You Are (Not) My Destiny Part 42

13 0 0
                                    

Siapkan pemutar musik kamu, cari lagunya dan dengarkan sementara kamu membaca bagian cerita dari novel ini.

1. ASTRO – Should've Held On

2. Soyou & Junggigo - Some

3. Kim Jaehwan – Some Days

4. N. FLYING – Spring Memories

5. THE BOYZ – Spring Snow

6. Doyoung & Sejeong – Star Blossom

7. UP10TION – Still with You

8. Ha Sungwoon – Think of You

9. Bolbbalgan4 – To My Youth

10. EXO - Wait

BAEK CHOEUN'S POV

Biasanya aku sangat senang musim dingin. Biasanya aku sangat senang Natal. Tapi kali ini, aku tidak merasakan sukacita apapun. Apakah justru di musim ini, dan setiap musim ini datang, aku hanya akan selalu mengingat kenangan buruk itu? Aku keluar dari kantorku dan menyempatkan diri menyapa para pelanggan yang ada di lantai dua. Million Stars sangat ramai hari ini, karena ini hari terakhir kami mengadakan promo Natal. Aku ke lantai bawah dan melihat pasukan pelayan yang tidak kusangka-sangka, dan yang tidak kulihat ketika aku datang pagi ini: Hyeil, Chinye, Dongsun dan Joonki, keempatnya sibuk hilir mudik dengan tekun (mengejutkan, Joonki tampak sangat tekun juga).

"Choeun eonni! Akhirnya eonni keluar juga dari sarangmu," goda Chinye yang tampak cantik dengan rambutnya yang diikat membentuk bun di puncak kepalanya dan dihias dengan pita besar berwarna pink.

"Ah Chinye! Senang melihatmu disini!"

"Beristirahatlah yang cukup noona," ujar Dongsun yang selalu tampak tampan, "serahkan pekerjaan ringan ini pada kami."

"Pekerjaan ini ringan untuk kami, tapi tidak buat Joonki sih," tawa Hyeil yang sepertinya baru mengganti frame kacamatanya menjadi warna hitam, "tapi dia berusaha keras. Dan dia tidak menolak ketika kuajak datang."

"Apa sih yang kalian bicara... ooops!"

"NYARIS SAJA!" jerit Chinye.

Joonki baru saja mau mendatangi kami ketika dia terpeleset genangan air dan baik Hyeil dan Dongsun menangkap sikunya untuk mencegahnya jatuh. Kalau tadi dia jatuh, entah kekacauan sebesar apa yang akan dibuatnya, karena nampannya penuh dengan cangkir kosong.

"Aku akan bersihkan genangannya!" seru Dongsun setelah memastikan Joonki berdiri dengan benar.

"Terima kasih ya atas bantuan kalian."

"Tak masalah, noona. Aku akan mengecek pemanas di ujung ruangan ya," ujar Hyeil yang berlalu dengan lincah menuju pojok ruangan.

Aku melihat kesana kemari: semua stafku sangat sibuk. Tapi... Aku juga ke dapur untuk melihat keadaan disana, dan semuanya baik-baik saja. Lalu aku menghampiri ruangan staf. Ruangan itu tampak kosong. Apakah hanya ruangan itu yang kosong... ataukah hatiku terasa kosong juga? Aku jelas sedang mencari seseorang. Seseorang yang sebelumnya selalu ada di dekatku, tapi dia tak ada hari ini. tunggu, apakah hanya hari ini? rasanya aku tidak melihatnya kemarin, dan apakah kemarinnya lagi juga? Dan besoknya... aku sengaja keluar dari kantorku di jam-jam tertentu... tapi kehadirannya juga tak nampak. Aku menikmati udara dingin di balkon lantai dua dan memandangi ponselku. Haruskah aku menghubunginya? Atau aku tanya pada Dongsun... tanganku secara otomatis membuka aplikasi Instagram... tampaknya dia aktif lima jam yang lalu. Tapi tak ada pesan untukku. Aku membuka aplikasi Kakao Talk dan menekan namanya. Tapi yang sanggup kulakukan hanya membaca pesan-pesan kami yang ternyata, pesan terakhirnya tak kubalas, hampir seminggu yang lalu. Aku mengarahkan jempolku ke arah icon telepon, tapi... ah jangan. Bukankah ini yang aku inginkan? Sebaiknya aku tak meneleponnya. Harusnya aku malah senang tak melihatnya di sekitarku lagi. Tapi kenapa sekarang aku malah... merindukannya? Dan besoknya... dia masih tak ada.

(Indonesian ver) You Are (Not) My Destiny // 넌 내 운명(안)입니다Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang