Chapter 11

674 158 63
                                    

❝Andai sejak awal aku tak pernah kembali menengok belakang, aku pasti sudah terbebas dari dekapan luka yang sudah kau rencanakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai sejak awal aku tak pernah kembali menengok belakang, aku pasti sudah terbebas dari dekapan luka yang sudah kau rencanakan.


- Letting You Go -


Tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Hari-hari pelik nan menyesakkan satu per satu dilewati oleh para pemuda yang baru saja usai menyelesaikan ujian mereka.

Sesungguhnya kehidupan perkuliahan yang tengah mereka jalani saat ini tidaklah seindah yang dikisahkan dalam film atau novel-novel romansa. Keadaan yang sebenarnya rasanya mereka seperti kembali pada masa Romusha.

Lelah, satu kata yang sudah dapat mendeskripsikan kondisi para mahasiswa tekun itu.

Jungwoo melangkah naik tangga sambil menggendong tas ransel hitam kesayangannya dengan satu pundak itu terlihat amat sangat lunglai.

Berkali-kali dia hembuskan napas kasar. Rambut yang berantakan dan raut wajah muram pemuda ini sudah cukup jelas menjelaskan apa yang terjadi.

Kamar Jungwoo ada di lantai tiga. Sedangkan dia baru selesai naik tangga lantai dua. Masih satu lantai lagi, namun dia sudah terduduk di antara anak tangga. Ia menunduk sambil mengacak rambutnya frustasi.

Jungwoo sudah melewati dua semester sebagai Mahasiswa Teknik. Dan hampir setiap harinya dia rasanya ingin mati saja saking lelah dan muak nya dengan kehidupan mahasiswa yang kini tengah ia jalani.

"Baru gini doang, belum skripshit-an nanti," gumamnya kecil.

Ia kembali mengembuskan napas panjang, lalu kembali berdiri dan melanjutkan jalan menuju kamarnya. Langkah kaki Jungwoo terdengar jelas pada lorong-lorong gedung kost yang sepi itu.

Hingga akhirnya langkah kaki itu terhenti. Sepatu berwarna putih yang pemuda ini kenakan mantap berdiam diri pada tempat yang sama.

Ekspresi bingung dan rasa tak percaya menghiasi wajah tampannya. Mata indahnya kini fokus menatap ujung lorong—tepatnya pada salah satu pintu kamar.

Bibirnya mulai bergetar untuk mengatakan sesuatu—namun satu kata itu rasanya begitu berat untuk ia ucapkan.

"Jungwoo," sapa seorang lelaki pemilik suara berat.

Yang dipanggil sadar dari lamunan. Dengan sedikit memalingkan wajah ia tersenyum kikuk sambil menyapa balik.

"Hai—Jae."

Sang lawan bicara yang berdiri cukup jauh darinya kini mulai melangkah mendekat. Senyuman kecil itu terlihat indah. Lesung pipi yang telah lama tak terlihat kini tanpa sengaja ia kembali lihat.

Letting You Go ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang