Chapter 9

689 146 47
                                    

"Aku selalu mencoba menjadi obat untukmu, namun itu hanya akan jadi percuma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku selalu mencoba menjadi obat untukmu, namun itu hanya akan jadi percuma. Karena ternyata kamu sendirilah yang tak pernah inginkan sembuh."

- Letting You Go -

Waktu berjalan dengan cepat. Hari-hari berganti tanpa disadari. Setelah selesai dengan seleksi mandiri PTN, Jungwoo kini makin dibuat cemas karena menunggu hasil. Namun, semua usahanya yang belajar dari pagi hingga pagi lagi akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Dia kini telah resmi menjadi Mahasiswa di salah satu kampus unggulan.

Oh, tidak hanya Jungwoo. Empat serangkai itu pun juga ikut lolos di universitas pilihan mereka. Ya ... walaupun mereka dinilai sebagai anak murid yang bengal, tapi sejujurnya mereka memiliki otak yang memadai untuk masuk kedalam Universitas unggulan.

Hari-hari yang Jungwoo lewati ternyata sedikit mengalami perubahan. Tekadnya untuk melupakan Jaehyun ternyata memang kuat. Dia berusaha keras agar tidak lagi dibayang-bayangi oleh pria tampan tersebut.

Saat ini pun, Jungwoo menjadi lebih sering menyibukkan dirinya bermain game, berpergian ke perpustakaan, atau sekadar jalan-jalan sendirian.

Jungwoo sudah menanamkan pada dirinya sendiri bahwa dia akan konsisten untuk melupakan.

***

Sudah beberapa pekan berlalu. Namun hal yang ingin Jaehyun sampaikan masih belum juga tersampaikan pada si lelaki pemilik gigi kelinci.

Dia masih bimbang. Namun, akhir-akhir ini ia menjadi sadar. Jaehyun sadar, perlahan Jungwoo mulai menjauhinya. Perlahan ada jarak yang membatasi hubungan keduanya.

dan, perlahan rasa canggung menyeruak masuk dalam diri mereka masing-masing.

Setelah merenung dan menyakinkan diri selama dua hari dua malam, Jaehyun akhirnya memutuskan untuk menyampaikan pesan dari hatinya kepada si lelaki pemilik gigi kelinci.

Pemuda dengan celana pendek berwarna coklat dan kaos polos warna hitam ini berjalan menuju tanah lapangan komplek. Sampai pada tempat yang ia tuju, pemuda ini menghentikan langkahnya. Menatap nanar pada punggung pemuda lain yang tengah duduk di atas kursi panjang dari kayu.

Berkali-kali pemuda berlesung pipi ini mengembuskan napasnya berat, ia masih begitu bimbang. Pemuda ini menunduk sejenak dan memejamkan matanya rapat. Kakinya bergerak gusar.

Kemudian ia kembali membuka matanya, mengembuskan napas panjang, lalu kembali menatap depan dan mulai berjalan mendekati si pemuda yang sedang duduk diam.

"Woo?"

Pemuda satu ini cukup kaget dengan sapaan dari suara berat seorang pria yang terdengar tiba-tiba.

Letting You Go ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang