mendengar perkataan suaminya. "Gak apa-apa kok Mas, Rumi mengerti," ujarnya tersenyum.

Azzam mencium dahi Rumi lalu ia membaringkan tubuhnya, karena sudah lelah seharian bekerja.

"Tidurlah, ini sudah malam," ujar Azzam menutup matanya.

Rumi hanya mengangguk, ini sudah menjadi kebiasaanya setiap malam, hanya ucapan itu yang selalu di berikan Azzam padanya.

Maafkan aku Rumi, aku tak bisa menyentuhmu lebih dari ini. Aku tak bisa melakukannya, sedangkan di hatiku ada nama perempuan yang begitu aku cintai. Maafkan aku. Azzam hanya mampu berucap di dalam hatinya.

Sedangkan Rumi menatap sendu lelaki yang sudah sah menjadi suaminya satu bulan ini, tetapi lelaki itu tak pernah menyentuhnya. Lelaki itu hanya sebatas mencium kening dan menggenggam tangannya.

Ku harap suatu hari nanti, aku menemukan alasan mu tak mau menyentuhku Mas. Rumi membatin, lalu ia segera memejamkan matanya untuk bersiap tidur.

♡♡♡

Pagi ini Rumi sudah sibuk didapur, ia tengah menyiapkan sarapan untuk Azzam dan dirinya, juga ia membuatkan bekal untuk suaminya itu.

"Mas? Sarapan dulu," ujar Rumi kala melihat Azzam yang baru saja keluar dari kamar dengan pakaiannya yang sudah rapi.

"Iya," jawab Azzam melangkah menuju meja makan.

Selalu kek gini, tak ada candaan bahkan obrolan pun juga tidak. Mas Azzam berbicara seperlunya doang, aku tau dia menikahiku karena terpaksa, tapi apa bisa dia bersikap lebih hangat ke aku? Sudah mau sebulan tapi masih tak ada perubahan darinya.

"Makan tuh jangan ngelamun." Ucapan itu menghentikan lamunan Rumi, ia tersenyum tipis lalu kembali menyantap sarapannya.

"Mikirin apa?" Tanya Azzam kala ia sudah selesai sarapan.

"Gak ada Mas," jawab Rumi pelan.

"Kalo ada apa-apa bilang aja."

"Gak Mas, Rumi cuma keinget Bunda aja kok."

Azzam hanya ber oh ria mendengar jawaban Rumi, ia tak ingin banyak tanya lagi pada gadis itu.

"Saya berangkat kerja dulu," ujar Azzam yang langsung diangguki Rumi. Rumi mencium punggung tangan lelaki itu dan mengantarnya sampai kepintu depan.

"Oh iya, nanti sore saya mau ke Bogor lagi, lusa saya baru kesini lagi."

Rumi menatap Azzam dalam. "Lagi Mas? Ada apa disana? kenapa Mas begitu sering pergi kesana selama beberapa hari? Apa aku gak berhak tau?" Tanya Rumi, ia sudah tak bisa menahan pertanyaan itu lagi.

Lentera Takdir Arumi [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang