18. mengikhlaskan

50 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Nyatanya setiap manusia memiliki ujian hidup yang berbeda-beda. Hidup itu emang terus diuji, bukan Tuhan gak sayang. Tapi, itulah bentuk kasih sayang-Nya agar kamu terus mengadu kepada-Nya. Tenang aja, setelah masalah yang datang akan ada hal baik yang akan menghampiri.
Layaknya pelangi yang biasanya muncul ketika hujan reda. Benar bukan?

°Lentera Takdir Arumi°
grsnrindu

♡♡♡

Pagi ini Rumi sudah selesai merapikan kamar tidurnya yang sudah lama tak ia tempati, ia begitu rindu dengan kamar ini. Ia melirik beberapa rak dan kotak kosong di kamarnya.

"Harus isi beberapa cemilan lagi nih, nanti siang kemini market deh," lirihnya berjalan menuju meja rias.

Rumi menatap pantulan dirinya di cermin, lebih baik dari semalam. Itu kalimat yang mendeskripsikannya pagi ini, matanya memang masih bengkak dan memerah karena menangis, setidaknya pagi ini ia tak menangis. Pandangan Rumi turun kearah tangan kanannya lebih tepatnya pada jari manis yang dulu melingkar sebuah cincin pernikahan, kemarin malam ia telah melepas cincin itu di rumah Azzam dan Farrah sebelum ia pulang ke Jakarta.

Rumi tersenyum tipis. "Sudahlah, cobalah untuk berdamai dengan keadaan, meski itu sulit." lirihnya lalu berjalan keluar kamar.

"Sayang, duduk sini," ajak Rina kala melihat Rumi menuruni anak tangga. Rumi tersenyum lalu duduk diantara Firman dan Rina.

"Keputusanmu sudah benar nak, Bunda yakin ada banyak kebahagiaan yang sedang menanti anak bunda ini," ujar Rina mengusap kepala Rumi yang tertutupi hijab.

"Maafkan Rumi ya Yah, Bun, Rumi memilih jalan ini. Rumi hanya ingin memperbaiki hati Rumi, Rumi tak sekuat itu untuk menjalani rumah tangga seperti itu."

Firman tersenyum lalu memeluk anak perempuannya itu. "Ayah tak memaksa kamu untuk terus bertahan jika memang kamu tak bisa nak, kebahagiaan kamu juga kebahagiaan kami."

"Untuk kedepannya, lebih dekatkan diri kepada Allah. Sibukkan diri kamu agar kamu tak berlarut dalam kesedihan. Ayah sama Bunda akan selalu ada disamping Rumi, kami akan terus menggenggam tangan kamu apapun yang terjadi." Rumi yang mendengar ucapan Firman hanya bisa mengangguk. Ia begitu bersyukur berada didalam keluarga yang begitu menyayanginya, yang akan selalu menguatkannya dalam keadaan terpuruk seperti sekarang.

Pernikahannya yang hanya berjalan kurang lebih 4 bulan itu sudah memberikannya pelajaran yang begitu berarti dalam hidupnya.

"Jangan keluar dulu ya sayang, selesaiin dulu masa iddahmu," ujar Rina mengelus kepala Rumi pelan.

Rumi tersenyum mendengar ucapan Ibundanya itu, ia melangkah menuju nakas yang tak jauh dari sofa, mengambil sebuah Al-Qur'an didalam laci lalu membawanya kepada Rina dan Firman. Kedua orang tuanya hanya menatapnya bingung sambil memperhatikan Rumi yang tengah mencari sebuah ayat didalam Al-Qur'an. Setelah menemukannya ia memberikan Al-Qur'an itu kepada Rina.

"Bunda sama Ayah baca aja terjemahannya," ujar Rumi tersenyum.

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka tidak ada masa idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Namun, berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya." Lirih Rina kala membaca terjemahan dari ayat yang ditunjuk oleh Rumi barusan. Rina menatap putrinya lekat, ada kesedihan yang teramat dalam dimata gadis itu, namun masih ia tutupi dengan senyuman manisnya. Tak terasa air mata Rina berjatuhan, ia langsung memeluk Arumi dengan erat.

Lentera Takdir Arumi [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang