17.Keputusan terbaik

39 2 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Apapun yang terjadi jangan pernah menyalahkan takdir, bisa jadi itulah yang terbaik untukmu.

°Lentera Takdir Arumi°
grsnrindu

♡♡♡

Sudah hampir dua bulan Rumi tinggal di rumah Azzam dan Farrah di Bogor.

Dan selama itu juga Rumi sudah memikirkan keputusan yang akan dia ambil untuk bahtera rumah tangganya dengan Azzam.

Setelah sholat isya Rumi menghampiri Azzam yang sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama Farrah dan Nana, mereka tertawa mendengar cerita Si kecil Nana. Arumi tersenyum tipis melihat keluarga kecil suaminya yang begitu harmonis.

"Mas, aku mau bicara sama kamu," ujar Rumi duduk di sebelah Nana.

"Nana sayang, kita main di kamar Nana dulu yuk," ucap Farrah lembut.

"Mbak Farrah di sini aja, Mbak juga harus tau apa yang ingin aku bicarakan," ujar Rumi memegang lengan Farrah, menahanya agar tak pergi.

"Baiklah, kalo gitu Nana main sendiri dulu di kamar ya." Nana hanya mengangguk lalu berlari menuju kamarnya.

"Kamu mau ngomong apa Rum?" Tanya Azzam menatap Rumi.

Hening.

Tak ada jawaban dari Rumi, wanita itu terus menunduk, jantungnya berdetak begitu cepat, keringat dingin mulai membasahi telapak tanganya. Farrah yang melihat itu langsung menggenggam kedua tangan Rumi, lalu ia tersenyum begitu manis.

"Gak papa Rum, ngomong aja," ujarnya menenangkan Rumi.

Rumi mengangguk.

"Mas, Mbak, saat aku berbicara aku minta Mas sama Mbak jangan sela ucapan aku," ujar Rumi menatap Azzam dan Farrah bergantian, mereka berdua hanya mengangguk.

Rumi menarik napas dalam lalu menghembuskanya dengan perlahan.

"Mas, aku bahagia di nikahi kamu, aku bahagia menjadi bagian cerita hidupmu. Aku tau aku hanya istri keduamu mas, aku begitu salut pada Mbak Farrah, Mbak ikhlas di poligami oleh Mas Azzam, meskipun pernikahan aku dan Mas Azzam hanya karena permintaan almarhum kakeknya Mas Azzam." Rumi berhenti sejenak, Azzam dan Farrah masih setia mendengarkan apa yang akan di ucapkan Rumi lagi.

"Sudah beberapa minggu ini aku mempertimbangkan bagaimana baiknya rumah tangga aku dan Mas Azzam, dan aku sudah memutuskan. Aku akui Mas, aku tak bisa seperti Mbak Farrah yang ikhlas berbagi cinta kamu dengan ku, aku akui aku tak bisa se ikhlas itu Mas." Rumi mulai tertunduk, sesak rasanya saat harus mengatakan itu semua kepada suaminya. Azzam masih setia mendengarkan, sedangkan Farrah juga mulai tertunduk.

"Mas, aku minta jadilah satu-satunya nahkoda dalam bahtera rumah tangga Mas Azzam dan Mbak Farrah, dan jadilah satu-satunya Ayah untuk Nana dan adik-adiknya Mas." Rumi menatap lekat manik mata milik Azzam.

"Rumi! Kamu bilang apa? Mas Azzam akan tetap menjadi nahkoda untuk kita berdua." Farrah menatap Rumi dengan air matanya yang sudah berlinang.

"Mbak, aku kan udah bilang, jangan sela ucapan aku saat aku berbicara." Rumi tersenyum menatap Farrah.

"Mas, Mbak, aku sudah memutuskan dan sudah mempertimbangkan semuanya,"

"Jadi, apa keputusanmu?" Kali ini Azzam yang bertanya.

"Ceraikan aku Mas," ujar Rumi tersenyum, sesak rasanya saat tiga kata itu harus terucap dari bibirnya untuk suaminya.

Farrah menutup mulutnya, menahanya agar tak terisak, sedangkan Azzam langsung tertunduk, ia terdiam.

Lentera Takdir Arumi [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang